Tiga tenaga kerja Indonesia asal Sampang, Madura, yang bekerja di Malaysia, Muchlish (25), Musdi (36), dan Abdul Sanu (30), diotopsi tim forensik di ruang Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, Jawa Timur, Rabu (7/4).
Begitu tiba di Surabaya, jenazah ketiganya langsung dibawa dengan ambulans ke ruang Instalasi Kedokteran Forensik. Dugaan awal, mereka bukan hanya ditembak, tetapi juga dianiaya karena ada lebam seperti terkena benda tumpul.
“Ada tanda-tanda lainnya,” kata ahli forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Mun’im Idris, tanpa memberikan penjelasan lebih rinci.
Otopsi tidak langsung dilakukan sebab, kata Mun’im, jasad ketiganya saat tiba di rumah sakit masih dalam keadaan panas dan kaku akibat penggunaan formalin yang terlalu banyak.
Awalnya, tim forensik menyatakan, mereka memang menemukan adanya luka bekas tembakan. Meski demikian, belum bisa dipastikan jumlah bekas tembakan yang terdapat dalam tubuh korban ataupun penyebab kematiannya.
Setelah otopsi selesai sekitar pukul 19.30, tim forensik menyatakan, pada ketiga korban ditemukan masing-masing dua luka tembak di bagian dada dan dua di bagian kepala. Namun, soal dugaan penganiyaan tetap tidak ada penjelasan.
Menunggu proses otopsi
Beberapa kerabat dan keluarga korban dari Sampang turut menjemput kedatangan jenazah ketiga korban. Selanjutnya, mereka menunggu proses otopsi, termasuk Mujiatun, istri Musdi.
Menurut Safiudin, yang masih berkerabat dengan Muchlish, ia mengetahui kedatangan korban melalui surat kabar dan televisi.
Rosun, Kepala Desa Tobay Tengah, Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, yang juga menunggu proses otopsi, membenarkan bahwa ketiga korban penembakan polisi di Malaysia itu adalah warganya. “Tapi, kami belum mendapat informasi, apa yang menyebabkan kematian mereka,” ujarnya.
Slamet, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Sampang, mengatakan, pihaknya mengetahui kasus ini dari kepala desa setempat. “Begitu mendapat kabar, kami mengontak staf KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Malaysia dan mereka membenarkan adanya tiga orang dari Sampang yang tewas karena ditembak,” paparnya.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Pudji Astutik mengatakan, kewenangan kasus ini ada pada Mabes Polri. “Kami hanya dititipi. Jadi, tidak bisa komentar,” ujarnya.
Kematian ketiga TKI itu berawal dari kejadian 15 Maret lalu. Menurut kesaksian seorang TKI di Malaysia, Gazali, sekumpulan orang yang mengaku polisi malam itu mendatangi flat pekerja Indonesia di Damansara dengan dua mobil, mobil polisi dan mobil pribadi. Kelompok itu menyatakan mencari orang yang diduga anggota “Geng Gondol” yang terlibat dalam 19 perampokan.
Dalam kaitan itu, enam TKI pun kemudian diangkut, termasuk ketiga korban. Dua hari kemudian, para TKI yang menjadi teman kerja korban membaca berita, ketiganya telah tewas ditembak polisi Malaysia di Danau Kota Putri Selangor seusai mobilnya menabrak pohon. (BEE/Kompas.com)
Sumber: Kompas.com