Pada awal bulan lalu, ketika Ramadhan baru datang, sebagian besar masyarakat muslim Indonesia bergembira dan bersuka ria bahkan orang-orang atau lembaga tertentu telah mempersiapkan berbagai kegiatan keagamaan dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci ini. Suasana seperti ini mencerminkan bahwa sebagian masyarakat muslim Indonesia bukan hanya mukmin yang mempercayai betul bahwa shaum Ramadhan adalah perintah dari Allah SWT yang harus dilaksanakan.
Tapi juga memposisikan diri sebagai muhsinin yang sudah mempersiapkan diri, baik tenaga, pikiran maupun hartanya untuk menghormati dan memanfaatkan bulan Ramadhan dengan tidak hanya menahan diri dari makan dan minum melainkan juga tadarus al-Quran, i’tikaf dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sebaliknya, mereka merasa malu kalau bulan Ramadhan ini tidak dimanfaatkannya dengan baik. Perilaku seperti itu sesungguhnya lumrah dan biasa bagi orang yang kedatangan tc “Pada awal bulan lalu, ketika Ramadhan baru datang, sebagian besar masyarakat muslim Indonesia bergembira dan bersuka ria bahkan orang-orang atau lembaga tertentu telah mempersiapkan berbagai kegiatan keagamaan dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci ini. Suasana seperti ini mencerminkan bahwa sebagian masyarakat muslim Indonesia bukan hanya mukmin yang mempercayai betul bahwa shaum Ramadhan adalah perintah dari Allah SWT yang harus dilaksanakan.
Tapi juga memposisikan diri sebagai muhsinin yang sudah mempersiapkan diri, baik tenaga, pikiran maupun hartanya untuk menghormati dan memanfaatkan bulan Ramadhan dengan tidak hanya menahan diri dari makan dan minum melainkan juga tadarus al-Quran, i’tikaf dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sebaliknya, mereka merasa malu kalau bulan Ramadhan ini tidak dimanfaatkannya dengan baik. Perilaku seperti itu sesungguhnya lumrah dan biasa bagi orang yang kedatangan ” tamu atau orang lain yang telah lama tidak bertemu, apalagi orang lain itu adalah tamu Allah yang pasti akan membawa berkah dan maghfirah.
Ironisnya, suasana gembira dan suka ria itu terdapat pula dalam penyambutan hari raya ‘Iedul Fitri. Bahkan sebagian besar masyarakat muslim Indonesia merasa bangga dengan berakhirnya bulan Ramadhan. Kebanggaan ini merupakan keadaan yang sangat tidak lajim dilakukan oleh mukminin atau muhsinin. Sebab biasanya suasana suka ria akan berubah menjadi sedih ketika orang akan berpisah atau ditinggalkan oleh orang lain –apalagi orang itu banyak memberikan manfaat baginya; mereka merasa khawatir barangkali pada saat-saat yang akan datang belum tentu akan bertemu lagi dengan tamunya.
Dengan perasan bangga akan berpisah dengan Ramadhan seperti itu, menunjukkan bahwa sebagian masyarakat muslim Indonesia tampaknya menganggap sama antara ada atau tidak adanya bulan Ramadhan. Bagi mereka bulan Ramadhan tidak memiliki keistimewaan apa-apa. Dengan kalimat lain, mereka belum bisa mengambil hikmah atas kedatangan bulan suci ini. Berbeda dengan beberapa orang tertentu yang memanfaatkan betul ketika berada di bulan Ramadhan, sehingga begitu Ramadhan berakhir mereka merasa kehilangan, sedih dan bahkan cemas.
Kalau boleh diumpamakan, bulan Ramadhan ibarat suasana murid yang belajar di sekolah. Kita akan menjadi tahu bahwa murid yang belajar di kelas, perilaku dan sikapnya sangat bervariasi. Ada yang rajin dan pandai. Tentu karena mereka selalu belajar dan mempersiapkan apa yang akan dipelajarinya di kelas. Ada yang malas dan tidak pernah faham terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Murid seperti ini, biasanya tidak pernah belajar di rumahnya bahkan cenderung melawan kalau disuruh belajar. Sebagian murid lain ada juga yang suka ngantuk bahkan membolos ketika pelajaran disampaikan. Terhadap murid seperti ini, kemungkinan besar keadaan orang yang ada di rumahnya acuh tak acuh terhadap perkembangan belajarnya.
Terhadap suasana belajar anak-anak kita di kelas itu, kita dapat dengan mudah menilai bahwa anak kita yang pintar, pasti setiap mata pelajaran nilainya selalu besar. Sehingga pada akhir tahun ia naik kelas bahkan lulus dengan nilai memuaskan. Berbeda dengan anak kita yang malas, bodoh dan suka membolos, kemungkinan besar hasil prestasi belajarnya rendah dan wajar jika akhir tahun ia tidak naik kelas atau mengulang kembali.
Gambaran tentang anak kita yang belajar di dalam kelas itu tidak jauh berbeda tc “Gambaran tentang anak kita yang belajar di dalam kelas itu tidak jauh berbeda “ dengan keadaan kita dalam memanfaatkan bulan Ramadhan. Anak-anak kita adalah cerminan kita pada waktu kita seusia mereka. Pada setiap bulan Ramadhan datang, ada di antara kita yang tekun, rajin dan sepenuh hati dalam memanfaatkan bulan Ramadhan. Mereka mengerjakan semua perintah Allah dan Rasul-Nya dalam mengisi bulan Ramadhan. Tetapi tidak sedikit di antara kita ada yang tidak sepenuh hati dalam menjalankan shaumnya. Ada yang tidak berpuasa, atau puasanya tertinggal baik dengan sengaja atua tidak. Ada yang tidak pernah tadarus al-Quran, shalatullail, berdzikir, bertasbih dan bertahmid dan berdoa kepada Allah atas segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya.
Terlepas dari bagaimana kita menyikapi kedatangan atau kepergian bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh berkah, bahkan bulan yang mampu menyadarkan umat islam dari berbagai kesalahan itu. Suka atau tidak suka, Ramadhan telah meninggalkan kita dan insya Allah kita akan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan tahun depan.
Hari ini dan di sini, kita akan merayakan hari kemenangan atas apa yang telah kita lakukan pada bulan Ramadhan, mari kita isi bulan syawal ini di mana pada awal bulan ini masyarakat muslim dianjurkan untuk bertakbir dan bertahmid dengan tiada henti. Saling memberi maaf atas dosa-dosa kemanusiaan yang pernah kita lakukan dan saling bersilaturrahmi. Kemudian kita lanjutkan dengan berpuasa sunnah Syawwal selama enam hari (dari tanggal 2-7 Syawwal) sebagaimana dilakukan oleh orang-orang sebelum kita.
Ada beberapa pesan yang hendak disampaikan oleh Ramadhan kepada kita selama kita, menjalani ibadah puasa. Kita telah memaklumi bersama bahwa puasa pada bulan Ramadhan adalah wajib. Dalam menjalankannya, ada hal-hal yang diwajibkan kepada kita dan ada hal yang dilarang. Berpuasa selama satu bulan penuh adalah kewajiban pertama yang harus kita tunaikan. Karena itu, pesan Ramadhan kepada kita yang puasanya tidak genap satu bulan, hendaknya membayar pada hari-hari lain di bulan lain. Pesan Ramadhan ini juga berlaku bagi ibu-ibu yang punya anak kecil yang pada saat Ramadhan lebih memilih tidak puasa karena menyusui anaknya.
Kewajiban kita yang kedua adalah menunaikan zakat fitrah bagi setiap muslim dari usia kanak-kanak sampai kakek-nenek. Pesan Ramadhan kepada kita yang sengaja ataupun tidak sengaja melupakannya adalah karena kewajiban zakat fitrah ditentukan hanya pada akhir bulan Ramadhan, maka lebih baik membayarnya dalam bentuk infak atau sedekah kepada faqir miskin di bulan-bulan lain.”
Pesan Ramadhan lainnya adalah hendaknya kita melanjutkan kegiatan keagamaan yang kita lakukan selama Ramadhan itu pada bulan-bulan lainnya. Seperti tadarus al-Quran, bangun dan shalat malam, mempertahankan kesabaran dan menahan hawa nafsu, bershadakah dan lainnya. Sebab kesemuanya itu adalah beberapa ciri orang takwa atau muttaqin.
Adapun larangan yang ada pada bulan Ramadhan adalah bagi suami istri yang melakukan hubungan intim di siang hari pada saat berpuasa, maka mereka dikenakan sanksi yang berat sebagaimana telah ditentukan dalam Islam.
Demikian beberapa pesan Ramadhan, Insya Allah kita dapat menunaikannya dengan baik dan ikhlas, sehingga puasa yang kita lakukan selama satu bulan ini diterima Allah swt. Dan kita termasuk orang-orang yang bertqwa sesuai tujuan diwajibkannya puasa Ramadhan. Barakallahu li wa lakum. tc “Barakallahu li wa lakum. ” [Taqiyuddin Masyhuri – Dosen STAIN Cirebon]
(Artikel ini dimuat dalam Warkah al-Basyar Vol. I ed. 16 – tanggal 29 Nopember 2002)