Satu tahun lalu di bulan suci Ramadhan, Yayasan Fahmina kedatangan tamu istimewa dari Bamberg University Germany. 18 mahasiswa Islamic studies and Interreligious studies universitas Bamberg mengunjungi beberapa tempat dan universitas di Indonesia yang fokus pada isu Islam dan pluralisme agama di Indonesia. Institute Studi Islam Fahmina (ISIF) adalah salah satunya. Di bulan yang sama, bulan suci Ramadhan, Yayasan Fahmina kembali kedatangan 8 tamu istimewa dari United State of America (USA), mereka perwakilan dari Marquette University dan George Washington University. Mereka adalah Don Robert Neureuther, Janine Patricia Geske, Ada Joshua Richins, Loretta Ann Rauenahorst, Frederick Jonathan Messner, Kristie Rauenhorst Widmer, Katherine Marshall, Daniel Arthur Madigan. Kunjungan mereka selama tiga hari dari Senin-Rabu (22-24/7).
Menurut Don, yang merupakan pemimpin rombongan tersebut, kunjungan mereka ke Yayasan Fahmina untuk mengetahui secara langsung bagaimana lembaga NGO seperti Fahmina, yang peduli pada persoalan kemiskinan dan hak asasi manusia bekerja dengan komunitas-komunitasnya. Fahmina, menurut Don, adalah salah satu NGO terbaik di Indonesia, bukan hanya di Cirebon. Informasi tersebut ia dengar dari sejumlah sumber.
“Kami tidak hanya ingin mengenal fahmina dari dokumen-dokumen tertulis, tapi juga ingin mengetahui dan mengenal langsung apa yang dilakukan oleh fahmina melalui program-program dan komunitasnya,” ungkap Don dalam sambutan perkenalannya di ruang Gotrasawala Institute Studi Islam Fahmina (ISIF) pada Senin (22/7) kemarin.
Rombongan dari Marquette University (MU) ini sangat antusias untuk mengenal fahmina, program-programnya serta sejumlah komunitas yang diinisiasi oleh Fahmina maupun jaringan fahmina lainnya. Antusiasme mereka terlihat dari cara mereka melakukan pendekatan serta diskusi yang cukup lama dengan sejumlah komunitas. Selain dari ISIF dan SMK Buana Bahari, komunitas yang hadir juga tidak kalah antusias untuk saling berbagi informasi dengan rombongan dari MU. Termasuk Komunitas Lintas Agama, Pemuda Lintas Iman (Pelita), Jaringan Radio Komunitas (Jarik), Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) dan komunitas Bayt al-Hikmah, Komunitas Pedagang Kaki Lima (PKL) dan sejumlah komunitas lainnya.
Wujud Persahabatan Antar Bangsa
Sebelumnya, sambutan tak kalah hangat diawali oleh KH Husein Muhammad, salah satu pendiri Fahmina. Baginya, kunjungan dan kehadiran rombongan dari Marquette University merupakan kehormatan yang besar bagi Fahmina. Pertemuan tersebut merupakan wujud persahabatan antar bangsa dan antar manusia. Persahabatan ini merupakan anjuran Tuhan. Al-Qur’an menyatakan, wahai manusia, Aku ciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan aku jadikan kalian berbangsa-bangsa dan baersuku-suku untuk saling mengenal. Sesungguhnya manusia yang paling mulia di hadapan Tuhan adalah mereka yang paling banyak memberikan manfaan bagi kemanusiaan,” ungkapnya di depan para tamu tersebut.
Buya Husein, demikian sapaan akrabnya, menambahkan bahwa Cirebon adalah kota kecil di Indonesia. Pada masa lampau ia pernah menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam di Nusantara. Syeikh Syarif Hidayatullah, pendiri kota ini, dalam salah satu pesan yang selalu diingat masyarakatnya menyampaikan wasiat “Aku Titip Tajug lan Faqir Miskin”. (Aku titipkan tempat ibadah dan orang-orang yang tak berunatung). Ia meneruskan kata-kata Nabi Muhammad, kepada umatnya: “Bila kalian ingin menemuiku, maka temuilah aku di tengah-tengah mereka yang hatinya luka.”
Di atas wasiat-wasiat tersebut, Fahmina hadir dan ingin bekerja secara sungguh-sungguh untuk mewujudkan cita-cita tersebut dengan membangun komunitas Cirebon yang egaliter, saling-menghormati, berkeadilan, menghargai kemajemukan dan menjunjung taingagi prinsip-prinsip kemanusiaan universal, melalui sejumlah program.
“Kami berharap cita-cita ini menjadi kepentingan bersama kita. Untuk itu, kami terbuka bagi setiap kehendak untuk bekerjasama, saling membantu untuk mengurangi penderitaan manusia sekaligus saling membagi kegembiraan bagi mereka. Kunjungan ke Fahmina adalah upaya mendapatkan satu wajah Islam di Indonesia dan dunia. Fahmina memiliki topik, isu dan kerja-kerja yang sangat menarik.” (Alimah)