Oleh: Zaenal Abidin
Fahmina Institute menggelar sesi kedua kegiatan Sekolah Agama dan Kepercayaan Bagi Oraang Muda Angkatan 1 di Vihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon. Acara ini dihadiri oleh 30 peserta terpilih melalui proses seleksi yang ketat, sebagai bagian dari rangkaian tujuh pertemuan yang bertujuan memperdalam pemahaman lintas agama dan kepercayaan, pada hari Sabtu (2/11/2024).
Manajer Program Fahmina Institute, Rozikoh, menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan belajar di tempat ibadah yang beragam.
“Kami hadir untuk mendengar langsung, mengenal pandangan berbagai agama, dan mengurangi prasangka melalui diskusi mendalam,” ujarnya.
Pandita Agama Budha, Romo Junawi, memaparkan sejarah Pangeran Siddhartha hingga menjadi Buddha. Ia menyoroti nilai-nilai welas asih yang diajarkan Sang Buddha, seperti kesadaran, keseimbangan, dan kebijaksanaan.
“Pangeran Siddhartha meninggalkan kemewahan istana untuk mencari kebenaran. Jalan Tengah yang ditemukannya adalah solusi untuk mengatasi penderitaan manusia,” jelas Romo Junawi.
Peserta juga belajar tentang simbol-simbol agama Buddha, nilai-nilai dalam kitab suci Tripitaka, dan praktik meditasi sebagai jalan menuju kebahagiaan batin. Romo menekankan pentingnya menjalani hidup dengan kebijaksanaan dan menjaga ucapan serta tindakan sesuai sila.
Catur Widiyaningsih, Penyuluh Agama Buddha, mengajak peserta untuk memahami agama Buddha sebagai cara mengatasi penderitaan dan kebencian.
“Kita harus menemukan jalan tengah, tidak terlalu ekstrem ke satu sisi. Ini adalah refleksi nilai universal untuk kehidupan yang damai,” ujarnya.
Selain itu acara ini bertujuan menciptakan ruang dialog yang hangat dan terbuka di tengah tantangan toleransi di Indonesia.
Sesi dialog diawali oleh Ahmad Komarudin dari JAI menanyakan kutipan inti ajaran Buddha dari kitab suci Tripitaka. Catur Widyaningsih menjelaskan bahwa salah satu ajaran utama Buddha yang terdapat dalam Dhammapada adalah: “Jangan berbuat jahat, perbanyak perbuatan baik, sucikan hati dan pikiran.” Ia juga menambahkan bahwa teks-teks dalam agama Buddha memiliki makna yang sangat mendalam dan kontekstual.
Lala bertanya tentang pentingnya pohon Bodhi dalam agama Buddha. Romo Junawi meluruskan bahwa pohon Bodhi adalah simbol, bukan objek penyembahan, dan lebih dihormati karena menjadi tempat Pangeran Siddharta mencapai pencerahan. Ia juga menambahkan fakta menarik bahwa pohon Bodhi memiliki keistimewaan menghasilkan oksigen bahkan di malam hari.
Semenatara, Brian Putra peserta lainnya mengajukan pertanyaan tentang konsep ketuhanan dalam agama Buddha. Romo Junawi menjelaskan bahwa Tuhan dalam ajaran Buddha tidak dipersonifikasikan, melainkan dilihat sebagai sesuatu yang mutlak dan melampaui bentuk fisik. Praktik ibadah Buddha, seperti puja bakti, dirancang untuk memperkuat nilai-nilai moral, bukan untuk meminta sesuatu.
Devida bertanya tentang samsara dan samsana. Romo Junawi menjelaskan bahwa samsara adalah siklus penderitaan yang disebabkan oleh keinginan duniawi. Ia menegaskan bahwa setiap perbuatan manusia memiliki konsekuensi yang tidak selalu dapat dihindari.
Ajaran Buddha mendorong keseimbangan hidup melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan yang benar. Melalui meditasi dan pemahaman mendalam, diharapkan setiap individu dapat mencapai kebahagiaan sejati.
Fahmina Institute berharap kegiatan ini dapat diteruskan oleh generasi muda untuk menyebarkan nilai-nilai keberagaman dan kebhinekaan di masyarakat.
Dengan suasana yang penuh semangat, acara diakhiri dengan harapan besar agar studi agama lintas kepercayaan ini menjadi inspirasi dalam menghilangkan prasangka dan memupuk harmoni sosial di Indonesia.
“Semoga semua makhluk hidup di dunia ini berbahagia.” []