Senin, 23 Desember 2024

Menggali Esensi Ajaran Konghucu: Kebajikan, Pendidikan, dan Hubungan Manusia dengan Tuhan

Baca Juga

Oleh: Zaenal Abidin

Dalam rangka mendekatkan anak muda pada pemahaman lintas agama dan kepercayaan, Fahmina Institute mengadakan kegiatan Studi Agama dan Kepercayaan (SAK) di Klenteng Talang, Cirebon pada hari Sabtu (9/11/2024).

Chew Kong Giok, pmuka agama Konghucu mengupas berbagai aspek ajaran Konghucu yang kaya makna dan relevan untuk kehidupan sehari-hari. Menurutnya, esensi ajaran ini bertumpu pada kebajikan sebagai inti utama, dimulai dari cinta kasih hingga pengamalan sikap luhur dalam kehidupan.

“Firman Tuhan dinamai watak sejati, dan itu adalah bimbingan untuk mencapai jalan suci,” ujar Ketua Makin Cirebon itu.

Ia menjelaskan bahwa jalan suci dalam ajaran Konghucu mencakup empat aspek utama: menggembilangkan kebajikan yang bercahaya, mencintai sesama manusia, berhenti pada puncak kebaikan sesuai peran hidup, serta kebajikan yang berkenan kepada Tuhan.

Tedy nama lain Chew Kong Giok menyoroti pentingnya pendidikan dalam membentuk karakter. Ia menegaskan, sejak kecil anak-anak perlu dibiasakan dengan kata-kata baik dan kebiasaan yang mendidik.

“Anak kecil itu tidak tahu apa-apa, sehingga peran orang tua adalah memberikan pendidikan cinta kasih melalui pembiasaan yang baik,” katanya.

Dalam Konghucu, Tuhan memiliki sifat-sifat mulia seperti Yue (Maha Pemula), Hang (Maha Menjalin), Li (Maha Pemberkah), dan Cen (Maha Abadi). Sifat-sifat ini mengajarkan manusia untuk menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

Tedy menambahkan bahwa kebajikan bukan hanya tentang perbuatan besar seperti menyumbang, tetapi juga mengabdi kepada negara dan menunjukkan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari.

“Kadang untuk menunjukkan cinta kasih, seseorang harus rela berkorban,” tuturnya. Pendidikan cinta kasih juga mendorong rendah hati, jujur, dan bertanggung jawab.

Dalam Konghucu, ritual seperti sembahyang dengan wewangian dan perayaan tradisional memiliki makna mendalam. Misalnya, perayaan Bulan Sabit dan Purnama setiap tanggal 1 dan 15 memiliki filosofi harmoni antara manusia, bumi, dan Tuhan. Namun, regenerasi agama ini menjadi tantangan tersendiri.

“Saya lebih memilih memberikan sedikit ajaran yang mendalam daripada menarik banyak orang tetapi tidak memahami esensinya,” jelas Tedy.

Dalam sesi tanya-jawab, peserta menyampaikan kekaguman terhadap banyak persamaan antara ajaran Konghucu dan agama lain, seperti Islam.

“Tujuan manusia diciptakan adalah untuk memahami hakikat hidup dan menentukan arah yang benar dengan kebajikan,” ujar Bayu salah satu peserta.

Diskusi ini menggambarkan bahwa ajaran Konghucu bukan sekadar kepercayaan, tetapi juga filsafat kehidupan yang dapat diaplikasikan di berbagai aspek, mulai dari hubungan antar manusia hingga pemahaman tentang Tuhan. Semangat pengamalan kebajikan inilah yang terus relevan di tengah tantangan modern. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya