Kamis, 19 Desember 2024

Memahami Tradisi, Ajaran, dan Simbolisme Gereja Katolik

Baca Juga

 

Oleh: Zaenal Abidin

Suasana penuh semangat dan kehangatan melingkupi pertemuan kelima Sekolah Agama dan Kepercayaan (SAK) bagi Orang Muda destinasi kelima yang berlangsung di Gereja Katolik Santo Yusuf, Cirebon, Sabtu pagi (23/11/2024). Acara ini dihadiri oleh peserta lintas iman untuk saling memahami nilai dan ritus agama yang berbeda.

Sebuah diskusi menarik, tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah Katolik, tetapi juga membuka ruang tanya jawab seputar doktrin, tradisi, dan simbolisme dalam agama Katolik.

Dalam pengantar diskusi, Romo Santo menyampaikan sejarah awal gereja Katolik dan penyebarannya ke Indonesia.

“Gereja Katolik bukan hanya bangunan fisik, tetapi juga himpunan umat yang percaya kepada Kristus,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa anggota gereja adalah mereka yang telah menerima sakramen baptis, baik saat bayi maupun dewasa.

Ia juga menjelaskan hierarki gereja Katolik, dimulai dari Paus sebagai pemimpin tertinggi, diikuti para uskup, pastor, dan diakon. Romo Santo menyoroti peran Paus Fransiskus, yang kini menjabat sebagai pemimpin Gereja Katolik dunia, dipilih melalui proses konklaf oleh para kardinal di Vatikan.

“Ketika seorang Paus dipilih, simbol cerobong asap putih di Vatikan menandakan kesepakatan telah tercapai,” paparnya.

Dalam sesi berikutnya, Romo Santo menjelaskan pentingnya tradisi dan simbol dalam agama Katolik. Beberapa simbol yang sering digunakan meliputi salib, lilin, air, roti, dan anggur. Ia juga menekankan doktrin kasih sebagai ajaran utama Yesus Kristus yang menjadi landasan perilaku umat Katolik.

Mengenai hari raya Katolik, seperti Natal pada 25 Desember, Romo Santo menjelaskan bahwa tanggal ini ditetapkan berdasarkan tradisi gereja dan tidak merujuk pada catatan historis kelahiran Yesus. Ia juga menjelaskan ritus seperti Rabu Abu dan Minggu Palma sebagai simbol tobat dan penghormatan.

Diskusi menjadi semakin hidup saat sesi tanya jawab dimulai. Pipih, salah satu peserta, bertanya tentang sejarah masuknya agama Katolik ke Indonesia dan proses menjadi seorang Paus. Mira Kartini menanyakan peran Martin Luther dalam reformasi gereja, sedangkan Ulya dari Komunitas Paham Perempuan mendalami ajaran-ajaran seperti Arianisme dan pertanyaan seputar pernikahan dalam gereja Katolik.

Romo Santo menjawab bahwa pernikahan dalam Katolik mengharuskan pasangan sama-sama Katolik, tetapi dalam kasus tertentu, pernikahan beda agama dapat dilakukan dengan izin khusus dari Uskup. Ia juga menegaskan bahwa perceraian tidak dikenal dalam doktrin Katolik, tetapi pembatalan pernikahan (anulasi) dapat terjadi jika pernikahan sebelumnya dinyatakan tidak sah berdasarkan aturan gereja.

Diskusi diakhiri dengan paparan tentang peran gereja dalam pelayanan sosial, termasuk pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Romo Santo menyampaikan harapannya agar diskusi ini memperkuat pemahaman lintas agama dan mendorong semangat persatuan.

“Gereja Katolik mengajarkan kasih dan pelayanan tanpa memandang perbedaan,” kata Romo Santo menutup diskusi.

Acara ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang agama Katolik dan memperkuat hubungan antarumat beragama di Indonesia. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya