Rabu, 18 Desember 2024

Merajut Toleransi Dimulai dari Pura Agung Jati Pramana Cirebon

Baca Juga

Oleh: Winarno

Pagi itu, mentari menyinari kawasan Pura Agung Jati Pramana. Sekelompok anak muda dari berbagai latar belakang agama dan budaya mulai berdatangan. Mereka begitu takjub ketika melihat gapura dan bale kulkul yang menjulang tinggi serta ornamen-ornamen lainnya. Ini merupakan kali pertama bagi mereka melihat tempat ibadah agama Hindu di Cirebon.

Setelah semua terkumpul, sekelompok anak muda ini siap memulai perjalanan dan pembelajaran dalam merajut toleransi pada Sekolah Agama dan Kepercayaan (SAK). Ini titik awal dari tujuh pertemuan lainnya ke tempat ibadah dari berbagai agama dan kepercayaan yang diinisiasi oleh Fahmina Institute.

Apakah di dalam ajaran Hindu terdapat narasi tolerasi? Bagaimana pemeluk Hindu dalam memandang orang lain yang berbeda agama dan keyakinan? Untuk menelusuri lebih dalam ajaran toleransi dalam Hindu. Mari kita bedah.

Dalam berbagai pustaka suci Hindu, terdapat slokasloka yang mencerminkan toleransi. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda.

Menurut I Wayan Suardika sebagai tokoh Agama Pura Agung Jati Pramana bahwa Hindu pada  awalnya disebut Sanatha Dharma, yanga artinya sebagai kebenaran abadi. Dharma yang dimaksud dipahami secara kebenaran universal. Kenapa? Karena kebenaran yang diyakini masing-masing orang berbeda-beda. Hal ini membuktikan bahwa di dalam ajaran Hindu mengakui akan keberagaman agama (toleransi) dan budaya.

Tengoklah ornamen-ornamen di Pura Agung Jati Pramana, ornamen di tempat ibadah ini pun tidak murni dari Bali, tapi menggunakan khas Cirebon. Termasuk ritual peribadatannya. Kenapa? Menurut I Wayan Suardika, intinya sama, tetapi diberi kesempatan untuk sesuai dengan daerah masing-masing, yang penting tidak bertentangan. Hal ini menegaskan bahwa Hindu mengakomodir budaya setempat.

Satu Tuhan, Banyak Nama

Apakah Hindu percaya dengan banyak Tuhan? Menurut Ibu Made, Hindu di Indonesia, termasuk Cirebon percaya dengan satu Tuhan.  Di India dikenal dengan istilah Brahman. Sedangkan di Indonesia dikenal istilah Sang Hyang Widhi Wasa. Konsep ini merupakan suatu bentuk monoteisme lokal.

Dalam ritual peribadatannya, pemeluk Hindu tidak bisa diartikan menyembah a, b, c, dan lainnya. Adanya nama-nama yang berbeda tersebut dipuji sebagai perantara antara Tuhan kepada umatnya. Karena Tuhan hanya ada satu, tidak ada duanya. Para Resi zaman dulu menyebut nama-nama Tuhan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bahwa Hindu hanya menyembah satu Tuhan, tapi karena manusia tidak bisa memikirkan wujud-Nya, maka supaya bisa berkomunikasi dengan-Nya, maka dibuatlah nama-nama. Orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama-nama sesuai dengan fungsinya. Jadi pemeluk Hindu, menyembah hanya satu Tuham, dengan banyak nama.

Selain itu, dalam Hindu banyak sekali simbol yang digunakan dalam ritual peribadatan. Dalam Kitab Purana, bahwa melakukan bakti itu diperbolehkan menggunakan sarana arca. Bahkan di India, gambar atau lukisan pun menjadi sarana, hal ini agar dapat memfokuskan untuk memahami yang Esa itu.

Hindu juga tidak hanya beribadah dalam bentuk laki-laki tapi juga perempuan, ada Dewa dan Dewi. Untuk menciptakan alam semesta ini, Tuhan menciptakan personifikasi maskulin dan feminim. Purusa dan Pradana. Begitulah sebutan nama-nama yang dinisbatkan. Simbol ini sebagai upaya manusia yang sangat awidya, atau memiliki kebodohan.

Oleh karenanya, pemeluk Hindu fokus beribadah dengan satu nama, Sang Pencipta, serta menghormati para leluhurnya, artinya untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka pemeluk Hindu harus mengingat para leluhur. Bagaimana kita menghormati orang tua, dan leluhur kita.

Pancasradha, Ajarkan Kebaikan

Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:

  1. Widhi Tattwa. Ajaran ini percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya. Agama Hindu yang berlandaskan Dharma menekankan ajaran kepada umatnya meyakini dan mengakui keberadaaan Tuhan Yang Maha Esa. Atau istilah lainnya, Tuhan disebut Brahman.
  2. Atma Tattwa. Ajaran ini percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk hidup. Jiwa yang terdapat ajaran makhluk hidup merupakan percikan yang berasal dari Tuhan.
  3. Karmaphala Tattwa. Percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan. Karma, artinya perbuatan dan Phala, artinya buah/ hasil. Dalam ajaran ini setiap perbuatan manusian pasti membuahkan hasil, baik, buruk, positif maupun negatif, suka dan duka.
  4. Punarbhava Tattwa. Percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi). Dalam ajaran ini reinkarnasi terjadi karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Proses ini bertujuan agar jiwa dapat menikmati hasil perbuatannya, baik atau buruk yang belum sempat dinikmati.
  5. Moksa Tattwa. Percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia. Moksa merupakan suatu keadaan dimana jiwa merasa sangat tenang dan menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya karena tidak terikat lagi oleh berbagai macam nafsu maupun benda material.

Itulah sekilas beberapa ajaran dalam Hindu. Jika ditelusuri lebih dalam ajaran Hindu ini mengajarkan manusia untuk berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Kepada siapa-pun, tanpa memandang orang itu dari agama apa dan dari suku mana?

Di tengah tantangan keberagama, Pura Agung Jati Pramana menjadi pengingat bahwa toleransi bukan sekadar slogan, namun sikap yang perlu dihidupkan kembali. Harmoni yang tercipta disini adalah harapan besar bagi Indonesia, negara yang berdiri kokoh di atas pilar kebhinekaan.

Bagi siapa pun yang berkunjung, Pura Agung Jati Pramana tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur dan ketenangan spiritual, tetapi juga pelajaran tentang arti kehidupan berdampingan dalam kehidupan yang berbeda.

Sekadar informasi, melalui Program SAK ini, generasi muda diajak untuk memahami pentingnya menghormati keyakinan orang lain serta dapat menjalain relasi antar agama dan kepercayaan yang bermanfaat untuk membangun kehidupan sosial bersama.

Menurut Direktur Fahmina Institute, Marzuki Rais, belajar agama dan kepercayaan membantu seseorang, khususnyua generasi muda dalam menemukan keseimbangan dalam hidup. Hal ini mengingatkan juga bahwa ada aspek-aspek lain yang juga harus diberi perhatian, seperti keluarga, spiritualitas, dan kebaikan sosial.

Karenanya, studi tentang agama dan keyakinan ini merupakan cara yang ideal untuk mengeksplorasi ide-ide keagamaan dari berbagai perspektif. Kenapa? Agama dan kepercayaan juga berperan sangat penting dalam mengatur sendi-sendi kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama.

Menurut Fasilitator SAK, Alifatul Arifiati, bahwa ada empat tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini, diantaraya adalah:

  1. Anak muda dapat memahami ajaran dan tradisi keagamaan masing masing agama dan kepercayaan.
  2. Menganalisis masalah-masalah yang dihadapi umat beragama dan kepercayaan sebagai upaya pengembangan kepekaan sosial bagi orangmuda.
  3. Mengembangkan komunikasi dan kerjasama antar agamadankepercayaan bagi orang muda.
  4. Mengaplikasikan nilai-nilai humanitariansertaprinsip-prinsip dan etika sosial melalui dari sumbernya yaitu pemimpinagamadan kepercayaan.

Agama dan beragama atau berkepercayaan adalah satu kesatuan namun memiliki makna yang berbeda.  Agama dan kepercayaan merupakan sebuah ajaran kebaikan yang menuntun manusia kembali kepada hakekat kemanusiaannya. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya