Jumat, 10 Januari 2025

Sunda Wiwitan Cigugur; Sumber Inspirasi Keharmonisan Manusia

Baca Juga

Oleh: Winarno

Sunda Wiwitan, sebuah kepercayaan asli masyarakat Sunda di Nusantara, merupakan salah satu warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai kebijaksanaan dalam memaknai hidupnya. Sebagai bagian dari kearifan lokal yang telah bertahan selama berabad-abad lamanya, Sunda Wiwitan memiliki potensi besar untuk menjadi sumber inspirasi dalam membangun keharmonisan manusia.

Di tengah arus globalisasi, tradisi Sunda Wiwitan menghadirkan pesan penting tentang pelestarian nilai-nilai lokal dan identitas budaya. Tradisi juga ini mengajarkan bahwa kemajuan teknologi, tidak harus mengorbankan akar kebudayaan. Karenanya, Sunda Wiwitan diakui sebagai komunitas agama lokal yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang harmonis, dekat dengan Tuhan, manusia dan bumi yang kita pijak (alam).

Salah satu pusat ajaran Sunda Wiwitan yang dikenal, yakni daerah Cigugur, Kuningan. Di bawah kepemimpinan spiritual para tokoh adat, Sunda Wiwitan Cigugur melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritual yang mengedepankan kesederhanaan, keselarasan dan keseimbangan hidup.

Menurut Djuwita Djati Putri atau yang akrab disapa Atu Tati, Sunda Wiwitan mengajarkan hidup bukan sekadar toleransi tetapi solidaritas. Kenapa? Karena sejatinya agama itu untuk manusia. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda untuk saling menghormati satu sama lain. Prinsip Sunda Wiwitan erat kaitannya dengan toleransi dalam perbedaan. Tuhan sudah menyandingkan untuk kita belajar dan mengimani bahwa Tuhan itu satu.

Sejak lahir, kita tidak bisa memesan sebagai anak siapa? Dilahirkan dari golongan mana? Dan agamanya apa? Jadi kelahiran kita sebagai manusia merupakan sebuah anugerah dari Nu Maha Kersa. Dari anugerah berupa rasa, pikiran dan menyelaraskannya dengan alam. Maka akan tercipta manusia yang memiliki karakter welas asih dan egaliter. Dari sinilah, kita akan menemukan titik cahaya di tengah perbedaan.

Pikukuh Tilu

Di dalam masyarakat Sunda Wiwitan dikenal dengan istilah Pikukuh Tilu, yang didalamnya memuat nilai-nilai ketuhanan. Pikukuh Tilu berarti ada tiga hal yang harus dipegang selama hidupnya. Istilah ini untuk menggambarkan sebuah relasi yang serasi antara Tuhan (Nu Maha Kersa), manusia dan alam.

Tiga hal ini memiliki keterkaitan satu sama lain, agar manusia memiliki kesimbangan dan keselarasan dalam hidupnya, baik secara vertikal maupun horizontal. Jadi Pikukuh Tilu itu dihayati dalam konteks sosial dan kultural melalui perilaku welas asih dan harmonis dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi sebagai manusia, sudah sepantasnya untuk berbuat baik kepada semua makhluk termasuk alam ini. Karena Tuhan ajarkan kita bukan hanya sekadar untuk hidup, tetapi menghayati hidup secara manunggal. Memberi tuntunan moralitas untuk kaum sekitar dan merawat hubungan dengan alam.

Dari nilai-nilai inilah, para penganut Sunda Wiwitan menjalani kehidupan yang penuh toleransi di tengah masyarakat beragam. Toleransi ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, dimana mereka saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing, serta tidak memaksakan keyakinan mereka kepada orang lain.

Sunda Wiwitan juga mengajarkan kesadaran spiritual yang mendalam sehingga menghargai perbedaan sebagai bagian dari kebesaran Tuhan. Tak hanya itu, Sunda Wiwitan juga menghormati dan menjaga keseimbangan alam, termasuk menghargai keberadaan hewan, tumbuhan dan sumber daya alam.

Seren Taun; Praktik Toleransi di Cigugur

Ada hal yang menarik komunitas Sunda Wiwitan. Yakni praktik toleransi umat beragama, sekaligus harmonisasi antara alam dan Tuhan. Semua itu terharmonisasi, terselaraskan pada upacara adat, Seren Taun. Upacara ini merupakan bentuk syukur dan doa masyarakat Cigugur atas kenikmatan yang diberikan melalui alam, khususnya pertanian. Semua ini untuk mensyukuri nikmat dari apa yang telah diberikan, sebagaimana yang termaktub dalam ajaran Pikukuh Tilu.

Pada upacara Seren Taun ini, sekelompok orang dari berbagai agama dan kepercayaan turut serta dalam memeriahkannya. Hal inilah yang menjadi pengikat dan penguat diantara mereka untuk hidup rukun dan damai.

Perayaan Seren Taun sebagai salah satu tradisi dari komunitas Sunda Wiwitan memberikan kontribusi besar terjaganya toleransi diantara masyarakat Cigugur yang plural dari segi agamanya. Tanpa memandang perbedaan agama, masyarakat bahu membahu, berpartisipasi, berkontribusi serta bergotong-royong dalam perayaan adat ini.

Jadi hidup di sekitar mereka bukan menjadi sumber masalah. Tetapi mereka membuat keberagaman yang ada sebagai kekuatan untuk menjadi sumber inspirasi untuk membangun pondasi kerukunan yang kokoh. Jadi toleransi bukanlah sikap pasif, atau acuh tak acuh tetai sikap aktif dan positif, untuk saling mengenal, menghargai dan bekerjasama.

Satu hal lagi, Seren Taun adalah wujud yang nyata bagaimana dimensi keilahian, kemanusiaan dan menghormati alam pada Sunda Wiwitan itu dialami, dirasakan, dan dihayati dalam kebersamaan dengan semua mahkluk Tuhan.

Sunda Wiwitan mengajarkan manusia untuk menghormati dan menjaga keseimbangan alam serta mengembangkan kesadaran spiritual. Karenanya, Sunda Wiwitan menawarkan berbagai macam sumber inspirasi bag kita semua untuk mencapai keharmonisan dan keseimbangan hidup. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Sunda Wiwitan, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih bahagia, selaras dan berkelanjutan.

Untuk itulah, mari kita mengembangkan kesadaran spiritual dan kemandirian untuk meningkatkan kualitas hidup kita dan melestarikan tradisi dan budaya di tempatnya masing-masing. Semoga kita menjadi manusia bukan hanya toleran, tapi lebih ke arah empati, kerjasama dan kolaborasi untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Sekadar informasi, Menurut Direktur Fahmina Institute, Marzuki Rais, ini merupakan pertemuan ketujuh dan terakhir yang berlokasi di Cigugur Kuningan untuk mengetahui mengenai ritual, ajaran, tradisi Sunda Wiwitan. Program Sekolah Agama dan Kepercayaan (SAK) ini untuk mengetahui bukan untuk saling menyalahkan. Karena setiap orang punya keyakinan dan kepercayaan harus dihormati. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pesantren KHAS Kempek Gelar Sekolah Agama dan Kepercayaan, Fasilitasi Dialog Antar-Umat Beragama

Oleh: Zaenal Abidin Pesantren KHAS Kempek menjadi tuan rumah kegiatan Sekolah Agama dan Kepercayaan (SAK), sebuah program yang dirancang untuk...

Populer

Artikel Lainnya