Cirebon, Upaya Polri menumbuhkan hubungan kerjasama antara polisi dan masyarakat dengan warganya hingga kini terus berjalan. Hal tersebut tidak terlepas dari konsep Perpolisian Masyarakat (Polmas) dalam menumbuhkan kesadaran dan kepercayaan warga. Terutama dalam mengidentifikasi, menanggulangi dan menyelesaikan masalah yang terjadi di tengah warga melalui keputusan dan upaya mereka sendiri.
Sayangnya kinerja petugas Polmas dan kader forum kemitraan polisi dan masyarakat (FKPM), hingga kini belum berjalan efektif. Di Kabupaten-kabupaten Cirebon misalnya, hingga kini masih belum memperlihatkan kinerjanya dalam memecahkan persoalan sosial di lingkungan masing-masing. Hal tersebut terkuak berdasarkan pengakuan sejumlah perwakilan FKPM se-wilayah III Cirebon dalam “Pelatihan Polmas: Membangun Kemitraan antara Polisi dan Masyarakat”. Acara yang diselenggarakan Fahmina Institute di Hotel Sunyaragi Kota Cirebon, pada Senin-Rabu (25-27/8/08) ini, menghadirkan Eko Prasetyo dari Pusat Studi HAM (Pusham) dan Iklillah Muzayyanah dari Fahmina Institute Jakarta. Dalam pelatihan tersebut juga hadir KH Hussain Muhammad sebagai narasumber yang membahas trafiking.
Upaya konsisten Fahmina Institute memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang Polmas kali ini, setidaknya mampu menguak kekurang fahaman sejumlah FKPM tentang kewajiban-kewajibannya. Hal itu terbukti ketika peserta dituntut untuk mengemukakan pengalaman mereka tentang tanggungjawab FKPM. Peserta Pelatihan tersebut terdiri dari perwakilan FKPM dari Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, dan perwakilan dari Rakom Caraka.
Menurut Eko, FKPM yang sudah terbentuk pada dasarnya telah siap dengan tanggungjawabnya. Hanya saja pengetahuan mereka masih kurang, tentang ranah kerja Polmas yang sebenarnya. “Semangat mereka sudah cukup bagus, namun pengetahuan mereka masih perlu digalih. Karena ada batasan-batasan antara kerja-kerja Polisi dengan FKPM. Setelah saya menganalisa, ternyata FKPM yang hadir di sini masih belum faham sepenuhnya tentang apa saja kerja-kerja mereka sebenarnya,” ungkap Eko di sela-sela coffe break pelatihan Polmas tersebut. Bahkan, lanjut Eko, kewajiban Polmas yang difahami sejumlah FKPM itu banyak melampaui kerja-kerja Polisi yang sebenarnya. Karena pada dasarnya kerja FKPM selalu berhadapan dengan isu-isu kemanusiaan. Selain itu juga mencoba mendorong kultur sosial baru yang lebih peka dan tanggap. “Dan yang terpenting adalah FKPM harus berpihak, terhadap masyarakat dan sekian persoalan kemanusiaan,” tegas Eko.
Realitas FKPM juga diungkapkan Erlianus Thahar, Program Officer Pelatihan Polmas. Dia mengungkapkan, kegiatan pelatihan itu sudah dilakukan sejak bulan maret 2008. Salah satunya dengan mendatangi masing-masing komunitas. Dari situ dia mengaku menemukan banyak permasalahan terkait tugas-tugas FKPM. “Kami berkesimpulan perlu adanya penguatan di Polmas itu sendiri. Karena masih banyak di desa tidak ada yang mengetahui apa itu FKPM, kalaupun ada yang banyak mengetahui, mereka tidak tahu apa kewajibannya,” kata Erlianus yang akrab disapa Yunus.
Yunus juga mengungkapkan, sebagai langkah awal dalam program Community Orientied Policing (COP) atau Perpolisian Masyarakat ini, Fahmina telah melakukan penelitian langsung melalui metode Focus Group Discussion (FGD), yang melibatkan narasumber utama dari data-data terkait di Wilayah tiga Cirebon, khususnya di Ciborelang Majalengka, Karangampel Indramayu, Panguragan Kab. Cirebon, Gempol Palimanan kab. Cirebon dan Gebang Losari Kab. Cirebon.
Hasil FGD ini telah diseminarkan, pada 16 Juni 2008 lalu, yang banyak mendapat tanggapan dari berbagai kalangan yang hadir dalam seminar tersebut. Dari fakta-fakta yang muncul dalam hasil penelitian dan seminar tersebut setidaknya ada gambaran secara singkat peta kesiapan, pemahaman, daya dukung dan kendala-kendala yang terkait penerapan pada sistem Perpolisian Masyarakat maupun upaya pencegahan trafiking.
“Maka selanjutnya untuk mendorong kembali dan memperkuat gerakan Polmas di tingkat komunitas pedesaan, kami bermaksud melaksanakan pelatihan bagi warga, petugas polmas dan kader FKPM bagi beberapa komunitas desa yang sebelumnya dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sebelumnya,” ujar Yunus.
Adapun tujuan utama diselenggarakannya kegiatan pelatihan Polmas kali ini, untuk memperkuat kembali pemaham Pelatihanan warga tentang Polmas dan strategi penerapannya yang berbasis pada partisipasi penuh warga. Selain itu juga mengoptimalkan kemampuan warga untuk membaca persoalan-persoalan sosial yang muncul di komunitas desanya, sekaligus menemukan solusinya dengan melibatkan partisipasi warga. Serta, meningkatkan kemampuan warga tentang strategi pengorganisasian warga, merancang program kegiatan terkait Polmas, dan melakukan evaluasi/monitoring terhadap program kegiatan tersebut.