Keyakinan agama adalah bagian dalam diri manusia yang paling personal, ekslusif dan tersembunyi. Hanya Allah yang mengetahui isi hati dan pikiran orang. Oleh karena itu tidak ada kekuatan apapun dan siapapun selain Allah yang bisa memaksanya.
Menurutnya, dengan akal pikirannya, manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya, termasuk memilih pikiran dan pandangan orang dan memilih keyakinan agamanya. “Al-Qur’an sendiri mengatakan, tidak ada paksaan dalam agama”, katanya seraya mengutip ayat al-Qur’an lainnya yang menyatakan, bahwa keputusan pilihan orang untuk berkeyakinan atau beragama pada akhirnya merupakan kehendak Tuhan. Karena itu, tidak ada seorang pun yang boleh memaksakan kehendaknya.
“Itu semua merupakan gagasan besar tentang kemanusiaan yang ada dalam al-Qur’an, selain gagasan-gagasan lainnya seperti berbuat baik dan bertindak adil, serta melarang orang-orang yang beriman mencaci maki keyakinan orang lain. Pandangan kemanusiaan dalam Islam tidak lain adalah cara melihat manusia, apa pun identitas dirinya, yang harus dihormati dan dihargai, sebagaimana Tuhan sendiri menghormati dan mengahrgainya.
Sementara itu, Guru Besar STAIN Cirebon, Prof. DR. Adang Djumhur, M.Ag, yang juga menjadi salah satu narasumber, mengatakan, bahw apluralitas merupakan realitas atau sunnatullah yang harus dihormati. Bukan meyakini agama lain, tetapi setiap orang harus menghormati agama dan keyakinan orang lain.[]
Sumber: Mitra Dialog edisi 5 Mei 2008, ditulis kembali oleh Ali Mursyid