Oleh: Devi Farida
Hak hidup lebih utama daripada hak beragama. Toleransi tidak akan merugikan hidupmu.
Tidak ada senyum, ketika senyum kita sendiri berubah air mata tanpa kedamaian didalamnya. Saling menghakimi, merasa benar sendiri dengan kelompoknya masing-masing seolah-olah kita lupa akan hakikat manusia diciptakan itu berbeda-beda.
Bahkan Allah menciptakan perbedaan itu agar kita bisa saling mengenal dan mampu menerima bahwa setiap individu adalah makhluk yang berbeda akan kesunnatullahan tersebut. Tapi kita lupa akan semua itu, lihat kondisi lingkungan bersosial kita seolah ada batasan-batasan yang akhirnya timbulah rasa curiga terhadap sesama saudara sedarah, sebangsa dan seiman. Apa dampaknya kita akan dengan mudah dipolitisasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang memang sedang menantikan kehancuran negara tercinta kita.
Saya sendiri merasa miris dengan keadaan seperti ini, untuk itu saya dengan teman-teman PAC IPNU IPPNU Pabuaran membuat kegiatan “SETAMAN” (Sekolah Cinta Perdamaian) di salah satu desa di Kabupaten Cirebon yaitu Pabuaranlor kami bekerjasama dengan Fahmina Institute. Dalam acara tersebut saya dan teman-teman meminta delegasi peserta dari sekolah-sekolah yang ada di kecamatan Pabuaran , Santom Thomas, Gusdurian dan genk motor yang ada di daerah tersebut.
Setidaknya ketika kami melibatlan semua pihak, nilai-nilai yang ada dalam kegiatan ini akan tersampaikan khususnya Toleransi, walaupun memang ketika acaranya ada beberapa yang tidak bisa mendelegasikan perwakilannya. Hal itu tidak membuat kami patah semangat karena awal tujuan kami membuat acara tersebut bukan sebuah kepetingan tapi sebuah kebutuhan dimana benar-benar ingin menyadarkan bahwa toleransi itu sangat penting untuk kehidupan sosial kita dalam berbangsa dan bernegara.
Setelah kegiatan SETAMAN tersebut, saya dipercaya oleh pihak Fahmina Institute untuk mengikuti kegiatan Youth Interfaith Exchange Visit Freedom Of Religion and Belief di Kenya. Yang diikuti oleh Indonesia, Belanda dan Kenya. Sebuah kado terbesar yang Allah berikan untuk gadis desa seperti saya, yang telah diberikan kesempatan menyaksikan bagaimana perbedaan itu secara utuh dan bukan hanya dari perbedaan pandangan saja tapi dari berbagai background personality dan agama yang berbeda.
Dalam kegiatan tersebut saya dipertemukan dengan berbagai komunitas sosial yang bergerak dibidang kemanusiaan, pendidikan dan ekonomi, yaitu IRCK, KECOSCE dan Mensen meet een Missie. Disana kami kunjungan di beberapa tempat Muthangari Police Station, Jaffreys Lavington, SHIA Community, Habeesa, dan Netherlands Embassy. Disana setiap peserta dari Indonesia dan Belanda diberikan kesempatan untuk saling bertukar informasi tentang komunitas yang diikuti di negaranya masing-masing dengan pemuda Kenya.
Saya dipasangkan dengan Maina Merry. Dia perempuan Kristen yang hebat dan pintar yang pernah saya temui di Kenya. Dia sudah menjadi single parents di usia muda, tapi dia mampu bangkit dan menjadi perempuan hebat yang menginspirasi banyak perempuan-perempuan di luar sana bahwasannya perempuan dapat memberikan perubahan tatanan sosial yang timpang menjadi seimbang. Karena dari pengalaman hidup yang dialaminya membuatnya aktif di komunitas sosial dimana dalam komunitas tersebut memberikan pemahaman tentang dampak dari pernikahan dini, kekerasan dalam rumah tangga, kesetaraan gender, pelecehan seksual dan kriminal.
Lalu saya dikenalkan dengan seorang muslim sunni yang bernama Saleh salah satu teman muslim Merry yang telah memberikan bantuan air bersih di komplek Kristen yang ada disalah satu desa di Mombasa, lalu saya diajak ke rumah Saleh disana saya bertemu dengan istri, anak-anaknya dan nenek Fatimah. Mereka sangat ramah dan hangat sekali menyambut kedatangan saya dan saya diberikan kesempatan masak di rumahnya yaitu masak indomie dan bercengkrama dengan keharmonisan keluarga Saleh dan Merry. Betapa beruntungnya saya bertemu dengan Merry dan teman-teman disana saya belajar saling menghargai, saling membantu, dan belajar menempatkan toleransi yang tepat.
Banyaknya tindakan kriminal, kejahatan ekstrimis, dan terorisme di Kenya membuat fokus pemerintah pada pemberdayaan SDM, mengembangkan perekonomian di Kenya ini meningkat. Menjalin relasi dengan lembaga sosial dan membangun bisnis di berbagai sektor. Begitupan saat saya berkunjung di Kedubes Belanda disana dipaparkan bahwa kejahatan ekstrimisme dan terorisme di Kenya meningkat bahkan prosentase perekrutan anggota Al-Shabaab atau ISIS meningkat 80%.
Bahkan perekrutan sudah dimulai dari dini di madrasah-madrasah dan sekolah umum. Sehingga kedubes belanda sangat mendukung organisasi tentang kemanusiaan dan sosial ekonomi. Polisi dan keamanan di Kenya itu sangat ketat. Karena adanya kekhawatiran akan pemuda-pemudinya terdoktrin oleh paham-paham radikal dan terorisme yang dibawa oleh orang asing. Diskusi yang kami lakukan sangat menarik. sampai waktunya berdoa bersama.
Bagi saya berdoa itu bukan secara tekstual saja tapi kamu harus memahami dan sesuai dengan kebutuhanmu, agar rasamu sampai kepada Tuhanmu. Hak hidup lebih utama daripada hak beragama. Toleransi tidak akan merugikan hidupmu.