Oleh: Fanny Crisna Matahari
Fahmina Institute mengajak para tokoh lintas agama untuk bersama menguatkan nilai-nilai menghargai kemanusiaan, tidak menyukai kerusakan dan tidak saling membenci. Hal ini diserukan terutama dalam rangka Pemilu 2024 yang tinggal hitungan tiga bulan lagi.
Hal ini diungkapkan Direktur Fahmina Institute, Marzuki Rais, di sela kegiatan Konsolidasi Tokoh Lintas Agama dan Lingkar Fahmina; “Menguatkan Gerakan Jaringan Lintas Agama dalam Menghadapi Pemilu 2024”, di salah satu hotel di Kota Cirebon.
“Kita kumpulkan tokoh lintas agama se-wilayah III Cirebon. Kita kumpulkan mereka karena secara event hari ini adalah Hari Toleransi Internasional. Kemudian, dalam konteks kita juga akan menghadapi Pemilu, biasanya ke arah proses Pemilu itu banyak isu keagamaan atau politik identitas,” ujarnya.
Menurutnya, dalam politik identitas itu agama ditarik untuk membenarkan suatu kelompok. “Maka hari ini kita ajak tokoh lintas agama, tokoh perempuan untuk bersama, paling tidak menguatkan kembali bahwa kita punya nilai-nilai di masing-masing agama yang menghargai kemanusiaan, kemudian tidak menyukai kerusakan dan kebencian,” katanya. Selain itu, menurutnya, pihaknya juga akan melakukan identifikasi melalui Focus Group Discussion (FGD) yang digelar bersamaan dengan konsolidasi tersebut.
“Kita juga akan identifikasi lewat FGD, di antaranya identifikasi konflik di daerah masing-masing, kemudian rumuskan pencegahan agar tidak terjadi konflik di masyarakat,” tuturnya. Sejauh ini, tambah Marzuki, di Cirebon belum terlihat konflik-konflik yang menonjol jelang Pemilu, tapi di media sosial antara satu dan lainnya sudah terasa gesekannya.
“Berdasarkan indeks kerawanan Pemilu yang dikeluarkan oleh Bawaslu RI, Jabar masuk nomor empat kategori rawan, kita belum tahu dalam sisi apa kerawanannya. Tapi apapun itu, Fahmina yang bergerak di isu kemanusiaan dan upaya penciptaan perdamaian, kita bisa antisipasi sejak awal dengan mengajak tokoh agama untuk kemudian saling memantau di lingkungan masing-masing, juga menyerukan toleransi dan meredam konflik,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, pihaknya berkaca dari Pemilu 2019, di mana saat itu agama menjadi isu yang paling banyak muncul dari tokoh politik. “Dilihat dari petanya, peta 2019 dan 2024 itu berbeda, kelompok agama pada Pemilu 2019 itu betul-betul berhadap-hadapan antara satu kelompok dengan kelompok lain, tapi dalam Pemilu 2024 saat ini, (kelompok agama) tersebar ada di semua calon. Kita saat ini tidak melihat seperti di 2019, tapi apapun itu kita harus tetap siap siaga, sehingga peta kerawanan saat Pemilu 2019 itu kita bisa antisipasi sejak awal,” ujarnya.
Sumber: kabarcirebon.pikiran-rakyat.com