Jumat, 22 November 2024

Kekerasan Itu

Baca Juga

Mungkin mereka yang melakukan kekerasan itu sekedar wayang-wayang yang terbakar oleh provokasi imam-imam mereka. Mereka diyakinkan, misalnya, bahwa kelompok AKKBB itu pembela kaum sesat Ahmadiyah atau antek-antek Yahudi dan Amerika. Tapi apapun alasannya  tindakan anarki dan kekerasan tidak dibenarkan baik oleh akal sehat, oleh Islam, dan oleh Negara.

Entah keberapa kalinya, lagi-lagi kita disuguhi tontonan yang sulit dimengerti  oleh pikiran waras kaum beriman  yang berpancasila.  Sekelompok  orang  brutal  memamerkan kebengisan dan kekerasannya kepada sesama bangsanya.  Kekerasan kali ini yang menjadi sasarannya adalah kelompok Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Dalam aksinya kelompok AKKBB meminta pemerintah untuk mempertahankan NKRI, juga pancasila. Aksi ini dilakukan dalam memperingati hari kelahiran pancasila yang jatuh pada 1 Juni 2008. Ditengah aksi damainya itu, tiba-tiba sekelompok masa datang dan menghajar beberapa orang yang sedang berunjuk rasa. Dalam insident itu, puluhan masa dari AKKBB terluka bahkan ada yang sampai parah.
 

Yang lebih memprihatinkan, terutama bagi kaum muslimin yang memiliki nurani, adalah mereka yang memamerkan keangkuhan dan keganasannya itu  berpakaian busana Nabi agung Muhammad SAW dan menggunakan label Pembela Islam. Mereka yang seperti kalap itu pastilah orang-orang awam yang tidak begitu mengerti tentang Islam dan tidak mengenal dengan baik kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tidak mengerti bahwa Islam adalah agama damai dan kasih sayang. Agama yang mengecam kezaliman dan kekerasan. Tidak mengerti bahwa kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang bassaam, ramah dan murah senyum.

Mungkin mereka yang melakukan kekerasan itu sekedar wayang-wayang yang terbakar oleh provokasi imam-imam mereka. Mereka diyakinkan, misalnya, bahwa kelompok AKKBB itu pembela kaum sesat Ahmadiyah atau antek-antek Yahudi dan Amerika. Tapi apapun alasannya  tindakan anarki dan kekerasan tidak dibenarkan baik oleh akal sehat, oleh Islam, dan oleh Negara.

Negara kita adalah negara hukum. Saya sungguh khawatir kekerasan-kekerasan yang terjadi seperti kemarin itu justru akan membuat konflik horizontal berkepanjangan yang ujung-ujungnya akan merugikan umat Islam sendiri, Islam, dan Indonesia. Apalagi saat ini ‘tensi masyarakat’ sedang sangat tinggi. Karena itu pemerintah -sebagai pihak yang paling utama bertanggungjawab yang mengemban amanat dan memiliki perangkat untuk menyelesaikan permasalahan  seperti konflik horizontal ini— hendaknya segera bertindak sesuai kewenangannya serta sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku di negeri ini.

Sementara itu kaum muslimin sebagai mayoritas di negeri ini, terutama para pimpinan mereka –termasuk dalam rangka memperjuangkan prinsip mulia apapun- hendaklah tetap mengedepankan sikap tidak berlebih-lebihan, sikap kearifan dan kesantunan  seperti yang diajarkan dan dicontohkan oleh Pemimpin agung kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak justru mengikuti cara-cara munkar yang seharusnya kita cegah. Semangat membela Islam dan amar makruf nahi munkar, mestilah dilakukan dengan cara-cara Islami dan santun.

Nabi Muhammad SAW : Sosok Teladan Yang Lembut

Seperti sudah diketahui  Islam adalah agama rahmatan lil ‘aalamiin. Yang dibawa oleh manusia pilihan yang paling beradab dan penuh kasih sayang, Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah seorang Nabi dan Rasul yang menurut penuturan shahabat Abdullah Ibn ‘Umar (diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan imam Muslim), tidak kasar dan tidak pernah melampaui batas;  Nabi bersabda: “Inna khiyaarakum ahsanukum akhlaaqan.” (Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian ialah mereka yang berakhlak paling baik). Shahabat Ibn ‘Umar juga menuturkan bahwa, kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak kaku, tidak bengis, tidak suka bersuara keras di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan melainkan memaafkan dan mengampuni (HR. Bukhari). Tentang orang Islam, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Almuslimu man salimal muslimuun min lisaanihi wayadihi”  (Muslim sejati ialah orang yang menjaga lisan dan tangannya  sehingga orang-orang muslim lain selamat dari daripadanya)(HR. Imam Muslim dari Jabir)

Dalam banyak riwayat, disebutkan bahwa salah satu cara Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan misi keagamaan dan gagasan besar kemanusaiannya adalah dengan sikap pribadinya yang anti kekerasan. Nabi hadir di tengah-tengah kondisi dan sistem sosial kala itu, yang penuh diwarnai kekerasan dan kekacauan dengan menampilkan pribadinya yang lembut dan penuh kasih. Ini memang pesan Allah SWT kepada beliau. Allah berfirman: “maka disebabkan rahmat (kasih sayang) Tuhanlah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” (Qs. Ali Imran [3]:159). Secara tegas Nabi SAW sendiri menyatakan bahwa bagian besar dari misi kerasulannya adalah untuk memperkuat landasan akhlak manusia agar mulia dan sempurna. Nabi bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Hal itu ditegaskan pula oleh firman Allah SWT : “Tidaklah Kami utus kamu (Muhammad), kecuali untuk (menyebarkan) kasih sayang kepada umat manusia” (QS, al-Anbiya, 21: 107).


*Tulisan ini diammbil dari www.gusmus.net dengan tambahan isi/ulasan dari redaksi (Ade)
**Penulis , KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) adalah pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Sosialisasi Pilkada Serentak 2024: Serukan Pemilih Cerdas dan Tolak Politik Uang

Oleh: Zaenal Abidin Cirebon, Fahmina Institute- Dalam rangka memperkuat demokrasi dan keberagaman, KPU Kabupaten Cirebon gandeng Fahmina Institute mengadakan acara...

Populer

Artikel Lainnya