Mungkin mereka yang melakukan kekerasan itu sekedar wayang-wayang yang terbakar oleh provokasi imam-imam mereka. Mereka diyakinkan, misalnya, bahwa kelompok AKKBB itu pembela kaum sesat Ahmadiyah atau antek-antek Yahudi dan Amerika. Tapi apapun alasannya tindakan anarki dan kekerasan tidak dibenarkan baik oleh akal sehat, oleh Islam, dan oleh Negara.
Entah keberapa kalinya, lagi-lagi kita disuguhi tontonan yang sulit dimengerti oleh pikiran waras kaum beriman yang berpancasila. Sekelompok orang brutal memamerkan kebengisan dan kekerasannya kepada sesama bangsanya. Kekerasan kali ini yang menjadi sasarannya adalah kelompok Aliansi Kebangsaan dan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Dalam aksinya kelompok AKKBB meminta pemerintah untuk mempertahankan NKRI, juga pancasila. Aksi ini dilakukan dalam memperingati hari kelahiran pancasila yang jatuh pada 1 Juni 2008. Ditengah aksi damainya itu, tiba-tiba sekelompok masa datang dan menghajar beberapa orang yang sedang berunjuk rasa. Dalam insident itu, puluhan masa dari AKKBB terluka bahkan ada yang sampai parah.
Yang lebih memprihatinkan, terutama bagi kaum muslimin yang memiliki nurani, adalah mereka yang memamerkan keangkuhan dan keganasannya itu berpakaian busana Nabi agung Muhammad SAW dan menggunakan label Pembela Islam. Mereka yang seperti kalap itu pastilah orang-orang awam yang tidak begitu mengerti tentang Islam dan tidak mengenal dengan baik kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tidak mengerti bahwa Islam adalah agama damai dan kasih sayang. Agama yang mengecam kezaliman dan kekerasan. Tidak mengerti bahwa kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang bassaam, ramah dan murah senyum.
Mungkin mereka yang melakukan kekerasan itu sekedar wayang-wayang yang terbakar oleh provokasi imam-imam mereka. Mereka diyakinkan, misalnya, bahwa kelompok AKKBB itu pembela kaum sesat Ahmadiyah atau antek-antek Yahudi dan Amerika. Tapi apapun alasannya tindakan anarki dan kekerasan tidak dibenarkan baik oleh akal sehat, oleh Islam, dan oleh Negara.
Negara kita adalah negara hukum. Saya sungguh khawatir kekerasan-kekerasan yang terjadi seperti kemarin itu justru akan membuat konflik horizontal berkepanjangan yang ujung-ujungnya akan merugikan umat Islam sendiri, Islam, dan Indonesia. Apalagi saat ini ‘tensi masyarakat’ sedang sangat tinggi. Karena itu pemerintah -sebagai pihak yang paling utama bertanggungjawab yang mengemban amanat dan memiliki perangkat untuk menyelesaikan permasalahan seperti konflik horizontal ini— hendaknya segera bertindak sesuai kewenangannya serta sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku di negeri ini.
Sementara itu kaum muslimin sebagai mayoritas di negeri ini, terutama para pimpinan mereka –termasuk dalam rangka memperjuangkan prinsip mulia apapun- hendaklah tetap mengedepankan sikap tidak berlebih-lebihan, sikap kearifan dan kesantunan seperti yang diajarkan dan dicontohkan oleh Pemimpin agung kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak justru mengikuti cara-cara munkar yang seharusnya kita cegah. Semangat membela Islam dan amar makruf nahi munkar, mestilah dilakukan dengan cara-cara Islami dan santun.
Nabi Muhammad SAW : Sosok Teladan Yang Lembut
Seperti sudah diketahui Islam adalah agama rahmatan lil ‘aalamiin. Yang dibawa oleh manusia pilihan yang paling beradab dan penuh kasih sayang, Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah seorang Nabi dan Rasul yang menurut penuturan shahabat Abdullah Ibn ‘Umar (diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan imam Muslim), tidak kasar dan tidak pernah melampaui batas; Nabi bersabda: “Inna khiyaarakum ahsanukum akhlaaqan.” (Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian ialah mereka yang berakhlak paling baik). Shahabat Ibn ‘Umar juga menuturkan bahwa, kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak kaku, tidak bengis, tidak suka bersuara keras di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan melainkan memaafkan dan mengampuni (HR. Bukhari). Tentang orang Islam, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Almuslimu man salimal muslimuun min lisaanihi wayadihi” (Muslim sejati ialah orang yang menjaga lisan dan tangannya sehingga orang-orang muslim lain selamat dari daripadanya)(HR. Imam Muslim dari Jabir)
*Tulisan ini diammbil dari www.gusmus.net dengan tambahan isi/ulasan dari redaksi (Ade)
**Penulis , KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) adalah pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang.