Sabtu malam tepatnya selepas magrib, 28 Mei 2016. Tim Redakasi Blakasuta berkesempatan untuk bersilaturahim sekaligus melakukan wawancara dengan sesepuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon yaitu, KH. Makhtum Hannan. Suasana cukup lengang tak biasanya yang selalu ramai para tamu. Walau beliau terlihat kurang fit kami tetap diterima dengan baik olehnya.
Kiai Makhtum Hannan yang saat ini khidmah (mengasuh) Pondok Pesantren Masyariqul Anwar, pesantren yang didirikannya 40 tahun silam. Dalam jam’iyyah Nadlatul Ulama (NU) beliau di percaya sebagai dewan Mustasyar PBNU,menjadi salah satu dari sembilan jajaran Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA). Sebuah dewan pertimbangan tertinggi dalam NU yang hanya di isi dan di percayakan kepada para Ulama Sepuh dan Khas (khusus).
Sejak kecil KH. Makhtum Hannan belajar ilmu-ilmu agama dari ayahnya KH. Abdul Hannan, kemudian belajar al-qur’an kepada KH. Masduqi Ali. Walaupun sempat mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat sampai kelas 3, tapi ghiroh menuntut ilmu tetap beliau lanjutkan di Pondok Pesantren Kaliwungu Kendal dibawah asuhan KH. Ru’yat dan Pondok Pesantren Lasem Rembang dengan bimbingan dari KH. Masduqi Lasem.
Kegiatan beliau seperti para kiai pada umumnya, tidak lepas dari membimbing santri dan masyarakat, selain itu beliau juga memimpin Jam’iyyah Istighotsah dengan puluhan ribu jama’ah yang dilakukan setiap malam Jum’at dan dihadiri oleh masyarakat sewilayah III Cirebon.
Beliau sosok nasionalis dan sangat menghargai kebhinekaan negerinya. berikut petikan wawancara kami yang mengangkat tema Pancasila.
Menurut Kiai apakah kekerasan atas nama agama itu dibenarkan?
Tidak boleh tentunya, karena agama Islam mempunyai dasar yang sangat luhur yaitu Rahmatan lil alamin, dan tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama Islam karena urusan perbedaan agama itu sangat terkait dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, bukan urusan kita. Nabi mengajarkan welas asih kepada para umatnya dan hal itu menjadi media dakwah Nabi dalam penyebaran Islam.
Mama Hannan, ayah saya berkata bahwa indonesia adalah model negara Islam terbaik bagi seluruh dunia, bisa kita lihat di negara Timur Tengah konflik tak kunjung usai, karena tidak ada sikap saling menahan diri satu sama lain.
Apakah NU dan pesantren mendukung Pancasila?
Ya, kalau dari golongan ulama yang mendukung pancasila ya ulama NU, selain NU lainnya masih remeng-remeng. Karena pancasila itu berasaskan ketuhanan yang maha esa, masa Tuhan tidak kita dukung. Ketika sebagian orang yang tidak mendukung Pancasila, menurut saya tanyakan lagi kepada mereka, aspek apa dari kelima sila tersebut yang mereka tidak setuju. Indonesia adalah satu-satunya negara yang ideologi dasar negaranya dibuka dengan kalimat ketuhanan yang maha esa pada sila pertama. Ditambah teks-teks pancasila yang lima tersebut juga telah disetujui para ulama, ada KH. A. Wahid Hasyim yang menjadi salah satu anggotanya.
Pesantren selama ini mendukung pemerintah agar suasana iklim masyarakat yang damai, tentram, ishlah dan tercipta musyawarah, semua dukungan pesantren tersebut bersumber dari nilai-nilai pembelajaran di dalam pesantren, adapun sumber utamanya ialah al-Qur’an dan Al-Hadits.
Lantas apa respon Kiai terhadap orang yang tidak mendukung Pancasila sebagai Asas Negara Kita?
Saya sekali lagi ingin menanyakan aspek mana yang mereka tidak setuju?, suruh mereka orang-orang yang tidak mendukung Pancasila sebagai asas negara Indonesia untuk “ngaji agama” lebih dalam, buka lagi kitab-kitabnya, NKRI sudah menjadi harga mati dan itu sudah menjadi kesepakatan dan Hasil Ijtihad Ulama-ulama terdahulu. Adapun seandainya kata “Ketuhanan” dalam sila satu dalam Pancasila yang menjadi masalah, itu sebenarnya hanyalah masalah bahasa saja! tuhan kan bahasa Indonesia, bahasa arabnya Allah.
Coba kita perhatikan isi Pancasila, dari sila pertama sampai sila kelima itu sudah begitu mewakili nilai-nilai Islam, Sila ketuhanan yang maha esa, Bukankah itu adalah bentuk dari esensi ketauhidan? Bukankah Syahadat Tauhid kita sendiri adalah penyaksian Bahwa Tidak ada Tuhan Kecuali Allah Yang maha Esa?, lalu sila kemanusiaan yang adil dan beradab, ini menegaskan ajaran islam tentang konsep keadilan, kemanusiaan dan budaya.
Dilanjutkan sila Persatuan Indonesia, bukankah sudah kita sepakati bersama bahwa persatuan adalah sumber kekuatan? sumber kekuatan masyarakat kita masyarakat indonesia. Lalu prinsip dan proses musyawarah untuk terciptanya mufakat yang tertulis dalam sila keempat, dan ini tertuang dalam al-Qur’an, lalu sila yang terahir dari pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dan ini sesuai dengan prinsip ajaran Islam tentang perintah untuk berbuat adil kepada manusia lain.
Saya tidak habis pikir, mengapa itu semua harus diperdebatkan, saya sebagai seorang yang dibesarkan di pesantren tentu manut dengan para ulama dan kiai-kiai terdahulu, yang mana mereka adalah bagian dari pencetus lahirnya Pancasila dan saya tentu mendukung pancasila sebagai asas negara kita, negara indonesia.
Ada nilai lain yang kiai-kiai pesantren ajarkan kepada para santrinya yaitu penanaman akhlaqul-qolbiyah. Hal ini adalah bentuk keluhuran jiwa dan kecerdasan hati seseorang dalam menyikapi berbagai persoalan terutama respon terhadap pengaruh dari luar. Bagaimana seseorang itu bisa bersikap santun lembut dan ramah, Mama Hannan, ayah saya berkata bahwa indonesia adalah model negara Islam terbaik bagi seluruh dunia, bisa kita lihat di negara Timur Tengah konflik tak kunjung usai, karena tidak ada sikap saling menahan diri satu sama lain.
Mengenai toleransi di pesantren bagaimana Kiai melihatnya di era sekarang?
Pesan saya kepada pemuda-pemudi bangsa ini, tidaklah keyakinan yang berbeda menjadi penghalang bagi setiap elemen bangsa ini untuk bersama-sama memajukan Indonesia.
Pesantren sangat terbuka dengan orang yang datang dari berbagai latar belakang profesi, keyakinan dan agama, baik itu Hindu, Buddha, Yahudi, ataupun Kristen. Toh kedatangan mereka sebagai tamu sudah patut bagi tuan rumah untuk menghormatinya. Idkhol as-Surur yakni menanam kebahagiaan kepada setiap tamu yang mendatangimu, itu adalah nilai-nilai pesantren yang berasaskan al-Qur’an dan al-Hadits.
Setiap ada tamu dari agama atau keyakinan yang berbeda datang ke pesantren, saya selalu mengajak dan senantiasa menekankan untuk bersama-sama membangun bangsa, bangsa kita akan kuat, sejahtera dan damai ketika semua unsur dan lapisan masyarakat bangsa ini bersatu dan memiliki cita-cita sama dalam menanamkan cinta tanah air (Hubbul-Wathan), dengan tanpa harus melihat latar belakang Suku, Ras, Bahasa, Agama dan keyakinannya.
Saya sedikit belajar dari pola Rasulullah SAW dalam membangun Negara Madinah, bagaimana madinah saat itu di huni oleh Multi ras dan multi agama, Namun Rasulullah SAW mengutamakan keselamatan dan kesetaraan bersama dalam membangun Negara Madinah. Pesan saya kepada pemuda-pemudi bangsa ini, tidaklah keyakinan yang berbeda menjadi penghalang bagi setiap elemen bangsa ini untuk bersama-sama memajukan Indonesia.
Biografi Singkat KH Makhtum Hannan
Nama Lengkap : KH Makhtum Hannan
Nama Kecil : Makhtum
Lahir : Cirebon, 13 Juni 1938
Istri: Hj. Aminah
Dikaruniai 5 putera:
1. Hj. Ida Farida
2.H. Rahmat Jauhari
3. M. syuhada
4. Ade Mar`i Muhammad
5. Muhammad Arsyad
ORANG TUA DAN KELUARGA.
- Ayah : KH. Abdul Hannan Bin Thayyib.
- Ibu : Ny. HJ. Shalihah Binti Muhammad Amin.
- Kakak :
- Amrin Hannan.
- Anwar Fathoni.
- Hj. Masthuroh.
- Adik
- Hj. Tasmi’ah.
- Hj. Khumaeroh.
- Hj. Waritsah.
- Hj. Fathimah.
- Hj. Rohmah.
- Hj. Rube’ah.
Riwayat Pendidikan
Formal:
- Sekolah Rakyat (sampai Kelas 3)
Pesantren:
- Pondok pesantren Kaliwungu Kendal
- Pondok pesantren Lasem Rembang.