Oleh: Shofi Puji Astiti
Pertanyaan sederhana muncul, apakah gender, sex dan feminisme itu? Ada beragam jawaban dari para peserta mengenai gender, sex, dan feminisme berdasarkan dari latar belakang yang berbeda, mempunyai pengalaman yang berbeda dan pengetahuan yang berbeda tapi sebenarnya mempunyai hajat bersama yaitu menginginkan kepekaan atau sensitivitas gender dalam berkehidupan.
Ibu Nyai Masruchah menjelaskan bahwasanya penting untuk kita mengetahui, menyadari dan memahami tentang hal-hal yang bersifat qodrati yang tetap tidak bisa berubah dan hal yang bersifat gender atau kontruksi sosial. Yang mana keadilan bisa dirasakan, diterima oleh siapa saja tidak hanya laki-laki tapi juga perempuan. Bukan malah sebaliknya membiarkan ketidakadilan semakin berkembang dari pemahaman yang salah.
Ibu Nyai Masruchah juga menyampaikan bahwasannya pentingnya bagi kita untuk memodifikasi cara berdakwah agar keadilan bisa dirasakan semua orang, orang paham apa yang harus dilakukan dan paham dengan apa yang jangan dilakukan. Seperti contoh dalam memahami sex dan gender. Sex merupakan pemberian Allah, kodrat atau sering disebut dengan jenis kelamin misalnya laki-laki dan perempuan.
Di mana laki-laki memiliki penis dan sperma, dan perempuan memiliki sel telur, rahim, vagina, perempuan bisa menstruasi, hamil, melahirkan. Sedangkan gender merupakan bentukan yang bisa berubah seperti ketika laki-laki dianggap kuat, perempuan lemah. Laki-laki pemimpin, perempuan dipimpin, dan lain-lain yang dibentuk bisa dari budaya, tradisi dan pemahaman yang salah.
Dari pemahaman gender yang salah melahirkan ketidakadilan bagi laki-laki dan terutama bagi perempuan. Adapun bentuk dari ketidakadilan gender seperti marginalisasi, peminggiran karena jenis kelamin. Subordinasi, jenis kelamin dianggap penting, seperti contoh perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki. Pelabelan atau stereotipe seperti contoh perempuan dianggap lemah dan sumber fitnah maka aktifitas diluar rumah harus dibatasi. Kekerasan, perbuatan yang menimbulkan rasa sakit, trauma, penderitaan sampai kematian. Yang terakhir beban ganda, seperti contoh perempuan memiliki tanggung jawab pekerjaan domestik tanpa disertai peran yang adil.
Maka penting untuk belajar bersama dalam memahami gender, sek, dan feminisme dalam mewujudkan keadilan gender. Agar mempunyai kepekaan atau sensitivitas gender dalam merespon realitas sosial yang terjadi saat ini. Sehingga mampu mewujudkan cita-cita berkehidupan yang adil, bahagia, sejahtera serta Rahmatan lil’alamin mustahil. []
*Kader Ulama Perempuan