Rabu, 4 Desember 2024

Menganal Konsep Ketuhanan, Ritual, dan Meditasi Agama Budha

Baca Juga

Oleh: Zaenal Abidin

Fahmina Institute menggelar sesi kedua kegiatan Sekolah Agama dan Kepercayaan Bagi Oraang Muda di Vihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon. Acara ini dihadiri oleh 30 peserta terpilih melalui proses seleksi yang ketat, sebagai bagian dari rangkaian tujuh pertemuan yang bertujuan memperdalam pemahaman lintas agama dan kepercayaan, pada hari Sabtu (2/11/2024).

Para peserta mendapat wawasan mendalam mengenai berbagai aspek agama Buddha, mulai dari kitab suci, konsep ketuhanan, hingga praktik ibadah dan meditasi. Acara ini berlangsung di salah satu vihara di Cirebon dengan dihadiri oleh tokoh agama Buddha, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Alifatul Arifiati selaku moderator acara membuka ruang diskusi dengan tiga pertanyaan. Ahmad Komarudin dari JAI menanyakan kutipan inti ajaran Buddha dari kitab suci Tripitaka. Catur Widyaningsih menjelaskan bahwa salah satu ajaran utama Buddha yang terdapat dalam Dhammapada adalah:

“Jangan berbuat jahat, perbanyak perbuatan baik, sucikan hati dan pikiran.”

Ia juga menambahkan bahwa teks-teks dalam agama Buddha memiliki makna yang sangat mendalam dan kontekstual.

Lala, salah satu peserta bertanya tentang pentingnya pohon Bodhi dalam agama Buddha. Romo Junawi meluruskan bahwa pohon Bodhi adalah simbol, bukan objek penyembahan, dan lebih dihormati karena menjadi tempat Pangeran Siddharta mencapai pencerahan. Ia juga menambahkan fakta menarik bahwa pohon Bodhi memiliki keistimewaan menghasilkan oksigen bahkan di malam hari.

Sementara itu Brian mengajukan pertanyaan tentang konsep ketuhanan dalam agama Buddha. Romo Junawi menjelaskan bahwa Tuhan dalam ajaran Buddha tidak dipersonifikasikan, melainkan dilihat sebagai sesuatu yang mutlak dan melampaui bentuk fisik. Praktik ibadah Buddha, seperti puja bakti, dirancang untuk memperkuat nilai-nilai moral, bukan untuk meminta sesuatu.

Selanjutnya Catur Widyaningsih dan Romo Junawi memandu peserta dalam sesi meditasi. Dijelaskan bahwa meditasi bertujuan untuk mengendalikan pikiran dan melabeli sesuatu dengan netral.

“Proses meditasi adalah fokus pada pernapasan dan mengelola pikiran agar tidak liar seperti dalam kisah Sun Go Kong,” jelas Catur, disambut tawa ringan peserta.

Devida bertanya tentang samsara dan samsana. Romo Junawi menjelaskan bahwa samsara adalah siklus penderitaan yang disebabkan oleh keinginan duniawi. Ia menegaskan bahwa setiap perbuatan manusia memiliki konsekuensi yang tidak selalu dapat dihindari.

Diskusi ditutup dengan penyampaian bahwa ajaran Buddha mendorong keseimbangan hidup melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan yang benar. Melalui meditasi dan pemahaman mendalam, diharapkan setiap individu dapat mencapai kebahagiaan sejati.

Acara diakhiri dengan doa bersama: “Semoga semua makhluk hidup di dunia ini berbahagia.” Diskusi ini menjadi langkah positif dalam mempererat pemahaman lintas agama dan budaya.[]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Megenal Kosep Keseimbangan Hidup dalam Ajaran Budha

Oleh: Zaenal Abidin Fahmina Institute menggelar sesi kedua kegiatan Sekolah Agama dan Kepercayaan Bagi Oraang Muda Angkatan 1 di Vihara...

Populer

Artikel Lainnya