Oleh: Winarno
Setiap hari, kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang, pandangan dan kebiasaan yang berbeda. Dari perbedaan itu, kadang timbul rasa canggung atau bahkan ketakutan. Hal ini akibat prasangka atau praduga akan sesuatu yang berbeda tidak segera diurai.
Padahal disanalah terletak kekuatan untuk membangun dunia yang lebih indah. Merayakan perbedaan bukan berarti mengabaikan keberagaman, namun menghargainya dengan cinta kasih. Lalu apa itu cinta kasih dalam perspektif ajaran Kristen?
Cinta kasih adalah sikap yang dapat menyatukan hati kita, menerima perbedaan dan membangun ikatan yang lebih kuat antar sesama. Saat kita memberi ruang bagi orang lain untuk menjadi diri mereka sendiri. Jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya kita membuka pintu untuk lebih memahami dunia dari berbagai perspektif yang ada.
Dengan hati yang penuh cinta dan kasih, maka kita pun akan mampu menghargai, sekaligus merayakan perbedaan itu. Jika demikian, maka keberagaman bukan lagi sebagai ancaman, melainkan sebagai sebuah modal sosial bagi kita dalam menjalin relasi dengan orang lain yang berbeda.
Disamping itu, merayakan perbedaan berarti memelihara rasa hormat terhadap identitas orang lain, baik dalam hal bahasa, budaya, agama atau pandangan hidup. Meski demikian, ini bukanlah hal yang mudah, karena terkadang perbedaan ini menimbulkan ketegangan dan ketakutan.
Hal demikian tengah dibangun oleh Fahmina Institute lewat Program Sekolah Agama dan Keyakinan (SAK). Pertemuan keempat kali ini letaknya di Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB) Fajar Keagungan Kota Cirebon.
Menurut Direktur Fahmina Institute, Marzuki Rais, melalui Program SAK ini diharapkan dapat mengurai kecurigaan atau praduga satu sama lain. Jika sudah terurai, harapannya bisa melanjutkan kerjasama satu sama lainnya dalam membangun Cirebon dan sekitarnya ke arah yang lebih baik.
Artinya toleransi yang dikembangkan disini bukan hanya menghargai teologi dan iman masing-masing agama dan kepercayaan, tetapi juga memahami dan menghargai budaya dari umat beragama.
Hal ini dipertegas oleh Pengurus PGIS Cirebon, Pdt. Heru Kusumo. Menurutnya, agama Kristen terdapat ajaran cinta kasih. Yakni menghargai dan tidak dibedakan. Laki-laki dan perempuan itu setara. Penekanannya, laki-laki dan perempuan itu sama-sama hamba Tuhan. Keduanya ditempatkan sejajar, tidak dibendakan dan mereka punya hak yang sama untuk diperlakukan adil.
Dalam ajaran Kristus juga ada misi untuk menolong atau membantu orang-orang yang tertindas. Ada dua hukum universal dalam ajaran al-Kitab, yakni:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu.” (Matius 22: 37).
“Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri.” (Matius 22: 39).
Dari kedua ayat ini, dapat dimaknai bahwa mengasihi Tuhan dan sesama dalam derap langkah yang sama, mengasihi Allah dan sesama dalam langkah yang sama. Ini yang diperjuangkan oleh Kekristenan. Hal ini juga menjadi dasar kehidupan pemeluk Kristen untuk melaksanakan cinta kasih. Kasih yang diajarkan bersifat menyeluruh, mencakup semua orang tanpa terkecuali.
Menurut Pdt. Lexie, esensi gereja itu untuk melakukan ke arah yang baik. Karena tugas utama gereja untuk menyampaikan kabar baik. Kenapa demikian? Karena kasih manusia diselamatkan oleh iman dan kasih karunia Tuhan. Kita semua tidak bisa menyelamatkan diri tanpa pertolongan dari Tuhan. Maka, kita harus mengerti. Kita beda tapi kita harus belajar.
Simbol Keagamaan
Simbol keagamaan dalam Kristen mengacu pada bentuk mediasi dan ekspresi makna sakral dalam kepercayaan dan praktik. Simbol-simbol ini berfungsi sebagai sarana dinamis untuk keselamatan. Jadi simbol itu bukan sesuatu objek yang disembah. Tetapi ada tujuan iman.
Berikut tujuan dari simbol-simbol Kristen. Pertama; sebagai representasi keyakinan. Seperti salib, ini mewakili doktrin Kristen. Kedua; sebagai perlengkapan ibadah. Makna simbol ini dapat meningkatkan pengalaman beribadah, pengingat visual, mendorong refleksi dan memfasilitasi relasi spiritual. Ketiga; sebagai identitas komunitas. Simbol dimaksud dapat menciptakan rasa identitas dan kepemilikan. Keempat; sebagai alat pengajaran. Makna ini dapat membantu menyampaikan konsep teologis dan mudah diakses. Kelima; sebagai ekspresi budaya. Simbol Kristen ini mencerminkan dimensi budaya. Keenam; sebagai tanda harapan dan kenyamanan.
Dari enam tujuan simbol tersebut, simbol-simbol Kristen ini merupakan bagian integral dari ekspresi, praktik dan pemahaman agama agar bertekun di dalam menjalani kehidupan manusia. Berikut beberapa simbol dalam Kristen:
- Salib dan Mahkota Duri;
- Ikan (Ichthys)
- Simbol Chi Rho.
- Simbol anak domba.
- Simbol anggur dan roti.
- Alfa dan Omega.
- Simbol merpati
- Kaki dian emas
Itulah gambaran simbol-simbol yang digunakan oleh umat Kristen. Simbol memiliki tujuan yang berbeda-beda. Karena pada dasarnya simbol berfungsi untuk merepresentasikan suatu konsep atau ide yang sulit untuk diungkapkan dalam kata-kata.
Kembali ke ajaran cinta kasih bahwasanya cinta kasih tidak mengenal batas, tidak terikat oleh perbedaan suku, agama, atau pandangan politik, bahkan batasan administratif suatu wilayah. Oleh karena itu, merayakan perbedaan dengan cinta kasih bukanlah tentang mengubah orang lain menjadi serupa dengan diri kita, tetapi tentang menghargai keunikan masing-masing.
Perbedaan juga bukanlah hal yang harus dipertentangkan, namun justru menjadi jembatan yang menghubungkan kita dalam kebersamaan. Merayakan perbedaan dengan cinta kasih adalah jalan menuju kedamaian sejati, yang membutuhkan kesadaran, empati dan keinginan untuk berbagi kebaikan.
Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih berarti, tetapi juga menjadi bagian dari masyarakat yang lebih harmonis dan penuh cinta. Oleh karena itu, mari kita terus merayakan perbedaan dengan hati yang lapang. Melalui cinta kasih, kita dapat menemukan kekuatan untuk hidup berdampingan dalam keharmonisan. Semoga. []