Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad (Ketua Umum
“Sampai kapan kau sibuk
dengan kenikmatan diri
Padahal setiap langkahmu
akan di tanya”
(Al-Bushiri)
Nisfu Sya’ban berarti pertengahan sya’ban–bulan ketujuh dalam sistem kalender Islam. Kaum muslimin tradisional menganggap bulan ini termasuk bulan penting. Sejak tanggal satu bulan ini mereka berpuasa dan memperbanyak amal saleh. Menurut keyakinan mereka, pada pertengahan bulan ini (Nisfu Sya’ban), buku catatan amal manusia di tutup dan diganti dengan buku baru oleh Raqib dan ‘Atid Malaikat yang bertugas mencatat amal manusia.
Begitu pentingnya Nisfu Sya’ban hingga mereka menyelenggarakan tradisi membaca surah Yasin sebanyak tiga kali. Lalu berdoa meminta dipanjangkan umur untuk kerja-kerja yang berguna, dijauhkan dari segala bencana dan diberi kecukupan kebutuhan hidup dan mati dalam keadaan Husnul Khatimah.
Kegiatan keagamaan ini bukanlah mengada-ada, bid’ah, dan bukan tidak ada dasar agama yang dipercaya mereka. Usamah bin Zaid, seorang pemuda cerdas, pernah menyampaikan kepada Nabi Saw.:
قلت: يا رسول الله، لم ارك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان. قال: ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان. وهو شهر ترفع فيه الاعمال الى رب العالمين. فاحب أن يرفع عملي وانا صائم.
“Ya Rasulullah, aku belum pernah melihat engkau berpuasa di bulan lain lebih banyak daripada puasamu pada bulan Sya’ban”. Nabi pun menjawab, “Bulan itu sering dilupakan orang karena diapit oleh bulan Rajab dan bulan Ramadhan, padahal pada bulan itu, amal-amal manusia selama satu tahun diangkat dan dilaporkan kepada Tuhan. Karenanya, aku ingin agar sewaktu amalanku dibawa naik, aku sedang berpuasa”. (HR. Ahmad dan Nasa’i).
Abu Daud, ahli hadits terkenal, menginformasikan kepada kita berita dari istri Nabi, Aisyah: “Sya’ban adalah bulan yang paling disukai Nabi. Beliau berpuasa penuh lalu melanjutkannya pada bulan Ramadhan”.
Mu’az bin Jabal, sahabat Nabi, pernah mengatakan:
يطلع الله إلى جميع خلقه ليلة النصف من شعبان، فيغفر لجميع خلقه الا لمشرك او مشاحن.
“Tuhan melihat semua ciptaan-Nya pada pertengahan sya’ban. Dia akan mengampuni mereka kecuali orang-orang yang menyekutukan-Nya, yang suka membenci orang lain dan mendengki (musyahin)”.
ini hadits shahih (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban).
‘Aisyah, istri Nabi, bercerita pada suatu malam dia kehilangan Rasulullah Saw. Ia sempat curiga, lalu bergegas mencarinya. ‘Aisyah menemukan suami tercintanya itu di Baqi’, nama kompleks pemakaman (kuburan) para sahabat dan para pejuang (syuhada).
Di tempat itu Nabi sedang menengadahkan wajahnya ke langit dengan mata sendu, kadang meneteskan air mata. Kepada istri tercintanya (‘Aisyah), yang kemudian diketahui datang, beliau berkata:
ان الله عز وجل ينزل ليلة النصف من شعبان الى سماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب. (رواه الترمذي واحمد وابن ماجه)
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni (dosa) hamba-Nya yang jauh lebih banyak dari jumlah bulu domba Bani Kalb”. (HR. Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah).
Siti Aisyah, menurut sumber informasi yang lain, mengatakan:
يطلع ربنا ليلة النصف من شعبان فيغفر للمستغفرين ويرحم المسترحمين ويترك اهل الحقد.
“Tuhan menampakkan Diri pada malam pertengahan sya’ban. Dia mengampuni mereka yang meminta ampun dan menyayangi mereka yang ingin disayang, dan mengacuhkan mereka yang mendengki”.
Usai membaca surah Yasin tiga kali, acara diakhiri dengan doa.