Senin, 23 Desember 2024

Peringatan 1 Muharam di Cirebon Kisruh

Baca Juga

CIREBON — Peringatan tahun baru Islam 1 Muharam pada Senin malam di Balai Desa Panongan, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, berlangsung ricuh. Pemimpin Pusat Komunikasi Eka Napi dan Preman, Ramdhan Effendie alias Anton Medan, bersitegang dan nyaris beradu fisik dengan ulama setempat, KH Maman Imanulhaq.

Menurut versi panitia, karena KH Maman, yang diundang sebagai penceramah, belum datang, Anton Medan bersama Oemar Billah al-Johny Indo alias Johny Indo meminta waktu berbicara di podium. Panitia memberi izin 15 menit. “Itu pun hanya untuk memperkenalkan diri, bukan berceramah,” ujar Rabita, salah satu panitia.

Menurut dia, Johny Indo sangat sopan dan tidak melanggar ketentuan dari panitia. Namun, saat kesempatan kedua diberikan kepada Anton, mulailah terjadi kekisruhan. Saat itu Anton meminta KH Maman, yang baru datang, bertobat.

“Saya besan Munarman (Panglima Komando Laskar Islam), Ustad Maman itu AKKBB (Aliansi Kebangkitan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) dan malam ini harus bertobat,” kata Rabita mengutip pernyataan Anton.

Anton menolak turun dari podium, meski diminta oleh Sobari, warga yang kemudian diketahui sebagai pengundang Anton. Bahkan Anton menyerukan agar KH Maman tidak berbicara dalam forum itu. KH Maman, yang sempat emosi, mengepalkan tangan kanan ke atas dan meneriakkan “hidup NU (Nahdlatul Ulama)”, tapi ditepis Anton. Listrik pun padam karena kabelnya ada yang memutus.

Anton dan rombongan pergi, sedangkan KH Maman tetap memberikan ceramahnya. “Ini seharusnya menjadi ajang menjalin silaturahmi, bukan ternoda oleh kelompok yang membawa kebenarannya secara pribadi,” kata KH Maman kemarin. “Tidak tertutup kemungkinan saya akan melancarkan gugatan,” katanya.

Anton Medan saat dimintai konfirmasi Tempo membenarkan kehadirannya atas undangan Sobari. “Undangan melalui telepon ke Anton Medan Centre seminggu lalu,” kata Anton kemarin.

Menurut Anton, KH Maman harus bertobat karena menggabungkan diri dalam AKKBB dalam insiden Monas. Saat itu, kata Anton, KH Maman meminta waktu untuk berbicara, tapi dihalangi oleh dirinya. “Saya bilang ke panitia, kalau Maman bicara, saya tidak mau bicara.”

Anton mempersilakan Maman jika ingin memperkarakan kejadian itu. “Silakan saja, akan saya hadapi sampai ke mana pun,” kata Anton. Ivansyah | Reh Atemalem Susanti

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya