Ramadhan untuk Kebersamaan dan Persaudaraan Sejati !
Berbeda dari biasanya, pada Selasa malam (20/10) kompleks halaman Masjid Desa Mertadapa Kulon, Astanajapura, Cirebon dipenuhi sekira 2000-an massa. Malam itu, rencana kehadiran Ibu Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menarik perhatian masyarakat sekitar, bahkan santri-santri beberapa pesantren di Buntet. Terlihat antusiasme warga Desa Mertapada Kulon, warga Desa Sindang dan desa-desa lain disekitarnya cukup tinggi.
Sejak pukul 19.00 WIB, jamaah mulai berdatangan dan rela menunggu hingga Ibu Hj Sinta Nuriyah tiba dilokasi sekitar pukul 20.00 WIB. Kunjungan Ibu Hj. Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid itu tidak lain merupakan rentetan dari program “Saur Keliling Bersama Ibu Hj. Sinta Nuriyah Nurwahid” selama Ramadhan 1426 H tahun ini. Program yang dilaksanakan PUAN Amal Hayati Jakarta itu, telah membawa Ibu Hj. Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid singgah dibeberapa kota/wilayah di Indonesia untuk bertemu sekaligus berdialog langsung dengan masyarakat setempat.
Menggugah Sensitifitas Sosial
Penyelenggaraan acara “Saur Keliling” di Desa Mertapada Kulon, Astanajapura, Cirebon yang mengusung tema “Ramadhan Untuk Kebersamaan dan Persaudaraan Sejati” tampak sederhana. Sejak semula, menurut KH. Maman Immanulhaq Faqih, Sekretaris Panitia Lokal, acara digagas diatas keprihatinan kondisi ummat yang masih mengalami krisis, diberbagai aspek, termasuk ekonomi. Kesederhanaan dan gaya hidup tidak berlebih-lebihan adalah sikap yang relevan dengan realitas bangsa kita yang masih terpuruk. Ditegaskan, sikap itu pula mestinya dicontohkan pemimpin-pemimpin bangsa dan mereka yang berkecukupan. Selain diimbangi dengan tingginya “sensitifas sosial”. “saat ini kepedulian kita betul-betul tengah diuji” ungkap Kyai Maman.
Pada kesempatan itu dibagikan 2000-an paket sembako secara gratis kepada warga tidak mampu. Pembagian sembako adalah bentuk konkret kepedulian bersama terhadap penderitaan kaum dhuafa dan masakin yang digagas dan didukung penuh oleh berbagai komunitas lintas-agama, organiasi keagamaan dan kemasyarakatan, Pesantren, serta tokoh-tokoh agama dan masyarakat di wilayah Cirebon.
Pesan Perdamaian
Selain untuk menggerakkan kesadaran Ummat Islam dalam menemukan kembali makna hakiki puasa ; yakni menahan diri dan peduli penderitan kaum dhuafa. Kegiatan “Saur Keliling”bersama Ibu Hj. Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid di Mertapada Kulon, juga mengingatkan kembali akan urgennya “persaudaraan basyiriah” (antar manusia) ditengah rentannya tindakan anarkisme atau kekerasan mengatasnamakan agama atau golongan tertentu.
Pada kesempatan itu, tampak hadir berbagai komunitas keagamaan baik Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Matakin-Khonghucu, PGIS, dan beberapa organisasi keagaman dan kemasyarakatan seperti Fahmina –Institute, Forum Sabtuan Cirebon Balqis-Arjawinangun, PP Nadwatul Umah Buntet, PP. Al Mizan Jatiwangi-Majalengka, PP. Muta’allimin Babakan, Jema’at Ahmadiyah, Muslimat NU, Fatayat NU dan lain-lain. Dukungan dan keterlibatan penuh berbagai komunitas lintas agama itu dengan sendirinya menegaskan bahwa nilai-nilai universal kemanusiaan menjadi semangat besar dalam menciptakan perdamaian. Mereka secara tegas mengutuk keras segala bentuk diskriminatif dan tindakan-tindakan anarkhisme terhadap golongan atau komunitas agama tertentu.
Dalam tausiyahnya, KH. Muhammad Abas Fuad Hasyim, Ketua Panitia Lokal “Sahur Keliling”, sekaligus pengasuh PP. Nadwatul Umah Buntet-Cirebon mengajak ummat hendaknya tidak mudah terpancing bertindak aniaya atas nama agama terhadap eksistensi golongan tertentu. Dikatakan ummat Islam harus menjaga ikatan silaturohim untuk mengukuhkan persaudaraan baik sesama muslim maupun dengan ummat beragama lain. Islam tidak membenarkan tindakan kekerasan untuk menghakimi golongan atau komunitas lain atas dasar klaim-klaim kebenaran sepihak. Sebaliknya, pengukuhan atas relasi kemanusiaan yang didasari ketulusan merupakan bentuk “persaudaraan luhur” yang justru dianjurkan dalam ajaran Islam. “perbedaan adalah sunnatullah yang hendaknya disikapi secara arif tidak frontal, apalagi harus disikapi secara emosional” kata Kang Babas panggilan akrab KH. Muhammad Abas Fuad Hasyim.
Dalam dialog, Ibu Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengajak seluruh komponen bangsa termasuk yang berada di Cirebon agar terus mewujudkan suasana ketentraman dan perdamaian. Kehidupan beragama semestinya didasari sikap saling menghormati dan menghargai termasuk dalam menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Segala bentuk pertikaian yang menciderai nilai-nilai toleransi harus dihentikan. Dikatakan harapan kehidupan lebih baik dimasa mendatang tidak akan pernah tercapai bila kehidupan bangsa ini jauh dari ketenangan dan kedamaian. [ ]