Ramadan sebentar lagi pergi. Hari-hari indah itu tinggal sedikit. Eksistensi kita akan ditentukan pada hari-hari terakhir (Innama al-Amaal bi al-Khawatim). Tinggalkanlah ia dengan kenangan yang manis. Segalanya pasti akan disaksikan oleh Allah, Pemilik Semesta. Ucapkan ketika akan melepaskannya, dengan kata-kata penghormatan, kedamaian dan cinta.
Isteri Abu Muhammad Habib al-Ajami sufi besar dari Persia, setiap malam sepanjang 10 hari terakhir Ramadan itu, menyenandungkan puisi yang indah:
قَدْ ذَهَبَ الَليْلُ
وَبَيْنَ أَيْدِيْنَا طَرِيْقٌ بَعِيْدٌ،
وَزَادُنَا قَلِيْلٌ،
وَقَوَافِلُ الصَالحِيْنَ قَدْ سَارَتْ قُدَامَنَا،
وَنَحْنُ قَدْ بَقَيْنَا.
يا نَائِماً بِالَليْلِ كَمْ تَرْقُدُ
قُمْ ياحَبِيْبِي قَدْ دَنَا المَوْعِدُ
وخُذ مِنْ اللَيْلِ أوْقَاتِهِ
وِرْداً إِذَا مَا هَجَعَ الرَّقْدُ
مَنْ نَامَ حَتى يَنْقضِيَ لَيْلَهُ
لَمْ يَبْلُغْ المَنْزِلَ أوْ يَجْهَدُ
Malam telah (dan akan) pergi
Di hadapan kita terbentang jalan
yang masih panjang
Sedang bekal kita masih sedikit
Orang-orang saleh telah mendahului kita
Sedang kita masih di sini
Wahai orang yang tidur malam
Sudah berapa lamakah engkau tidur
Bangunlah kekasihku
Waktumu telah datang
Telah datang
Jadikan malam ini
Mengingat Tuhan seluruh
Meski mata telah ngantuk
Dia yang melewatkan malam ini
Tak akan memperoleh tempat terhormat
Atau dia kelak berjalan terengah-enga
“Eksistensi kita akan ditentukan pada hari-hari terakhir”