Marhaban Ya Ramadhan. Selamat Manunaikan Ibadah Puasa, Semoga Kita benar-benar termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa.
Itulah slogan-slogan dari bahasa-bahasa spanduk yang dapat kita lihat di sudut-sudut Kota Cirebon pada saat sekarang ini. Pesan yang disampaikan melalui sepanduk tersebut, sekilas terlihat seolah peduli terhadap kaum muslimin yang sedang menjalankan ibadah puasa. Akan tetapi dibalik itu sebenarnya membawa misi penawaran produk dan promosi dengan memakai momentum Ramadhan.
Tapi kemudian hal itu mampu menghipnotis masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah untuk menjadi konsumen dari produk yang banyak ditawarkan oleh produsen-produsen tersebut.tc “bawah untuk menjadi konsumen dari produk yang banyak ditawarkan oleh produsen-produsen tersebut.”
Pengaruh dari pesan spanduk tersebut, sangat besar. Mal-mal serta tempat-tempat belanja lainnya, padat di kunjungi konsumen yang akan membeli produk-produk yang ditawarkan dengan harga diskon. Masyarakat pada umumnya tergiur dengan tawaran potongan-potongan diskon yang tinggi atau dengan iming-iming hadiah kelipatan atau undian, yang sebenarnya hal itu hanya sebagai pemanis dan pancingan bagi masyarakat untuk lebih giat berbelanja tanpa memperhitungkan kemanfaatan barang tersebut yang hanya dimanfaatkan secara sementara. Diskon tinggi yang ditawarkan tidak hanya pada makanan pokok, tetapi pada alat-alat elektronik seperti televisi, computer, radio compo, VCD, dan jenis alat elektronik yang lain. Sampai-sampai toko atau counter elektronik tertentu menawarkan batas waktu dengan diskon yang lebih tinggi. tc “televisi, computer, radio compo, VCD, dan jenis alat elektronik yang lain. Sampai-sampai toko atau counter elektronik tertentu menawarkan batas waktu dengan diskon yang lebih tinggi.
Momentum Ramadhan, benar-benar dimanfaatkan oleh kaum kapitalis untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Berbagai produk dari mulai makanan, minuman, pakaian, perlengkapan ibadah sampai kepada barang elektronik dan otomotif ditawarkan dengan harga diskon. Berbagai media, baik media masa maupun media elektronik bahkan sampai pada spanduk-spanduk dan penyebaran pamflet-pamflet, juga dimanfaatkan untuk menjaring konsumen. Strategi bisnis yang sungguh luar biasa dibarengi dengan momentum hari-hari besar, yang sengaja dipasang untuk meraup keuntungan yang luar biasa, walaupun dengan tawaran dan iming-iming diskon.
Momentum Ramadhan kali ini juga dimanfaatkan oleh stasiun-stasiun televisi yang juga menyajikan tayangan-tayangan menarik yang mampu menghipnotis pemirsa televisi tersebut, dari acara kuis, pembekalan rohani, kuis interaktif, sinetron Ramadhan sampai pada kisah-kisah ritual dan pengakuan keimanan para artis-artis ibu kota, dengan sajian yang menarik itu sengaja ditawarkan untuk mengikat kita agar tidak meninggalkan acara-acara tersebut dengan dalih acara tersebut membawa keberkahan karena di dalamnya memuat unsur-unsur penguat keimanan kita terhadap Tuhan.
Memang tak ada yang salah dengan bulan Ramadhan bulan penuh berkah ini, namun kenyataannya keuntungan hanya bagi kaum-kaum kapitalis yang sengaja memasang tayangangan-tayangan menarik tersebut serta mampu membarikan order yang banyak bagi artis-artis ibu kota untuk mendampingi pemirsa televisi di rumah, yang tentu saja hal tersebut sangat menarik perhatian pemirsa televisi terutama ibu-ibu rumah tangga.
Ada perbedaan makna sebenarnya dalam ke-berkah-an yang diterjemahkan berbeda terutama bagi kaum muslim dengan kaum kapitalis, kaum muslim yang secara umum memandang bulan Ramadhan bulan penuh berkah yang dimaknai dengan bulan yang harus diisi oleh ibadah dan melakukan perbuatan-perbuatan baik guna mendekatkan diri kita terhadap Tuhan dengan harapan kita mampu mencapai dan memperoleh ke-fitrah-an kita kembali sebagai manusia yaitu makhluk Tuhan, sedangkan makna ke-berkah-an bagi kaum kapitalis adalah bagaimana caranya meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memakai bulan Ramadhan dan hari-hari besar agama lainnya dengan tawaran-tawaran menarik dan menggiurkan.
Dengan makna yang berbeda tersebut akan muncul banyak pertanyaan sebenarnya ke-berkah-an bulan Ramadhan ini milik siapa, milik kaum muslim atau milik kaum kapitalis, dipandang dari segi materi mungkin ke-berkah-an itu jelas milik kaum-kaum kapitalis sedangkan ke-berkah-an dari sudut pandang agama tentu milik kaum muslim.
Kenyataannya kita hidup di dunia ini membutuhkan materi, bukan hanya sekedar iming – iming surga belaka, dengan imbalan pahala dan berkah yang melimpah. Dan seharusnya ke-berkah-an kaum muslim juga bukan hanya sekedar perbaikan moral dan mental saja, ironisnya kaum muslim selalu dipandang sebagai manusia yang harus selalu memperbaiki moral tanpa batasan yang jelas tentang ukuran perbaikan moral. Ketertindasan yang di munculkan kaum kapitalis membawa dampak yang sangat besar terutama terhadap masyarakat kelas menegah ke bawah, ketika dirinya harus terkungkung dalam kebahagiaan yang semu yang sengaja ditampilkan dengan tampilan yang menawan dan menggiurkan.
(Artikel ini dimuat dalam Warkah al-Basyar Vol. I ed. 15 – tanggal 22 Nopember 2002)