Selasa, 4 Maret 2025

Sekolah Keberagaman Bagi Disabilitas

Baca Juga

Oleh: Rosidin

Pada 27-28 Februari 2025 di Gereja Kristen Jawa Gondokusumo dan Shantikara Yogyakarta,  Srikandi Lintas Iman (SRILI), dalam implementasi Partisipatory Grand Making  (PGM) yang host atau fasilitator Fahmina, melakukan penguatan dengan nama sekolah Keberagaman bagi disabilitas di Yogyakarta. Dalam proses penyiapan yang hanya satu bulan Srili mampu melaksanakan kegiatan tersebut.

Dari sisi substansi penyusunan kurikulum masih perlu didiskusikan lebih mendalam, dari sisi tehnis melibatkan panitia, fasilitator yang kira-kira memenuhi target yang diharapkan menjadi ruang diskusi yang menarik bagi pelaksana, kedepan masih memerlukan pengetahuan orang-orang yang memahami isu ini. Begitu juga dengan rekruitmen peserta yang rentang usianya muda, perempuan dan penyandang disabilitas, karena menjadi tantangan tersendiri.

Bekerja di isu kebebasan beragama yang melibatkan disabilitas yang anak muda dan perempuan menjadi ruang adrenalin tersendiri. Bagaimana tidak kebebasan beragama dianggap isu berat. Isu kebebasan beragama dianggap berat karena beberapa alasan, pertama agama seringkali terkait erat dengan identitas dan nilai-nilai seseorang. Ketika kebebasan beragama terancam, maka identitas dan nilai-nilai tersebut juga terancam.

Kedua, kebebasan beragama adalah salah satu hak asasi manusia yang fundamental. Pelanggaran terhadap hak ini dapat memicu konflik dan ketidakstabilan sosial. Ketiga, mengancam keharmonisan sosial. Kebebasan beragama yang terancam dapat memicu ketegangan dan konflik antar kelompok agama, yang dapat mengganggu keharmonisan sosial.

Keempat, pelanggaran terhadap kebebasan beragama dapat mengindikasikan lemahnya demokrasi dan rule of law di suatu negara. Kelima, konflik agama yang dipicu oleh pelanggaran terhadap kebebasan beragama dapat mengancam keamanan dan stabilitas suatu negara. Oleh karena itu, isu kebebasan beragama dianggap berat karena dapat memiliki dampak yang luas dan mendalam terhadap individu, masyarakat, dan negara.

Begitu juga bekerja dengan disabilitas, paling tidak ada situasi internal penyandang disabilitas, pertama soal keterbatasan fisik atau mental. Karena itu tidak sedikit penyandang disabilitas membatasi diri atau menarik diri untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Kedua pengalaman trauma atau stres. Orang dengan disabilitas mungkin telah mengalami trauma atau stres yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja. Ketiga, ketergantungan pada teknologi atau alat bantu. Orang dengan disabilitas mungkin memerlukan teknologi atau alat bantu untuk melakukan tugas-tugas, yang dapat membatasi fleksibilitas mereka.

Disamping situasi internal juga tidak kalah seriusnya situasi eksternal. Diantaranya diskriminasi dan stigma. Orang dengan disabilitas mungkin menghadapi diskriminasi dan stigma di tempat kerja, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja. Kemudian keterbatasan aksesibilitas. Tempat kerja mungkin tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk orang dengan disabilitas, seperti aksesibilitas fisik atau teknologi yang sesuai. Dan kurangnya dukungan dan sumber daya.

Orang dengan disabilitas mungkin tidak memiliki akses ke dukungan dan sumber daya yang memadai, seperti pelatihan atau bantuan teknis. Ditambah lagi situasi psikologis seperti kurang kepercayaan diri. Orang dengan disabilitas mungkin memiliki kepercayaan diri yang rendah, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja.

Kemudian tidak sedikit orang dengan disabilitas mungkin memiliki motivasi yang rendah, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja. Begitu juga soal Kurangnya dukungan sosial. Karena ketidaktahuan masyarakat tentang penynadang disabilitas, sehingga orang dengan disabilitas mungkin tidak memiliki dukungan sosial yang memadai, seperti keluarga atau teman, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja.

Problem-problem diatas berpengaruh pada munculnya problem pemahaman keberagaman yang tidak sampai ke disabilitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang disabilitas dan kebutuhan orang-orang dengan disabilitas. Lalu apa yang bisa dilakukan atau dikembang agar orang dengan disabilitas mendapatkan hak yang sama dan kesempatan yang sama dalam pembangunan.

Oleh karena itu, pemerintah memastikan layanan pendidikan, sekolah menyediakan pendidikan inklusif yang memungkinkan anak-anak dengan disabilitas untuk belajar bersama anak-anak lain. Aksesibilitas, sekolah memastikan bahwa fasilitas pendidikan mereka dapat diakses oleh anak-anak dengan disabilitas. Dukungan untuk anak-anak dengan disabilitas, sekolah dapat menyediakan dukungan khusus untuk anak-anak dengan disabilitas, seperti bantuan teknis atau dukungan emosional.

Sementara apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat, minimal kampanye kesadaran, karena itu lembaga atau komunitas dapat meluncurkan kampanye kesadaran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang dihadapi oleh orang-orang dengan disabilitas. Bisa juga melakukan advokasi kebijakan untuk memastikan bahwa kebijakan pemerintah mendukung hak-hak orang-orang dengan disabilitas. Dan pengembangan komunitas yang inklusif dan mendukung orang-orang dengan disabilitas, termasuk menyediakan fasilitas dan layanan yang memadai.

Memastikan mereka dapat akses pengetahuan salah satunya pengembangan teknologi yang inklusif, karena itu Perusahaan mesti mengembangkan teknologi yang inklusif, seperti perangkat lunak yang dapat diakses oleh orang-orang dengan disabilitas visual atau auditori. Penggunaan teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas. Organisasi menggunakan teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas, seperti menggunakan robot untuk membantu orang-orang dengan disabilitas.

Pengembangan aplikasi yang inklusif, perusahaan mengembangkan aplikasi yang inklusif, seperti aplikasi yang dapat diakses oleh orang-orang dengan disabilitas visual atau auditori. Dengan demikian, ada banyak peluang yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan keberagaman dan inklusi bagi disabilitas. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

KUPI Luncurkan Program Ngaji Ramadan, Diisi Puluhan Ulama Perempuan

Oleh: Tim KUPI Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) baru saja meluncurkan (launching) program Ngaji KUPI Ramadan 1446 Hijriah pada Jumat,...

Populer

Artikel Lainnya