Penulis: Silviana Rohmah Editor: Zaenal Abidin
Nama saya Silviana Rohmah inilah sekelumit perjalanan saya bertemu dengan orang yang beragam membuka pikiran saya untuk mengenal lebih dekat saudara kita dan menguatkan keyakinan bahwa kita bersaudara.
Pada tahun 2022 pertengahan saya mengenal ka Devi Farida selaku ketua IPPNU kab. Cirebon ia juga aktif di Fahmina Institute sebagai Asisten Project Officer program Jisra. Mulai dari situ saya sering diajak dia untuk mengikuti acara-acara yang diselenggarakan Fahmina Institute. Setelah mengikuti beberapa kali acara, saya baru memahami bahwa fahmina adalah sebuah lembaga yang bergerak di bidang keberagaman dan juga isu gender. Itulah yang membuat saya tertarik untuk terus mengikuti kegiatan-kegiatan berikutnya, di samping saya masih sangatlah awam dalam pengetahuan isu keberagaman, pun saya ingin belajar banyak terkait isu keadilan gender. Yang mana saya dipertemukan dengan banyak orang hebat, perempuan hebat, yang juga aktif dalam ranah publik.
Kilas balik mengenai kegiatan yang diselenggarakan Fahmina Institute adalah kegiatan yang bertajuk Indonesia Perlu Anak Muda, itulah acara yang mungkin sampai saat ini masih saya ingat betul bagaimana prosesnya. Dimana kita dipertemukan dalam satu tempat dengan berbagai macam perbedaan, berangkat dari sebuah organisasi maupun komunitas yang menaungi membuat kita khususnya saya pribadi terus memaksimalkan dalam mengikuti rangkaian kegiatannya. Dan disitulah materi yang disampaikan diantaranya adalah mengenai toleransi, mungkin sebelumnya sudah sangatlah biasa, tapi baru kali ini saya bisa mendengarkan materi secara tekstualnya.
Berbicara mengenai toleransi, dalam kehidupan sehari-hari mungkin saya tidak berdampingan secara langsung dengan orang-orang yang keyakinannya berbeda (homogen ed.). Namun setelah saya mengikuti kegiatan Fahmina Institute, saya berkesempatan bertemu dengan mereka, mengunjungi rumah ibadahnya, berdiskusi, bahkan menjalin komunikasi bersama.
Pertemuan ini membuat pikiran saya menjadi terbuka, tidak lagi memandang sebelah mata mereka yang bermata sipit, tidak lagi heran dengan mereka yang beribadah hanya pada hari minggu, dan tidak asing lagi dengan mereka beribadah dengan cara bernyanyi. Banyak sekali pengetahuan baru yang saya dapatkan, banyak sekali teman baru yang saya temukan.
Terlepas dari itu, ada beberapa orang yang menanyakan mengenai keterlibatan saya dalam acara-acara keberagaman, seperti menanyakan mengenai keyakinan saya apakah masih (beriman) sama atau tidak, entah apa yang mereka pikirkan mengenai itu semua yang jelas saya yakin, Tuhan kita sama, hanya saja cara dalam beribadahnya saja yang berbeda.
Adapun perspektif saya mengenai rumah ibadah lain selain masjid pun menjadi terbuka. Sebelum saya mengenal kaum minoritas dan berdiskusi dengan mereka, saya menjadi pribadi yang mungkin enggan untuk berinteraksi atau bahkan memandang sebelah mata, tetapi setelah saya berjumpa dan menyapa, pikiran tersebut berganti dengan rasa penasaran, penasaran akan hal yang ada di dalam agama mereka untuk mengenalnya.
Sedikitnya saya jadi tahu bahwa tidak banyak perbedaan dari mereka, ada kesamaan yang mungkin esensinya sama saja seperti orang-orang muslim lakukan. Sampai pada titik di mana saya sangatlah antusias jika berkunjung di rumah ibadah umat agama lain selain muslim. Dengan berkunjung kepada mereka, saya jadi tahu bagaimana prosesi ibadahnya, dan bagaimana cara mereka hidup di tengah mayoritas muslim di Indonesia, dan sekarang saya sudah tidak asing lagi dengan gereja maupun klenteng.
Saya sangatlah heran dengan teman saya yang beranggapan bahwa masuk rumah ibadah umat agama lain akan membuat kita keluar akan keyakinan yang kita anut, padahal menurut saya, keyakinan itu adanya dalam hati, selagi masih dalam keyakinan yang teguh maka apapun yang dilakukan masih sama esensinya.
Itulah cerita singkat saya mengenai perjalanan mengikuti kegiatan Fahmina Institute. Sebenarnya masih banyak sekali pengalaman baru yang didapatkan dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Fahmina Institute, hanya saja mungkin saya perlu mengingat-ngingat dulu untuk menuliskannya.
Terimakasih untuk semua pihak yang terlibat dalam bertambahnya pengetahuan maupun pengalaman yang saya dapatkan. Kedepannya semoga saya bisa menerapkan atau mengimplementasikan atas apa yang sudah didapatkan. []