Fahmina.or.id, Majasem.Tragedi pengeboman yang terjadi di kawasan Sarinah Jl. MH. Thamrin Jakarta beberapa waktu yang lalu memicu kecamanan dari berbagai pihak. Salah satunya dilakukan oleh tokoh lintas agama Cirebon, yaitu dengan membuat pernyataan sikap terkait aksi terorisme, radikalisme, dan intoleransi. Acara tersebut berlangsung di Gedung Yayasan Fahmina, Jl. Swasembada No. 15 Karyamulya-Majasem Kota Cirbeon, Senin (18/1).
Pertemuan itu diikuti perwakilan berbagai lembaga dan tokoh agama diantarnaya; Yayasan Fahmina, Persekutuan Gereja di Indonesia Setempat (PGIS), Masyarakat Katolik, Persaudaraan Umat Buddha Cirebon, Parisada Hindu Dharma Cirebon, Jemaat Ahmadiyah Wilayah Cirebon, Pelita Perdamaian, GP Ansor Cirebon, Fatayat NU, IPNU Cirebon, IPPNU Cirebon, Ikatan Advokat NU, SETAMAN (Sekolah Cinta Perdamaian), Madrasah Aswaja, Lakpesdam-NU, ISIF Cirebon.
Dalam isi pernyataan itu, para tokoh itu meminta agar pemerintah secara serius menangani persoalan tindak pidana terorisme yang semakin marak. Terutama sekali di wilayah Cirebon, yang saat ini menjadi sorotan media nasional karena beberapa pelaku teror berasal dari wilayah ini.
“Pemerintah dan aparat harus mewaspadai dan mengambil tindakan yang tegas terhadap kelompok-kelompok intoleran yang merusak sendi-sendi kebangsaan, persatuan, dan kesatuan. Kelompok intoleran ini pada umumnya tidak menerima kebhinnekaan, kebangsaan (Pancasila dan UUD 1945), dan tidak terbuka dengan kelompok lain yang berbeda,” ungkap Marzuki Wahid saat membacakan isi penyataan.
Menurut Marzuki Wahid, modal budaya yang begitu kaya di Cirebon sudah menyiratkan nilai-nilai pluralisme dan multikulturalisme. Meskipun begitu pemerintah Cirebon belum secara maksimal menginternalisasi nilai-nilai kearifan lokal itu dalam bentuk kebijakan-kebijakan, tak ayal cirebon menjadi zona merah.
“Kita punya tata nilai yang cukup untuk dikembangkan sebagai masyarakat yang pluralis dan multikulturalis. Tetapi, tata nilai ini belum terwujud dalam kebijakan pemerintah, dan tidak menjadi teladan bagi pemerintah yang seharusnya menjadi cerminan masyarakat,” jelas Wakil Ketua I Yayasan Fahmina itu.
Sementara itu, para tokoh agama memiliki peranan sangat penting di tataran masyarkat bawah, untuk memberikan benteng bagi faham radikal. Menurut Pdt. Sugeng, pihaknya selalu memberi pengarahan agar selalu menjaga keutuhan NKRI dan kebersamaan disetiap khotbah yang dialangsungkan di Gereja.
“Dalam rangka membendung radikalisme, kami melakukan sosialisasi dan himbauan kepada jemaat untuk selalu menjaga kebersamaan demi keutuhan NKRI disetiap khutbah,” tutur Ketua Persatua Gereja di Indonesia Setempat (PGIS) Cirebon. (ZA)