Selasa, 17 September 2024

Toleransi Jalan Menjaga Keutuhan Bangsa

Baca Juga

Oleh: Rosidin

Istilah Toleransi dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga dapat digunakan untuk definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, etnis, suku dan lain-lain. Sementara penggunaan istilah ini masih banyak kontroversi dan kritikan mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.

Cara bersikap merespon perbedaan dengan baik adalah dengan toleran. Oleh karena itu, toleran adalah bukan hanya sekedar konsep atau wacana, tapi juga kata yang menunjukkan perilaku atau sikap hidup dalam membangun relasi, karena satu sama lain berbeda. Maka, memaknai tentang toleransi pasti banyak tawaran dari berbagai perspektif. Mulai dari perspektif yang membatasi sampai pada perspektif tidak terbatas. Maka, sebagai sebuah cara pandang tentu makna yang ragam itu bagian dari kekayaan pengetahuan yang mesti dipelajari.

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.

Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

Karena itu tidak berhenti pada toleran, tetapi aspek kerjasama menjadi penting untuk dilihat sejauhmana kerelaan bersama untuk saling menjaga dan berbuat untuk kepentingan bersama dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia. Selain itu untuk dapat memuaskan batin orang lain, karena dapat mengambil haknya sebagaimana mestinya.  Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya menjadikan semakin eratnya hubungan persaudaraan dengan orang lain. Eratnya hubungan baik dengan orang lain dapat memperlancar terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Dan toleransi dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh rezeki karena banyak relasi, dan paling penting menjadi aspek menjaga kebangsaan, dimana Indonesia dihuni berbagai identitas kebangsaan.

 

Ancaman Kebangsaan

Kita semua perlu mewaspadai ancaman yang berpotensi kuat mengganggu dan merusak semangat serta kebersamaan dan jiwa kebangsaan Indonesia. Nilai-nilai pluralisme dan integrasi bangsa menjadi taruhan serius yang harus dijaga. Hal yang terlihat dari gangguan terhadap identitas kebangsaan setiap warga negara yang acap kali masih terjadi. Seperti, adanya pemisahan suku, lokalitas, agama, dan bangsa. “Artinya, masih ada kelompok masyarakat yang mencoba untuk memisah-misahkan diri berdasarkan kelompok, agama dan suku tertentu.

Ancaman pertama, ancaman dari tingkat kemiskinan yang masih tinggi di Indonesia. Dalam hal ini, masalah kemiskinan menjadi amunisi bagi ancaman suburnya sikap intoleran, karena sering dijadikan alat untuk melakukan tindakan yang mengganggu orang lain. Kedua, ancaman dari perilaku ketidakadilan baik dalam hal sosial maupun ekonomi. Masyarakat sering merasa terancam dengan status sosial seseorang dalam masyarakat. Contoh isu Kristen dan China yang dilekatkan pada Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, menjadi contoh nyata ancaman jenis kedua ini. Orang China dan Kristen yang dianggap cukup kaya diidentikkan sebagai ancaman pada sisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Ketiga, ancaman karena negara dinilai memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada negara lain. Bukan kolaborasi mengatasi sesuatu tetapi bergantung dalam mengatasi sesuatu, ini memicu sikap-sikap intoleran. Keempat, ancaman dari sisi separatism yang kemungkinan terjadi pada suatu negara. Term separatis juga ancaman bagi kelompok masyarakat yang menyuarakan hak-hak warga. Kelima, ancaman dari praktik-praktik fanatisme, radikalisme suku dan keagamaan. Melalui simbol-simbol keagamaan, ancaman terhadap kebangsaan Indonesia ditabur secara masif dan terstruktur. Dan Ini menciptakan politik identitas, meluasnya praktik-praktik politisasi agama.

Keenam, ancaman yang berasal dari era post-truth atau pasca kebenaran, dengan pembentukan opini publik melalui penyebaran hoax. Masyarakat saat ini, lebih mencari berita dan informasi yang menyenangkan hatinya. Jadi sikap kritis terhadap berbagai berita dan informasi yang berkembang, tidak lagi menjadi pilihan utama masyarakat, dan post truth memicu orang terpengaruh untuk melakukan sikap bahkan tindakan intoleran. Karena itu, kita harus jeli dan cermat mengantisipasi hal-hal tersebut. Kenapa hal-hal yang memicu intoleran ini penting diperhatikan, agar kita memahami bahwa sikap-sikap intoleran itu muncul karena kondisi sosial yang melingkupinya, pemahaman keagamaan tentu menjadi legitimasinya. Tetapi perspektif lain penting untuk dilihat agar ada pendekatan yang komprehensif dalam mengatasi sikap intoleransi yang mengancam keutuhan bangsa ini dan tidak melulu soal agama.

Dalam konteks ini, sesungguhnya sebagian besar masyarakat kita masih memiliki toleransi yang tinggi. Kemanusiaan mereka produktif di tengah keterbatasan negara dan belum efektifnya kebijakan pemerintah. Masyarakat hanya perlu didekati secara persuasif dan empatik. Mereka emoh didekati secara pendekatan kekuasaan dalam penegakan kebijakan. Masalah ketidakefektivitasan, bahkan kebuntuan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah, serta kebuntuan komunikasi antar masyarakat.  []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Jangan Terjebak Pola Pikir Biner

  Oleh: Faisal Rifki Pagi Idul Fitri kemarin ada ucapan dari Tacik pemilik toko yang cukup meninju pelipis kiri saya, “Ada...

Populer

Artikel Lainnya