Kiriman Lebaran Capai Rp40 M, Terbesar di Indonesia
Dengan demikian, dalam satu tahun mencapai Rp240 miliar. Bahkan jumlah itu dipastikan lebih besar karena menjelang Lebaran, transaksi WU naik dua kali lipat atau mencapai Rp40 miliar untuk September 2008. Belum lagi mereka yang mengirimkan uang melalui fasilitas lain seperti cek dan lainnya.
“Memang pengiriman uang dari TKI di luar negeri ke Indramayu merupakan yang tertinggi se-Indonesia. Dalam setahun ditaksir mencapai sekitar Rp300 miliar, baik yang kirim melalui WU maupun melalui cara lain,” kata Kepala Kantor Pos Indramayu, Erus Rustia melalui Aris Ristiadi, Selasa (23/9).
Jika dibandingkan dengan jumlah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Indramayu tahun 2008 (sebelum perubahan) yaitu Rp61,3 miliar, berarti jumlah penghasilan TKI empat kali lipat dari PAD.
Sementara menjelang Lebaran, transaksi uang melalui WU dari TKI di luar negeri ke Kabupaten Indramayu dipastikan mengalami kenaikan 100 persen atau dua kali lipat, sebagaimana diakui Aris Ristiadi.
Tingginya penghasilan TKI Indramayu juga bisa dilihat secara langsung di beberapa desa di Kabupaten Indramayu yang selama ini menjadi kantong TKI. Di desa-desa tersebut akan dijumpai sejumlah rumah mewah yang baru dibangun, dari hasil keringat para TKI. Seperti yang terlihat di Desa Juntikebon RT 001 RW 07, Kecamatan Juntinyuat. Di tempat itu, sebuah rumah mewah berlantai dua menjulang di sudut desa. Ketika Radar mencoba mendatangi rumah itu, ternyata memang dibangun dari hasil kerja TKI di luar negeri.
“Rumah ini dibangun dari uang kiriman anak saya Titi yang bekerja di Korea sudah dua tahun,” ungkap Wastirih (55), ibu dari Titi yang menjadi TKW di Korea Selatan.
Dikatakan Wastirih, anaknya Titi berangkat ke Korea dua tahun lalu menyusul suami Titi, Agus Juendi, yang sudah terlebih dahulu berangkat.
Berapa uang yang diterima Wastirih dalam sebulan? Menurutnya, kalau yang mengirim dua orang secara bersamaan jumlahnya bisa mencapai Rp15 juta/bulan. Sementara kalau hanya seorang yang kirim biasanya hanya Rp9 juta/bulan.
Menjelang Lebaran tahun ini, Wastirih mengaku tidak mendapatkan kiriman uang karena sudah mengirim bulan kemarin. “Untuk menghadapi Lebaran masih ada uang sisa kiriman bulan lalu, lumayan untuk membeli baju cucu,” ungkapnya.
Sementara Dulwakid (45), warga Desa Pringgacala, Kecamatan Karangampel yang anaknya bekerja sebagai TKW di Singapura juga merasa gembira menghadapi Lebaran tahun ini. Pasalnya, anaknya yang bernama Eni baru saja mengirimkan uang melalui WU dan telah diambil di Kantor Pos. Dulwakid mengakui, dari hasil kerja anaknya di luar negeri juga telah mampu membangun rumah hingga lebih baik dari sebelumnya.
Kasubdin Penta Kerja dan Perluasan Kerja Dinsosnaker Indramayu, Drs Iwan Hermawan MPd mengatakan, potensi TKI Indramayu dalam mendatangkan devisa sangatlah besar. Bahkan mampu mengangkat taraf hidup mereka. Namun, yang menjadi persoalan, tuturnya, selama ini devisa yang masuk ke Indramayu dari para TKI belum bisa diberdayakan untuk hal-hal yang produktif. Akibatnya kiriman uang yang masuk ke Indramayu cenderung dipergunakan untuk hal-hal yang konsumtif. Selain untuk membangun rumah dan membeli kendaraan, sisanya biasanya dipergunakan untuk belanja. Padahal, kalau dana dari TKI ini bisa diberdayakan, maka diharapkan akan mampu mengatasi berbagai macam persoalan seperti pengangguran dan kemiskinan.
Sementara itu, Dinsosnaker belum bisa berbuat banyak akibat alokasi anggaran yang minim atau jauh dari memadai.(oet)
Sumber: www.radarcirebon.com