Sayyidah Nafisah adalah ulama perempuan yang cemerlang. Banyak ulama yang belajar kepadanya. Imam al Syafi’i hampir setiap hari datang ke rumahnya untuk mengaji kepadanya. Cicit Nabi ini seorang hafizah, mufassirah dan muhadditsah, rajin shalat, puasa dan haji sebanyak 30 kali. Pengajian tafsir yang diselenggarakannya di masjid maupun di rumahnya dihadiri ratusan orang yang datang dari berbagai penjuru.
Sayyidah Nafisah juga pemimpin gerakan rakyat untuk menentang penguasa yang zalim; Ibnu Talun. Dia pernah menulis surat kepadanya berisi kritik tajam. Katanya :”Anda telah menyakiti dan membuat lapar rakyat. Orang-orang yang dizalimi tidak akan mati dan orang yang menzalimi tidak akan hidup lama. Lakukan semaumu. Tuhan pasti akan membalas kelakuan burukmu”.
Ada juga Syeikhah Syuhdah. Ia adalah seorang perempuan sarjana sekaligus penceramah terkenal. Ia kerap memberikan kuliah umum di sebuah masjid besar di Baghdad di hadapan jama’ah besar dalam ilmu sastra, retorika dan puisi.
Al-Sakhâwî (w. 1497 M), Imâm Ibnu Hajar al-Asqallanî (w. 1449 M) dan Imâm al-Suyûthî (w. 1505), ketiganya ahli hadits terkemuka, belajar pada guru-guru perempuan. Ibnu Hajar, misalnya, belajar pada 53 orang perempuan, al-Sakhâwî berguru pada 46 orang perempuan dan al-Suyûthî berguru pada 33 perempuan.
Al-Sakhâwî juga mencatat ada 1075 perempuan terkemuka, 405 orang di antaranya adalah ahli hadits dan fiqh terkemuka. Ibnu Hajar mencatat 191 perempuan, 168 di antaranya adalah guru besar hadits dan fiqh. Dan sufi agung, al-Syaikh al-Akbar, Muhyiddîn Ibnu Arabî juga berguru pada tiga orang perempuan cerdas dan alim di Makkah : Sayyidah Nizam, Fakhr al Nisa dan Qurrah al ‘Ain.
Perempuan paling populer di kalangan para sufi, Rabîah al-Adawiyah (801 M) telah menjadi icon mazhab cinta dalam sufisme. Puisi-puisinya tentang cinta (mahabbah) telah memberikan inspirasi kepada para sufi lain sepanjang sejarah. Terlampau sempit ruang di sini untuk menyebut ulama perempuan yang telah tampil dalam panggung sejarah peradaban Islam.