Jakarta – Susan Jasmine Zulkifli, 43 tahun, dilantik menjadi Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pada 27 Juni lalu. Sejak menjabat, lurah berparas ayu itu rajin ‘blusukan’, ke kampung-kampung mengikuti gaya sang atasan, Jokowi.
Setiap Sabtu dan Minggu, Lurah Susan mengadakan kerja bakti di wilayah Lenteng Agung. Tak hanya menginstruksikan, dia juga terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Dia rajin berbaur dan berdialog langsung dengan warga. Kehadiran lurah cantik Susan tersebut memantik semangat warga untuk ikut gotong royong.
Bahkan para pengurus rukun tetangga dan rukun warga, yang umumnya laki-laki makin giat menggelar kerja bakti. Rupanya semangat para kaum bapak itu menimbulkan rasa cemburu di kalangan ibu-ibu warga Lenteng Agung.
Siti Maimunah (44 tahun), warga RT 14 RW 03, Lenteng Agung mengaku sejak Susan menjabat lurah banyak pengurus RT yang kegenitan. Misalnya, pengurus RT bela-belain ikut kerja bakti pada hari Minggu untuk membersihkan selokan. Padahal, pada saat bersamaan ada acara hajatan pernikahan di rumah tetangganya.
“Bapak-bapak ada yang malah ganjen sekarang. Mereka pakai minyak wangi lah kalau kerja bakti. Sok kerajinan gitu deh,” kata Maimunah yang sudah menetap di Lenteng Agung sejak 1980 tersebut kepada detikcom, Selasa (1/10).
Hal yang sama dikatakan warga RT 08 RW 04, Khadijah (39 tahun). Dia bersama Maimunah mengaku diajak ikut demo menolak Lentang Agung dipimpin oleh lurah Susan. Namun penolakan itu bukan karena adanya perbedaan agama.
Tapi, persoalan perempuan cantik menjadi lurah yang dikhawatirkan akan salah kaprah. “Ya bingung aja cakep-cakep ngapain jadi lurah. Mending pria saja yang lurah,” kata Khadijah. Unjukrasa penolakan terhadap Lurah Susan pun kebanyakan diikuti oleh kaum perempuan.
Sejumlah warga Lenteng Agung lainnya juga tidak mempersoalkan keyakinan agama yang dianut Lurah Susan Jasmine Zulkifli. Yang terpenting bagi mereka seorang lurah bisa membawa perubahan, khususnya bagi pelayanan terhadap warga.
Mantan Ketua RT 04/RW 05 Kelurahan Lenteng Agung yang juga sesepuh warga H. Abdul Rahman, 64 tahun, mengatakan persoalan agama itu masing-masing urusan pribadi.
Secara pribadi dia melihat sosok Susan adalah pamong yang bisa membaur dengan warganya. Tidak ada sikap kaku. Meski kadang sejumlah warga antipati terhadap kegiatan kerja bakti yang dilakukan Susan untuk persiapan Piala Adipura.
Bahkan secara gamblang, ia membandingkan dengan lurah Lenteng Agung sebelumnya yang kaku dan tidak low profile. “Kalau lurah yang lama boro-boro datang lihat langsung warga. Saya saja kalau ke kantor kelurahan jarang lihat dia,” kata Abdul kepada detikcom.
Sementara menurut Koordinator Forum Warga Lenteng Agung Nasri Nasrullah, penolakan terhadap Lurah Susan sudah terjadi sejak awal pelantikan oleh Jokowi. Dia menyesalkan sistem lelang jabatan yang tidak memperhatikan aspirasi warga Lenteng Agung.
Menurut Nasri, persoalan ini penting karena mayoritas warga Lenteng Agung muslim. Apalagi dalam sejarah Lenteng Agung selalu dipimpin oleh seorang lurah yang beragama Islam.
“Harusnya kami didengar dulu ingin itu ingin apa. Banyak warga yang tanya-tanya sejak lama sebelum proses lelang itu. Kalau seperti ini kan bentuk kekecewaan kami. Kalau memang ingin benerin, Jokowi blusukan dong ke sini,” kata Nasri kepada detikcom, Rabu (2/10) kemarin.
sumber: detik.com