Fahmina.or.id, Cirebon – Banyak gerakan kelompok tertentu yang dilakukan dalam rangka pembelaannya terhadap sosok ulama. Sebelum mengambil kesimpulan dan sikap, ada baiknya simak ulasan yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Fahmina Cirebon, KH Husein Muhammad berikut.
Dalam akun pribadi facebooknya Husein Muhammad menuliskan, ulama merupakan sosok panutan yang memiliki keluhuran ilmu dan berbudi luhur serta dapat menjaga diri dari perbuatan yang tercela.
Pengasuh Ponpes Darut Tauhid Arjawinangun Kabupaten Cirebon itu mengutip kitab al Nashaih al Diniyah karya Abdullah al Haddad, bahwa ulama memiliki pembawaan tenang, rendah hati, takut kepada Allah, bersahaja (nerima), suka sedekah, membimbing umat dan menyayangi mereka, selalu mengajak kebaikan dan menghindari keburukan atau maksiat, bersegera dalam kebaikan, senang beribadah, lapang dada, lembut hati, tidak sombong, tidak berharap pada pemberian orang, tidak ambisi pada kekuasaan dan jabatan, tidak suka menumpuk-numpuk harta, tidak keras hati, tidak kasar, tidak suka pamer.
“Selain itu, tidak memusuhi dan membeci orang, tidak picik dan tidak menipu, tidak licik, tidak mendahulukan orang kaya dari pada orang miskin serta tidak sering mengunjungi pejabat pemerintahan atau penguasa,” bebernya.
Dijelaskan Buya Husein,”intinya ulama merupakan orang-orang yang berpengetahuan luas dan mendalam yang ilmu itu mengantarkannya kepada kasyatullah (takut kepada Allah), berbudi pekerti luhur dan beramal saleh juga menghindari akhlak dan amal yang tercela,” terangnya.
Buya Husein menambahkan, banyak perumpamaan baik dalam Al-Qur`an maupun Hadis yang menggambarkan sosok seorang ulama. Dalam Surat Al-Fatir ayat 28 di antaranya tertulis, innama yakhsyallaha min `ibadihil `ulama, sesungguhnya yang takut kepada Allah SWT di antara hamba-hamba Nya hanyalah ulama, beberapa ayat lain menyebutkan ulul ilmi, ulul abshar, ulul albab dan ulul dzikir. “Sedangkan dalam hadis Nabi mengatakan, al ulama sirajul ummah, ulama merupakan lampu ummat,” paparnya.
Kemudian Buya Husein menerangkan peran ulama yang menyetir sang sufi agung dari Konya, Syeikh Maulana Jalaluddin Rumi yang mengumpamkan ulama sebagai pohon kehidupan. “Ulama itu seperti pohon yang akarnya munghujam ke dasar bumi kemudian batangnya besar yang cabang-cabang serta rantingnya menumbuhkan dedaunan hijau yang rimbun, bunganya yang harum mewangi serta menghasilkan buah manis yang lebat. Buah-buah itu diberikan dipersembahkan untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri,” katanya.
“Andai sang pohon dapat berbicara dan kita memahaminya, ia mengatakan aku diajarkan untuk memberi, bukan untuk mengambil,” imbuhnya.
Kemudian, Farhan Alfadil salah satu teman akun facebook Buya Husein menanyakan perihal sistem pendidikan Islam saat ini, apakah dapat menghasilkan generasi ulama seperti kategori yang disebutkan atau tidak. Buya Husein kemudian menjawab bahwa dalam pendidikan saat ini jarang ditemukan ulama yang dimaksudkan.
“Tampaknya sudah jarang, semoga masih ada,” harapnya.
Laporan : Zain AB
Editor : Mudi El Anshori