Minggu, 24 November 2024

Polmas, Polri dan Pengamanan Pemilu 2009

Baca Juga

Tidak seperti biasanya, kali ini  mitra COP (Polmas) The Asia Foundation dari Bali (Yayasan Manikaya Kauci), Surabaya (PUSHAM Unair), Yogyakarta (PUSHAM UII), Salatiga (Yayasan PERCIK) dan Cirebon Jawa Barat (Fahmina Institute) bertemu di Jakarta. Ada agenda penting tengah diusung. Mitra COP (Polmas), TAF. kali ini beriniat bertemu dengan Deputi Operasional (Deops) Irjen Pol Rubani Pranoto, di Gedung Utama Mabes Polri. Ini sebagai tindak lanjut pertemuan di Yogya 5/7/08 lalu, mengangkat tema pembaahasan mengenai peran perpolisian masyarakat (POLMAS) dalam hajat demokrasi kita, Pemilu 2009.

Setelah disosialisasikan beberapa tahun belakangan, kini saat yang tepat untuk membuktikan bahwa Polmas memiliki posisi penting dalam sistem keamanan kita. Khususnya pada saat menjelang Pemilu, yang tentu rentan dengan berbagai gesekan sosial, sebagai akibat kepentingan dan aktifitas politik di masyarakat.

Ketika terjadi gesekan, lalu muncul kekerasan, seperti biasa, yang jadi korban adalah masyarakat. Di Pemilu 2009 mendatang, indikasi demikian sudah muncul. Sekarang ini, di beberapa daerah, konflik masyarakat di tingkat bawah timbul sabagai akibat dari kepentingan dan kegiatan politik yang ada. Seperti Pilkada Maluku Utara (Malut) misalnya, hingga kini masih mnyisakan kekerasan, terakhir terjadi pembakaran rumah salah satu kandidatnya, dan 4 tersangka kini ditahan.

 

Apalagi berdasarkan keputusan Komite Pemilihan Umum (KPU), kampanye pemilu sudah mulai bulan Juni 2008 ini. Artinya  berarti ada rentang waktu sembilan bulan kampanye. Meski masih berupa kampanye media dan tertutup, ancaman kekerasan tetap tidak berukrang. Paling tidak itu yang dikatakan oleh Kepala Badan Intelkam Saleh Saaf seusai rapat dengan KPU 2 Mei lalu.

Untuk mengantisipasi terjadinya kekerasan tersebut, pemerintah telah menganggarkan biaya pengamanan pemilu sebesar 2,4 triliun rupiah. Bila dibandingkan dengan pengamanan Pemilu 2004, sebesar 1,3 triliun rupiah, ada peningkatan sangat signifikan , 85 persen! Anggaran sebanyak itu, menimbang karena pengamanan Pemilu ditetapkan enjadi tanggungjawab Polri. Di mana, alokasinya 1,8 triliun untuk Polri, sisanya sebagai pendukung pengamanan sekitar 600 juta untuk TNI.

Sepertinya polisi cukup pe-de, tutur Gunanjar, direktur Manikaya Kauci Bali, mengomentasi besarnya anggaran pengamanan pemilu tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah ada jaminan bahwa potensi konflik bisa dideteksi lebih dini, kemudian dicegah? Lagi-lagi ini hanya upaya. Anggaran sebesar itu sebenarnya tak berarti apa-apa jika Polri tidak memanfaatkan program perpolisian masyarakat (Polmas), yang mereka usung melalui Skep Polri 737/2005?

 

Kita belum melihat peran Polmas untuk Pengamanan Pemilu 2009, jelas Leopold Sudaryono, PO Program COP TAF. “Setidaknya  Polmas belum dilihat berkontribusi oleh para petinggi Polri terkait pengamanan Pemilu 2009” katanya. Padahal konflik politik apapun yang terjadi di tingkat elit, juga berimbas di tingkat akar rumput, masyarakat bawah.

Sementara itu, Polmas melalui FKPM-nya yang selama ini  berkiprah di tingkat desa, bergerak bersama masyarakat bawah. Alangkah lebih terasa manfaatnya  jika kemudian Polri bisa melibatkan Polmas dan FKPM ini. Salah satunya dengan memanfaatkan  upaya deteksi dini dan  pemetaan potensi konflik dengan juga melibatkan masyarakat yang tergabng dalam FKPM.

Dengan memafaatkan salah satu kelebihan Polmas, Polri setidaknya bisa menjadi fasilitator, dan dengan melibatkan FKPM sebenarnya Polri telah mendorong rakyat untuk mengamankan pesta demokrasinya  sendiri, yang mengedepankan unsur pastisipasi masyarakat.

 

Dalam hal ini anggaran 1,8 triliun diharapkan tidak untuk pengamanan pemilu saja, tetapi dialokasikan bagi pendidikan masyarakat dalam menerapkan sistem keamanan dan deteksi dini secara mandiri. Anggaran 1,8 triliun itu tidak hanya menjadi jaminan keamanan dari pemerintah, tetapi juga jaminan atas partisipasi penuh rakyat untuk mengamankan segala kegiatan pemilu.

 

Respon positif pun muncul dari Deops Polri Irjen Pol Rubani Pranoto ketika ditemui Mitra COP (Polmas) TAF. Dengan tegas ia menyatakan, “Kenapa tidak, Polmas adalah bagian strategis Polri untuk Pengamanan Pemilu 2009. Kita akan lihat seperti apa perannya,”

 

Itu artinya bahwa dengan Polmas kita bisa membangun kemitraan yang sinergis antara polisi dan masyarakat untuk membangun masyarakat yang demokratis. Partisipasi penuh Polmas di pengamanan pemilu 2009 taruhannya.[]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Sosialisasi Pilkada Serentak 2024: Serukan Pemilih Cerdas dan Tolak Politik Uang

Oleh: Zaenal Abidin Cirebon, Fahmina Institute- Dalam rangka memperkuat demokrasi dan keberagaman, KPU Kabupaten Cirebon gandeng Fahmina Institute mengadakan acara...

Populer

Artikel Lainnya