Oleh: Ida Adhiah
Petani muda milenial merupakan kelompok anak-anak muda yang bergerak dibidang pertanian dengan menggunakan cara-cara modern. Berawal dari keresahan anak-anak muda desa manislor untuk kehidupan dimasa depan yang mana banyak sekali anak muda merantau ke kota padahal potensi di desa masing-masing masih bisa untuk dikembangkan, semakin sedikitnya petani-petani lokal dan banyak lahan yang terbengkalai menjadi motivasi mereka membentuk petani muda milenial.
Kelompok ini terbentuk sejak tahun 2014, perjalanan petani muda milenial ini banyak melalui rintangan dimana saat terbentuk petani muda milenial di tahun 2014 ini tidak langsung berjalan dengan baik, tidak adanya dukungan dari berbagai pihak termasuk desa membuat petani muda milenial ini harus vakum, sehingga pada akhir tahun 2019 tepatnya 15 Oktober 2019 petani muda milenial mulai terbentuk kembali dengan adanya dorongan dari petani-petani lokal desa Manislor yang diketuai oleh Mubarik Izul Fitri.
Cocok tanam yang dilakukan oleh petani muda milenial ini dimulai dari sayuran seperti cabe, tomat, labu botol, bawang daun, hingga sekarang sudah mulai bercocok tanam padi dan ubi-ubian. Selain melakukan cocok tanam, petani muda milenial ini melakukan sosialisasi ke beberapa masyarakat, petani lokal dan juga dinas pertanian. Sosialisasi yang dilakukan petani muda milenial ini berhasil mengajak masyarakat untuk ikut tergabung dan mendapat dorongan dari lebih banyak petani lokal dan dinas pertanian.
Dengan adanya komunitas petani muda milenial ini banyak anggota komunitas yang bisa belajar cara bertani, seperti yang diungkapkan Ahmad Faizal “saya kan terlahir dari keluarga petani dan juga ingin merasakan bertani dan memanfaatkan lahan kecil yang ada di depan rumah, setelah gabung dengan petani milenial saya jadi tahu bagaimana cara bercocok tanam yang baik dan benar, bercocok tanam juga menjadi hobi baru bagi saya terlebih di tengah pandemi ini”.
“Harapannya dengan adanya petani muda milenial ini kita dapat memasarkan hasil pertaniannya ke pasar yang lebih luas dan minimalnya kita dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hasil yang kita tanam” ucap Dadan. Selain dadan banyak anggota yang berpendapat bahwa pertanian mempunyai peluang yang besar, sehingga mereka menyarankan agar setiap desa dapat mengembangkan potensinya masing-masing terlebih negara Indonesia merupakan negara agraria.