SUMBER, (KC Online).- Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, bersama Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) kampus setempat dan Pondok Pesantren Kempek Al-Islamy Cirebon, belum lama ini turun lokasi bencana banjir di Kabupaten Subang.
Selain mengorganisir bantuan dan menyalurkannya kepada para korban banjir, mereka juga melakukan survei di beberapa titik rawan banjir yang tersebar di Kabupaten Subang tersebut.
Menurut Dosen ISIF Cirebon yang juga turut serta mendampingi kegiatan tersebut, Dede Wahyudin, apa yang dilakukan mahasiswa dan perwakilan pondok pesantren tersebut, sebagai bentuk kepedulian pihaknya terhadap bencana banjir yang menimpa warga di Kabupaten Subang.
“Yang kita lakukan juga tak lain demi membangun komitmen Tridarma Perguruan Tinggi. Yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian,” kata Dede, Senin (15/2/2021).
Dalam kesempatan itu, kata dia, pihaknya melakukan peninjauan langsung, serta memberi bantuan logistik kepada para korban banjir. “Bentuk kepedulian sosial yang telah kami lakukan diharapkan mampu membantu keperluan logistik warga,” ujar Dede.
Ia menjelaskan, dari keluhan warga terdampak banjir tersebut, kebutuhan primer seperti sandang dan pangan serta kebutuhan sekunder berupa pemulihan sarana dan prasarana pendidikan sangat perlu untuk diprioritaskan. Yang tak kalah penting ialah pemulihan ekonomi pasca banjir sangat diharapkan bantuan dan tindakan penyelesaiannya.
“Dalam perbincangan dengan beberapa masyarakat, kami dan masyarakat sama-sama memerlukan data kongkret tentang banjir tersebut. Salah satu data yang ingin kami dan masyarakat usahakan yaitu mengenai pemetaan wilayah terdampak dan atau daerah yang rawan terdampak oleh banjir,” kata Dede.
Khususnya, lanjut dia, di tujuh kecamatan yang terdampak sekarang. Di antaranya yakni Kecamatan Bobos, Pusakanegara, dan Legon Kulon. “Ketika ditelusuri, ternyata ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya banjir, khususnya di daerah Subang,” katanya.
Pertama, kata dia, karena dibukanya Bendungan Jatigede. Debit air yang begitu besar sangat mengkhawatirkan. Hal ini memaksa warga untuk membuka bendungan air, karena bendungan sudah tidak sanggup menampung debit air yang sangat banyak.
Kedua, lanjut dia, pada saat yang bersamaan pula, terjadi kiriman air di beberapa titik dari sungai Cipunagara yang telah jebol terlebih dahulu. “Ini pula di luar dugaan warga. Disamping dua hal tadi, warga mengeluhkan tentang informasi peringatan banjir yang tidak sampai kepada warga,” katanya.
Sebagian warga yang telah mendapat informasi pun tidak meyakini akan terjadi banjir seperti itu, sehingga informasi tersendat di beberapa pihak. Dampaknya, warga banyak yang terjebak dan tidak bisa begerak dari kediamannya. Bahkan, kata dia, sampai menelan satu korban usia 13 tahun yang meninggal dunia. (Ismail)
Sumber: kabarcirebon.com