Oleh: Dr. (HC) KH. Husein Muhammad, Ketua Umum Yayasan Fahmina
Abu al-Ala al-Ma’arri, seperti cendikiawan, matematikawan dan penyair legendaris dari Persia, Omar al-Khayyam, adalah seorang pesimis sekaligus skeptis sepanjang hidupnya. Ia terombang-ambing dalam ketidakpastian dan kecemasan. Ia percaya pada kekuatan akal pikiran di satu saat, tetapi ia tak berdaya dengan akalnya pada saat yang lain.
Ia menolak Tuhan dengan akalnya sekaligus pasrah kepada keputusan Tuhan. Ia sering ingin segera pulang (mati) tetapi pada saat yang lain ia ingin tetap hidup. Ma’arri lebih banyak menderita atau mungkin lebih tepat disebut sebagai seorang Nihilis.
Dalam sebuah puisinya ia mengungkapkan perasaan seperti hidup dalam penjara pada tiga fase dan tanpa harapan keindahan:
Lihatlah, hidupku bagai dalam tiga penjara
Janganlah bertanya mengapa
Mataku tak dapat melihat
Aku selalu berada di dalam rumah
Dan jiwaku terperangkap dalam tubuh yang penuh keburukan
Dalam puisinya yang lain ia mengekspresikan pandangan pesimismenya atas hidup dan kehidupan dunia. Ia menghadapinya dengan gamang :
تأملنا الزمان فما وجدنا الى طيب الحياة به سبيلا
ذر الدنيا إذا لم تحظ منها وكن فيها كثيرا او قليلا
Aku telah merenungkan kehidupan
Aku tak menemukan jalan kehidupan yang menyenangkan
Ayo tinggalkan dunia ini, jika kau tak bahagia
Terimalah ia sedikit atau banyak