Sabtu, 23 November 2024

Peran Penting Perempuan dalam Mewujudkan Perdamaian

Baca Juga

Oleh: M. F. Imam Mustofa

Siang Sabtu di tanggal 14 September 2024 saya mengikuti forum bedah film di aula pendopo kecamatan Lemahabang, dengan film yang berjudul “Where Do We Go Now” yang disutradarai oleh Nadine Labaki dengan durasi waktu 110 menit dan rilis pada tahun 2011. Acara berjalan dengan semangat yang tinggi, dengan dipimpin oleh  Devi Farida sebagai moderator, juga dihadiri oleh tokoh-tokoh hebat sebagai pemantik dalam bedah film tersebut, antara lain Kelvin Mahesa Saputra “Ketua karang taruna Lemahabang”, Pipih Indah Permatasari “ruang perempuan muda”, Zannuba Imroatun Nabila “penggerak moderasi beragama”, dan ada juga elemen-elemen yang telah mensukseskan acara bedah film.

Dibuka dengan ucapan bismillah yang dipimpin oleh Ibu Yuyun Kusumawati sebagai ketua kecamatan Lemahabang Cirebon acara resmi dimulai, dilanjut dengan acara perkenalan para peserta  bedah film sebagai tambahan relasi antara komunitas yang hadir. Film pun segera diputar, dengan seksama para peserta bedah film menyimak jalannya film Where Do We Go Now diputar sampai dengan selesai. Acara berlanjut ke sesi diskusi yang dipimpin oleh moderator dan diisi oleh para pemantik yang ada.

Diskusi berjalan dengan penuh antusias yang begitu besar dari para pesertanya, dengan membahas isi film Where Do We Go Now yang telah diputar. Dalam isi film Where Do We Go Now tersebut, menggambarkan tentang kehidupan sebuah desa yang berkedudukan di negara Lebanon, dengan ber keseharian dalam lingkungan yang terdapat dua agama yang berbeda “Islam dan Kristen”. Keseharian yang berjalan di desa tersebut damai berdampingan antara kedua agama, hingga satu waktu keadaan menjadi sangat memanas antara keduanya. Hal tersebut memancing peperangan antara dua belah pihak, yang menimbulkan banyak korban jiwa didalamnya, dan lelaki paling mendominasi atas nama korban jiwa yang tewas dalam peperangan tersebut. Hal yang menjadi penyebab awal peperangan adalah informasi yang tidak bisa ditangkap secara rasional.

 Dalam kasus tersebut, karena adanya  televisi yang terbatas pada waktu itu, semua penduduk menonton siaran tv bersama baik dari agama Islam ataupun agama kristen di lapangan desa. Dan kebetulan pada saat menonton, mereka tidak sengaja memutar saluran yang memberikan informasi tentang peperangan antara agama mereka, yang terjadi diluar desa. Dengan spontan seorang perempuan mengganti saluran berita, menjadi saluran hiburan dan membuat keadaan sekitar menjadi rusuh tak terkendali, agar orang-orang tidak termakan oleh informasi yang ada. Tidak sampai disitu, konflik malah semakin memanas dikarenakan adanya hal-hal sepele, mulai dari masuknya Kambing kedalam masjid, hilangnya sandal di masjid, rusaknya patung-patung di area gereja, dan hal lainnya yang dilakukan oleh oknum-oknum. Dan puncaknya terjadi ketika salah satu dari anak muda kristen tewas tertembak di luar desa. Awalnya ibu anak muda tersebut bersepakat dengan para perempuan desa lainnya untuk menutupi peristiwa tersebut. Tapi berjalanya waktu, peristiwa tersebut tidak lagi bisa disembunyikan karena kecurigaan dari beberapa keluarga dan teman laki-laki kristen nya. Mereka naik pitam setelah mengetahui kebenaran yang ada, dan langsung mengklaim warga Islam di desa yang telah berbuat kepada anak muda kristen yang tewas tertembak. Dengan segala kegigihan, para perempuan membuat rencana pemusnahan senjata dan peralihan peperangan yang akan dilakukan oleh para laki-laki dari setiap agamanya. Hingga suatu hari cahaya pun tiba, menerangi kedamaian yang tercipta dalam desa yang dihuni dua agama tersebut.

Hancurnya toleransi, lenyapnya kepercayaan, dan gugurnya nyawa-nyawa yang tak berdosa bisa terjadi dari masuknya informasi-informasi dari orang luar. Dari film Where Do We Go Now kita bisa melihat bahayanya informasi-informasi yang berseliweran di ranah teknologi sekarang. Jika orang-orang yang menangkap sesuatu dengan sekilas mata, dan tidak melihat sisi lainya tanpa landasan yang cukup, teknologi bisa membunuh masa depan yang lebih maju. Karena dalam film Where Do We Go Now para penduduknya menangkap berita yang masuk hanya dengan pandangan sebelah mata, dan tanpa menggunakan kepala dingin. Juga ditambah hal-hal sepele yang terjadi di antara dua belah pihak agama. Maka dari itu kita harus lebih hati-hati dalam menangkap informasi yang masuk dari orang luar, dan harus membatasi diri dari informasi yang Simpang siur dalam internet, lalu belajar lebih mempercayai orang-orang yang ada di sekitar kita.

Dalam film Where Do We Go Now juga, kita bisa melihat peran wanita yang begitu besar dalam mewujudkan perdamaian lintas agama yang ada di desanya. Dengan segala rasa keibuan yang dimiliki oleh perempuan, mereka melakukan segala cara agar tidak kehilangan keluarga laki-laki yang mereka cintai.

Karena perempuan sendiri lebih unggul dalam perihal perasaan dan selalu berpikir lebih maju. Dalam kasus peperangan, prajurit selalu didominasi oleh para laki-laki dan juga didominasi oleh kematian laki-laki tersebut, karena mereka selalu menjunjung tinggi sesuatu yang menjadi kebanggaannya. Berbeda dengan wanita yang selalu berpikir lebih panjang, atas konsekuensi yang akan diterima dari peperangan tersebut.

Dalam film Where Do We Go Now terlihat juga beberapa kekerasan gender yang terjadi, mulai dari cat calling, beban ganda, stereotip, dan hal-hal lainya yang terjadi juga di zaman sekarang. Maka dari itu manfaat film-film seperti Where Do We Go Now dibuat, untuk mengklaim bahwasanya kejadian-kejadian tersebut harus dihilangkan dan bahkan harus punah di zaman sekarang. Bukan malah memperkeruh keadaan  negeri yang sedang berusaha membaik dari segala permasalahannya.

Kebanyakan orang mungkin berpikir, kenapa kita harus belajar dari film? Melihat majunya teknologi informasi yang sangat menarik dan banyak minat dari orang-orang pengguna teknologi dalam penggunaannya, itu semua bisa menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi film Where Do We Go Now yang penuh dengan pembelajaran. Jika bisa digunakan untuk sebuah kebaikan, tidak ada alasan untuk menggunakannya sebagai alat kejahatan. []

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Sosialisasi Pilkada Serentak 2024: Serukan Pemilih Cerdas dan Tolak Politik Uang

Oleh: Zaenal Abidin Cirebon, Fahmina Institute- Dalam rangka memperkuat demokrasi dan keberagaman, KPU Kabupaten Cirebon gandeng Fahmina Institute mengadakan acara...

Populer

Artikel Lainnya