Oleh: Bryan Putera
Agama Hindu adalah salah satu agama tertua di dunia, yang memiliki akar tradisi dan kepercayaan yang mendalam di wilayah Asia Selatan, khususnya di India dan Nepal. Hindu dikenal sebagai “Sanatana Dharma,” yang berarti “kebenaran abadi” dalam bahasa Sanskerta. Agama Hindu berkembang dari peradaban Sungai Indus sekitar 2000 SM dan kemudian berkembang melalui pengaruh bangsa Arya di wilayah India. Teks-teks suci Hindu seperti Veda, Upanishad, dan Bhagavad Gita memainkan peran penting dalam mengembangkan filosofi dan ajaran Hindu. Veda dianggap sebagai kitab suci tertua yang memuat ajaran-ajaran dasar dalam Hindu.
Hindu diperkirakan mulai masuk ke Indonesia melalui para pedagang dan pengaruh kebudayaan India pada abad pertama hingga abad ketiga Masehi. Jalur laut yang menghubungkan Asia Selatan dengan kepulauan Indonesia memungkinkan para pedagang, pendeta, dan pelajar dari India membawa agama, filosofi, dan budaya Hindu ke Nusantara. Mereka memperkenalkan ajaran Hindu kepada penduduk setempat melalui interaksi perdagangan dan misi budaya. Bukti awal pengaruh Hindu di Indonesia ditemukan di situs arkeologi seperti prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur, yang berasal dari abad ke-4 Masehi. Prasasti ini menunjukkan bahwa kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia, yang memiliki sistem kepercayaan dan ritual Hindu.
Pada sabtu, 26 Oktober 2024, saya berkesempatan untuk mengenal lebih dalam tentang agama Hindu yang ada di Cirebon, Tepatnya berlokasi di Pura Agung Jati Pramana. Pertemuan pertama di Sekolah Agama dan Kepercayaan kali ini saya menemukan beberapa hal yang menarik tentang agama Hindu. Agama Hindu memiliki banyak bentuk ibadah dan kepercayaan yang berbeda-beda. Dalam Hindu terdapat banyak dewa-dewi dan aspek ketuhanan yang berbeda, yang semuanya dipahami sebagai manifestasi dari satu realitas yang lebih tinggi (Brahman). Hal ini memberikan kesan bahwa Hindu adalah agama yang sangat toleran dan fleksibel terhadap berbagai pandangan.
Pelajaran yang saya ambil dari agama Hindu, Hindu dikenal dengan ajaran-ajaran filosofisnya yang dalam, seperti karma (hukum sebab akibat), samsara (siklus kelahiran kembali), dan Moksha (pembebasan spiritual). Ini membuat Hindu tampak kompleks dan menantang untuk dipahami secara menyeluruh.
Selain tentang ajaran, ritual peribadatan yang agama Hindu lakukan juga sarat akan makna filosofis yang kental. Salah satu yang menurut saya unik yaitu butiran beras yang ditempelkan pada dahi penganut agama Hindu ketika selesai melaksanakan pemujaan atau doa.
Dalam tradisi Hindu, menempelkan butiran beras di dahi, tenggorokan, dan kemudian memakan tiga butir beras memiliki makna simbolis dan spiritual yang dalam. Menempelkan butir beras di dahi, tepat di area antara alis (Ajna Chakra atau cakra ketiga mata), memiliki makna pemurnian pikiran dan penglihatan batin. Menempelkan beras di tenggorokan, atau Vishuddha Chakra, melambangkan kemurnian dalam komunikasi dan kebenaran. Memakan tiga butir beras memiliki makna yang terkait dengan pemurnian tubuh, pikiran, dan jiwa. Angka tiga dalam Hindu sering kali merujuk pada Trimurti—Brahma (pencipta), Vishnu (pemelihara), dan Shiva (penghancur/pemurni). Dengan memakan tiga butir beras, seseorang menginternalisasi berkah dari ketiga aspek Tuhan ini dan memohon keseimbangan antara penciptaan, pemeliharaan, dan pemurnian dalam kehidupannya.
Selain itu, seringkali kita melihat penganut agama Hindu membuat sesajen atau yang biasa mereka sebut “Canang Sari”, Setiap hari, umat Hindu membuat persembahan kecil ini yang biasanya terbuat dari janur, bunga, dan sedikit makanan dan akan diletakan di pura sebagai tanda syukur kepada para Dewa. Ritual ini menunjukan kesederhanaan dan keikhlasan dalam beribadah.
Bisa disimpulkan bahwa, Ajaran Hindu menekankan bahwa setiap individu memiliki jalannya sendiri dalam pencarian spiritual. Ini mengajak kita untuk menghargai perjalanan spiritual masing masing dan tidak menghakimi orang lain berdasarkan keyakinan atau praktik mereka. Mengedepankan kasih sayang, penghargaan terhadap perbedaan, serta kesadaran bahwa semua orang terhubung dalam satu kesatuan. Ajaran-ajaran ini menginspirasi umat Hindu untuk menghormati setiap keyakinan dan jalan spiritual, serta berkontribusi secara aktif dalam menciptakan kedamaian dan harmoni dalam masyarakat yang plural. []