Hal ini disampaikan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Cirebon, Nuruzzaman MSi dalam pertemuan dengan sejumlah elemen pemuda warga Nahdlatul Ulama (NU) di Pontren Khatulistiwa, Kempek, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Rabu (14/1).
Sejauh ini, kata Nuruzzaman, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan komandan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk menyiapkan personelnya jika sewaktu-waktu ada instruksi dari PP GP Ansor yang diketuai Syaefullah Yusuf.
Di antara persiapan yang dilakukan adalah dengan latihan fisik semi militer dan pengisian ilmu kekebalan. “Kami selalu berkoordinasi dengan pengurus GP Ansor baik wilayah maupun pusat. Untuk membantu warga Palestina yang nilai kemanusiaannya dicabik-cabik Israel, kami dalam posisi siaga menunggu perintah,” tandas pria yang tinggal di lingkungan Pontren Babakan, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon itu
Selain menyiapkan tenaga sukarelawan ke Palestina, personel-personel yang terlatih juga disiapkan untuk menghadapi gerakan Wahabi dan kroninya yang telah mencabik-cabik akar tradisi, budaya, dan ritual keagamaan kalangan nahdliyin.
Kelompok itu, kata dia, juga mengancam kesatuan umat dan bangsa dengan membuat aksi-aksi brutal, menghasut, memfitnah, dan memancing konflik di kalangan umat Islam dan warga negara.
“Sebagai penganut ahlussunnah wal jamaah pengawal Pancasila dan penjaga persatuan bangsa, kami juga siaga menghadapi mereka yang selama ini meresahkan masyarakat dengan menghasut antarumat Islam,” ujar Nuruzzaman.
Nuruzzaman menganalisa, jika kelompok-kelompok tersebut tidak dihentikan gerakannya, maka dipastikan akan memunculkan konflik horizontal. Karena itu, ujar dia, seharusnya pihak-pihak terkait seperti kepolisian, TNI, dan unsur ketahanan dan keamanan lainnya mewaspadai kelompok tersebut, bukannya melarang pengajian kalangan Islam yang selama ini bersifat moderat dan menjaga moralitas dan persatuan bangsa.
Dia juga mengimbau kepada kalangan muda nahdliyin untuk tetap menjalankan dakwahnya menyebarkan ajaran Islam yang santun dan damai, serta tetap melakukan pendampingan dan pembelaan bagi masyarakat yang menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan problem kemanusiaan lainnya.
“Kami memang siaga menghadapi kelompok Wahabi dan kroninya yang telah mencitrakan Islam sebagai agama radikal, mau menang sendiri, dan tidak menghormati perbedaan sebagai sunatullah. Hal itu tidak baik bagi keteladanan masyarakat,” ujar dia,
Seraya mengatakan, “Untuk mengubah citra positif, pihaknya mengimbau kalangan muda nahdliyin untuk lebih memikirkan dan turut memberikan solusi bagi masalah sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya daripada berkutat di wilayah konflik antarsesama,” imbau lulusan Pascasarjana Fakultas Sosiologi Universitas Indonesia (UI) itu. (ksd)
Sumber: NU Online, 14 Januari 2004