Seketika itu pula, gemuruh tepuk tangan warga pun ramaikan suasana acara pemberian benih padi untuk kelompok abdi tani di Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, pada Minggu (14/12). Maria Ulfa yang juga caleg DPR RI dari PKB dapil VIII Jabar (Cirebon-Indramayu) mengaku, bantuan benih ini sebagai upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian di daerah. Selain membagikan bibit padi jenis Ciherang Super Proyok Sanghyang sebanyak 2 Ton, Maria Ulfa mengaku sedang mengusahakan bantuan berupa 1 unit 30 pk dengan volume air 10 inchi mesin pompa air.
Bangun Penyadaran dan Pendidikan Kritis Petani
Ketua Umum PP Fatayat NU ini menambahkan, di hari yang sama, acara serupa juga digelar di desa Trisik sekaligus diskusi tentang tekhnologi pertanian, dengan menghadirkan narasumber dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Karena sebenarnya dia memberikan bantuan sebanyak 5 ton benih padi, namun dibagi dua untuk desa Losari Lor sebanyak 2 Ton dan Trisik sebanyak 3 Ton.
Baginya, petani seharusnya tidak hanya meningkatkan produktifitas pertaniannya dengan model konvensional, tetapi juga harus mulai meningkatkan dengan model yang sekarang sedang berkembang, yakni dengan tekhnologi. Di Losari sendiri, secara teknis para petani didampingi langsung oleh penyuluh petani lapangan (PPL), untuk berkonsultasi tentang pertanian.
”Saya hanya mampu membangun penyadaran dan pendidikan kritis terhadap warga, sehingga kita semua memiliki akses terhadap kebijakan pemerintah daerah. Dengan komunikasi yang baik, saya yakin kebijakan di tingkat pusat semakin mempedulikan nasib rakyat dan mampu menyuarakan aspirasi rakyat,” kata dia.
Sementara itu, menurut Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), H Domirudin, mengaku sangat berterima kasih kepada kepada anggota DPR RI Maria Ulfa, Camat Losari, DPC PKB Cirebon, pengurus Fahmina Institute Cirebon dan Jamaah Mushala Hidayat Tauhid yang berkesempatan hadir dalam acara tersebut. Dia juga berharap, para petani mendapat kemudahan untuk memperoleh pupuk yang selama ini sangat sulit didapatkan.
”Selama ini kami kesulitan membeli pupuk, kami dari petani uangnya ada tapi pupuknya tidak ada. Jadi bisa membeli tapi barang tidak ada. Untuk itu, kami mohon kiranya pemerintah bisa memenuhi pengadaan pupuk yang menjadi masalah para petani selama ini,” ungkap H Domir.
Berdayakan Perempuan melalui Sektor Pertanian
Selama ini, Maria Ulfah dikenal sebagai salah satu pejuang kesetaraan gender, yang memperjuangkan keadilan bagi perempuan. Dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, dia mengaku merasakan tantangan paling berat, di akhir tahun 1997 ketika berupaya mencari sponsor untuk kegiatan memperkenalkan perspektif kesetaraan gender melalui Nahdhatul Ulama (NU).
Hingga akhirnya, di Musyawarah nasional (Munas) ulama NU pada November 1997 di Lombok, upayanya membuahkan hasil. Yakni keputusan Munas yang membolehkan perempuan berperan di ruang publik, termasuk menjadi pemimpin negara. Peluang untuk menguatkan perspektif gender itu diwujudkan dalam visi dan misi Fatayat di kongres tahun 2000.
Perjuangan perempuan kelahiran Indramayu 15 Oktober 1960 ini, hingga kini terus melaju. Seperti beberapa tahun terakhir, secara perlahan dia mampu melakukan pengembangan usaha pertanian, yang dikerjakan oleh Kelompok Tani Wanita (KTW) Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Kecamatan Sukra pada Sabtu (14/6).
Selain di Kabupaten Indramayu, Maria juga melaksanakan program pengembangan kemandirian ekonomi perempuan kepada Fatayat NU di Kabupaten Tegal, dan Jakarta.
Di Tegal, bidang usaha yang dikembangkan yaitu konveksi dan pembuatan tahu. Di Jakarta, yakni usaha pengolahan ikan dan kerajinan tangan. Khusus di Indramayu, dia mengaku lebih pada sektor pertanian jenis sayur-sayuran organik.
Intensitasnya memberikan perhatian pada dunia pertanian pun, membuahkan hasil. Pada pertengahan September 2008, masyarakat binaannya berhasil panen perdana bunga kol di Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, Indramayu. Sebelumnya di daerah ini sudah dilakukan ujicoba tanaman budidaya sayuran organik dan ramah lingkungan jenis bunga kol PM 126 di lahan 0,4 hektare hasilnya cukup menggembirakan. Selama 45 hari masa tanam, kalkulasi yang diperoleh dari 14.970 tanaman sebanyak 10,4 ton. Jika dihitung harga perkilo bunga kol sebesar Rp4.000, maka total pendapatan hasil panen sebanyak Rp42 juta.
Dari hasil panen bunga kol tersebut, Maria bertekad terus melakukan budidaya tanaman sehingga pendapatan anggota dan masyarakat lebih meningkat. ”Dari hasil ini, saya berharap para ibu yang awalnya hanya ibu rumah tangga, kini mereka makin kreatif. Apalagi saat itu pemerintah setempat semakin jatuh cinta pada fatayatnya,” ungkapnya bangga kepada reporter Fahmina Institute. []