Temuan di lapangan menunjukkan muatan informasi dalam program acara radio belum sepenuhnya diperhatikan. Untuk radio-radio yang baru berdiri sekitar 2 bulan seperti, Buana FM, Bilik FM, BBC FM, Sukajaya FM, dan Palem FM, acara hiburan tampak masih dominan. Prosentase informasi hanya 0-40 %, sedangkan hiburan mencapai 60-100%. Untuk radio-radio yang lebih awal berdiri seperti Caraka FM, Baina FM, dan AJ FM muatan informasi sudah lebih banyak dengan proporsi 60-80% sedangkan hiburan 20-40%.
“Perbedaan kecenderungan porsi hiburan dan informasi itu bisa dimaklumi”, kata fasilitator acara, Gani Rachman (JRK Jabar). Pada tahap awal, forum membicarakan bagaimana agar bisa menjaring pendengar terlebih dahulu. Selain didorong agar keberadaan radio bisa diterima oleh warga. “Untuk sampai pada radio sebagai media informasi dan pemberdayaan memang perlu proses panjang” tutur Gagan.
Adapun isu yang diusung radio diketahui cukup variatif, mulai dari isu pendidikan, kesehatan, sosial-keagamaan, jender dan perempuan, pertanian, buruh migran, trafiking, dan lain-lain. Tetapi persoalan-persoalan yang dibahas masih relatif umum, belum optimal menggali isu-isu lokal seputar komunitas radio. Di samping itu, radio belum kelihatan fokus pada salah satu isu tertentu.
Menurut Gani, ke depan radio mestinya mulai mengedepankan berita-berita atau penyiaran yang berhubungan erat dengan warga sekitar, sehingga keberadaan radio semakin dirasakan oleh warga.
Pada akhir sesi, para peserta secara bersama-sama menyusun rencana tindak lanjut. Rencana itu diantaranya adalah adalah komitmen radio-radio lama untuk serius mengawal radio-radio baru baik dalam hal penguatan teknis, program acara, maupun pengelolaan radio. “Pertemuan jaringan kali ini hanya langkah stimulan saja, selanjutnya diharapkan terjadi tukar-menukar pengalaman dan kerjasama antar radio atas inisiatif sendiri dari para penggiat radio”, tutur Ade Duryawan, selaku panitia penyelenggara dari Fahmina. [ ]