Selasa, 24 Desember 2024

Ahmad Khoer Affandi: Silaturahmi Membuka Jalan untuk Menghargai Perbedaan

Baca Juga

Penulis: Ahmad Khoer Affandi

Editor: Zaenal Abidin

“Dengan keikutsertaan dalam berbagai kegiatan itu telah membukakan cara pandangan yang dulunya sempit cenderung egois dengan pandangan yang berbeda. Membuatku semakin ingin terus mencari pengalaman, belajar, silaturahmi.”

Perkenalkan namaku Ahmad Khoer Affandi Lahir Majalengka, 21 Juni 1999 anak pertama dari Orang tua Ibu Yayah Bapak Ahmad Royani (Alm.) aku juga termasuk anggota Barisan serbaguna (Banser) GP. Ansor Kab Majalengka. Pertamakali mengikuti berbagai kegiatan yang digagas Fahmina sejak akhir tahun 2022. Ditandai dengan pertemuan aku dengan seorang teman sekaligus senior di kampus Intan Damayanti yang belakangan diketahui sebagai Asisten Program Officer Program Jisra Fahmina Institute.

Kegiatannya cukup baru bagiku yang membukakan jalan untuk mengenal lebih dekat saudara yang beragam keyakinan. Mulai dari Bedah Buku Toleransi di kampus Universitas Majalengka, Lalu Wisata Religi ke Tempat Ibadah Gereja Kristen Pasundan Dawuan, kemudian sowan ke Pesantren Al-Mizan serta mengunjungi saudara Jemaat Ahmadiyah Indonesia Sadasari. Dari sana aku mulai memahami cara pandang baru, bukan sekadar dari sudut agamanya apa, tapi lebih ke sisi kemanusiaan yaitu memanusiakan manusia, kita bersaudara.

Dari sana saya paham toleransi dan saling menghargai mulai dari suku dari manapun asal kita, dari keturunan apapun kita, dari agama apapun kita, kita adalah satu, bangsa Indonesia. Contoh dalam agama Hindu, kita banyak mengenal sebutan atau nama Tuhan yang beragam seperti Brahma, Wisnu, Siwa, dan lainnya. Setelah berdialog dengan teman-teman Hindu secara langsung, ternyata itu hanya sebutan dari manifestasi Tuhan di dalam fungsi dan tugasnya.

Sila pertama dalam Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk meyakini kepercayaannya masing-masing, menjalankan ajaran agamanya, dan menjunjung tinggi keyakinan dari umat lain. Toleransi beragama merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan orang, tidak memaksakan kehendak, serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun. Orang yang toleran juga tidak mengganggu aktifitas agama orang lain, tidak merusak tempat ibadah dan tidak mengganggu keyakinan orang beragama. Justru kita harus meningkatkan iman dan ketakwaan masing-masing penganut agama dengan kenyataan ada agama lain.

Dengan demikian kita sebagai umat yang menganut ajaran agama, semakin menghayati dan memperdalam ajaran agama dan berusaha untuk mengamalkannya, mencegah terjadinya perpecahan antar umat beragama akibat perbedaan. Agama bukan alat untuk pemecah belah. Agama adalah alat untuk mempersatukan umat. Ketika terjadi perpecahan siapa yang rugi? Perpecahan dapat merugikan masing-masing individu dan kita sebagai umat beragama di dalam melakukan aktivitasnya.

Dengan terciptanya toleransi beragama, kita dapat saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain dan menyatukan perbedaan. Jangan karena berbeda keyakinan dijadikan suatu permusuhan. Toleransi beragama bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, bergaul dengan semua orang tanpa membedakan kepercayaan masing-masing; menghargai dan memberikan kesempatan kepada teman yang berbeda agama tanpa ada diskriminasi. Jadi, toleransi beragama berarti bahwa setiap orang memiliki persamaan hak dan harus diperlakukan sama dalam hidupnya demi kedamaian, kenyamanan, dan kesejahteraan bersama.

Aku juga diberi kesempatan untuk ikut serta dalam  pelatihan anak muda perwakilan pemuda pemudi di Kab Majalengka dan Kab Cirebon. Kegiatan ini memperbanyak pengalam, keluarga, menambah jejaring dan berani unjuk diri. Tak hanya kegiatan lintas agama, tapi aku juga dikuatkan dengan pengetahuan adil gender dalam Kegiatan Study Gender membuatku semakin yakin hubungan antara komunitas atau organisasi terjalin harmonis bila saling terbuka untuk silaturahmi.

Di bulan puasa tahun ini sangat berkesan bagiku. Aku berkesempatan ikut serta dalam kegiatan Pesantren Damai, yaitu silaturahmi kepada umat beragama di lima rumah ibadah sekaligus berbuka puasa disana. Ternyata mereka begitu ramah dan menghargai, wajah Indonesia yang damai tergurat dalam kegiatan ini yang penuh toleransi. Apalagi saat berbuka puasa di Pura Agung Jati Pramana Kota Cirebon aku merasakan di hargai sekali. Fahmina Institute beberapa waktu lalu juga menggelar  Workshop Bincang Disabilitas di Majalengka. Kita tidak hanya bertoleransi dengan umat beragama tapi juga dengan siapapun termasuk penyandang disabilitas.

Banyak nya pengetahuan dan pengalaman yang diambil dari berbagai pelatihan itu sehingga saya dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di Kab. Majalengka yang tidak bisa diungkapkan karena merasa empati. Dari beberapa kegiatan Fahmina Institute membuat aku semakin ingin selalu belajar, termasuk di motivasi untuk mencoba mengikuti Sekolah Sudamala yang mengadakan pelatihan terpadu untuk memahami dan mengeliminasi kekerasan seksual berdasar nilai islam dan kearifan loka.

Terimakasih Fahmina Institute saya banyak pengalamanan, pembelajaran yang tidak pernah saya dapat sebelumnya dan Terimakasih untuk teh Intan, terima kasih Mba Alif dan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam bertambahnya pengetahuan maupun pengalaman yang saya dapatkan, kedepannya semoga saya bisa menerapkan atau mengimplementasikan atas apa yang sudah didapatkan. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya