Oleh: Hilyatul Aulia
Materi hari ketiga Dawrah Kader Ulama Perempuan (DKUP) bersama Fahmina Institute hari rabu kemarin adalah tentang analisis sosial feminisme. Saat membaca judulnya, saya pikir pemateri akan membahas tentang macam-macam, alat-alat dan instrumen analisis seperti pelatihan atau kuliah analisis sosial yang pernah saya ikuti sebelumnya.
Tapi meski beberapa kali pernah mengikuti pelatihan dan kuliah ansos, tolong jangan tanya sejauh mana pengetahuan saya tentang ansos. Karena memiliki banyak macam, alat, instrumen dan istilah asing, jujur saya agak kesulitan dalam memahami dan menghafal materi ini.
Namun perkiraan saya salah. Ibu Desti, pemateri kami kemarin memberikan materi tentang analisis sosial femenisme dengan sangat santai sehingga menurut saya cukup mudah untuk dipahami. Ibu Desti mengajak para peserta DKUP untuk membangun analisi sosial yang berangkat dari pengalaman sendiri.
Banyak sekali pemahaman tentang analisis sosial yang saya dapat dari Ibu Desti. Misalanya, aktivitas analisis berawal dari pertanyaan “mengapa?” dan berakhir dengan “apa solusinya?”. Maksudnya, analisis berarti proses yang diawali dengan keadaan atau masalah yang ingin dicari apa penyebabnya, melihat masalah itu dengan lebih dalam untuk kemudian menemukan solusinya.
Sering kali keadaan yang dipermasalahkan oleh seseorang juga dianggap masalah oleh orang lain. Hal itu akan diketahui jika permasalahan tersebut didiskusikan dan disosialisasikan bersama banyak pihak. Proses sosialisasi ini artinya mengajak banyak orang untuk memandang masalah yang sama.
Jika sudah begini, peluang dan kesempatan untuk melakukan analisis sosial akan semakin besar, karena analisis sosial tidak akan maksimal jika hanya dilakukan oleh satu orang, namun akan sangat baik jika dilakukan oleh banyak orang yang juga mempermasalahkan keadaan sosial yang sama.
Dalam konteks analisi sosial feminisme, “kekuatan bersama” ini akan menjadi sangat penting jika di dalamnya banyak terlibat kaum perempuan. Dengan mengumpulkan banyak perempuan dalam aktivitas analisis sosial feminisme, kaum perempuan diajak untuk bersama-sama memetakan permasalahan sosial yang terkait dengan perempuan itu sendiri dan secara otomatis juga memberdayakan kemampuan analisis kaum perempuan.
Dalam aktivitas analisis sosial, feminisme dapat berfungsi sebagai ideologi, metode, pendekatan, paradigma dan juga alat analisis. Feminisme memberikan ruang kepada perempuan untuk mengenali masalahnya sendiri, karena menurut feminisme, pengalaman perempuan adalah sumber pengetahuan yang sangat penting.
Sejauh yang saya pelajari dari berbagai sumber, analisis sosial saja tidak cukup tajam untuk menjawab permasalahan di tengah masyarakat jika tidak melibatkan perspektif kesetaraan dan keadilan gender. Maka kemudian analisis sosial dengan pendekatan gender akan lebih tajam dari pada analisi sosial tanpa pendekatan gender.
Namun kemudian analisis sosial dengan pendekatan kesetaraan gender juga tidak cukup tajam untuk menganalisis permasalahan yang terkait dengan perempuan yang lebih khusus, misalnya tentang menganalisi penyebab stigmasisasi terhadap perempuan, maka dalam hal ini analisi sosial femninismelah yang lebih tepat untuk dilakukan.
Terakhir, analisi sosial feminisme ini tentu saja boleh dilakukan oleh kaum laki-laki yang memiliki konsen terhadap isu dan permasalahan perempuan yang ada di sekitarnya. Bahkan jika aktivitas analisis sosial ini dilakukan oleh laki-laki, mereka akan lebih mudah untuk mengajak kaum laki-laki yang lain karena biasanya laki-laki akan mudan dipengaruhi oleh sesamanya.