“Apakah semua peserta pelatihan ini pernah mengikuti pelatihan jurnalistik tingkat dasar? Bila sudah maka pembahasan tentang ini kita lewati. Apakah semua peserta pelatihan ini pernah mengikuti pelatihan jurnalistik sensitif gender? Bila belum maka kita memulai dari sini. Bila sudah, pertanyaan kita lanjutkan. Apakah out put pelatihan ini ingin jadi penulis? Bila ya, maka kita belajar menulis. Bila tidak, untuk apa datang ke sini?.”
Demikianlah Nurul Huda M Ag mengawali acara “Diskusi Terbuka Jurnalisme Kemanusiaan” yang digelar oleh Forum Diskusi Bayt al Hikm (Fordisba) Cirebon, di Gedung Pertemuan Fahmina Institute, pada Jum’at (6/2). Dalam acara pelatihan itu, Kang Huda, demikian sapaan akrabnya, sengaja mengawali beberapa pertanyaan yang dilontarkan kepada peserta. “Setidaknya dari pertanyaan-pertanyaan itu, minimalnya kita mengetahui bagaimana pengalaman peserta dalam mengikuti acara pelatihan semacam ini,” ujar Mas Huda.
Lebih jauh Mas Huda juga memulai presentasinya dengan pengetahuan jurnalistik dasar. Seperti reportase ke lapangan, wawancara, riset pustaka, jenis tulisan di media dan tahapan menulis di media. “Lalu, persiapan apa saja yang perlu dipersiapkan? Di antaranya, tentukan masalah, tentukan nara sumber yang tepat, buat daftar pertanyaan, buat janji pertemuan, sopan dan jangan lupa terima kasih,” paparnya di depan seluruh peserta pelatihan.
Mas Huda juga menambahkan, seputar perspektif profesi jurnalis. Menurutnya Jurnalis adalah seorang penulis terutama berhubungan dengan peristiwa yang sedang terjadi. Syarat utama seorang jurnalis adalah cinta pada fakta dan menuliskannya dengan baik. Wartawan bekerja dengan mencatat, menganalisa dan bahkan menafsirkan peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang.
“Karena menjadi jurnalis tidak lahir secara alamiah, tetapi melalui proses ingin tahu terus menerus, kepribadian yang matang, kepekaan sosial yang kuat, toleran terhadap observasi obyektif mengenai sebuah fakta, kejadian atau orang, dan mampu bekerja di bawah tekanan dead line.”
Beasiswa Pelatihan untuk Sepuluh Peserta Terbaik
Acara pelatihan menulis yang diselenggarakan ini memang berbeda dengan pelatihan-pelatihan yang pernah diadakan sebelumnya. Karena dalam pelatihan tersebut, dari peserta yang hadir akan diseleksi sebanyak 10 (sepuluh) peserta. Sepuluh peserta kemudian akan dilatih secara intensif selama tiga bulan. Selain diberikan pelatihan gratis, peserta yang terpilih juga akan diberikan uang transport, hadiah untuk lima peserta terbaik.
Lalu bagaimana cara menyeleksi sepuluh peserta terbaik itu?. Menurut Mamay Mudjahid, salah satu pengurus Bayt al Hikm, di akhir acara setiap peserta yang hadir, diminta untuk mengisi formulir data diri dan melampirkan hasil karya tulisnya. Tulisan tersebut kemudian diserahkan ke panitia atau dikirim melalui email.