Terkait dengan maraknya aksi teroris di Cirebon meskipun jumlah prosenstasenya sangat sedikit dalam data ada 16 orang teroris. sepuluh meninggal dan enam lainnya dalam proses hukuman. Fakta ini bukan kecelaakaan biasa, tapi sudah menjadi ancaman. Hal itu diungkapkan Marjuki Rais saat memparkan hasil temuannya terkait peta radikalisme di Cirebon.
Sisi lain peta radiklime di kabupaten Cirebon hampir setengahnya sudah terpapar radikalsime sekitar 12 kecamatan. Ini bukan hanya tugas kepolisian tapi juga tanggujng jawab bersama agar warga yang lain tidak terpapar faham radikalisme.
“Berdasarkan temuan lapangan, persoalan yang dihadapi masyarkat tidak bisa ditangani oleh satru pihak saja tapi multi stackholder. Hal yang mendasari orang radikal tidak hanya didasari pada satu persoalan saja kemiskinan, tata ruang desa yang belum rapih atau sampah. Karena pengaruh alam mempengaruhi psikologi orang. Apalagi pendidikan dan keagamaan bisa dibilang kosong,” unkapnya saat menjadi pembicara dalam Workshop Multistakeholder Pencegahan Radikalisme di Tingkat Desa, Rabu 18 September 2019 di Hotel Bentani.
Direktur Fahmina Institute Rosidin mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi atas pentingnya kerjasama dalam penanganan radikalisme-terorisme oleh berbagai pihak diberbagai tingkatan.
“Siapapun mempunyai peran termasuk masyarakat karena kelompok sasaran faham radikal itu kan luas mulai dari masyarakat luas sampai unsur terkecil keluarga. Karena itu pertemuan itu perlu untuk dilakukan targetnya sharing tentang upaya peran masing-masing stakeholder,”katanya.
Adapun upaya yang sudah dilakukan Fahmina Institute selama ini Pertama, membangun kesadaran kepada masyarakat yang lebih luas. Kedua, Penguatan kelompok-kelompok potensial (aparat desa, pemuda, perempuan). Ketiga, Mendorong kelompok tadi untuk melakukan inisiatif pencegahan. Seperti menghidupkn kegiatan-kegiatan desa, kegiatan pemuda, melakukan kajian-kajian sosial-keagmaan. Keempat deteksi dini untuk mengidentifikasi perubahan perilaku. Kelima bersinergi dengan stakeholder salah satu yaitu melakukan menghidupkan diskusi dengan pihak-pihak yang mempunyai konsep yang sama sehingga rumusan kita itu sama.
Pertemuan ini juga bagian dari upaya memunculkan strategi koordinasi antar stakeholder secara bersama agar fokus pencegahan itu terlaksana dengan baik.
Sementara itu Kepala Desa Orimalang Gunarso mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya kegiatan ini sangat membantu pihaknya dalam pencegahan dan membersihakn citra buruk akibat kasus teror oleh salahsatu warganya. Sebelumnya ada 3 warga desa Orimalang yang terlibat dalam aksi teror bom di Sarinah 2016 silam. Dua diantarnaya telah dihukum dan satu orang masih menjalani proses.
“Pasca penanganan kasus teroris jangan samapai terulang kembali. Isu radikalisme dan terorisme ini muncul karena pemahaman agama yang lemah dan keliru. Saya mengapresiasi Fahmina Institue karena mau memfasilitasi menghadirkan mubaligh dan ini berdampak sekali bagi perubahan masyarakat orimalang,” katanya.
“Secara umum masyarakat Orimalang semakin mengerti tentang pemahaman agama yang hiruk pikuk, lalu bisa memilah mana yang benar dan yang salah membawa pada radikalisme, sambung Gunarso.
Kasat Binmas Polres Cirebon Kota AKP Tri Silayanto mengatakan pecegahan radikalisme harus terus digalakan agar masyarakat tidak terjerumus pada faham radikal. Ia juga membuka diri agar Fahmina Institute dapat bekerjasama pihak kepolisian dalam hal ini Kasat binmas Kota Cirebon.
“Intinya menurut saya bahwa lebih di masiv kan terkait penyuluhannya. Mari kita bekerjasama secara periodik kita bikin jadwal misalnya melakukan penyuluhaan bukan hanya ke desa tetapi juga kelurahan di kota Cirebon,” tukasnya.
Kegiatan ini dihadiri Pemerintah Desa Orimalang, Peremintah Desa Grogol kaptakan, Pemerintah Desa Grogol Gunungjati, Dinas PMD Kab. Cirebon, MWC NU Kapetakan, MWC NU GunungjatiPAC Ansor Jamblang, PAC Fatayat Jamblang, Baznas Kab. Cirebon, Binmas Polres Cirebon Kota, Binmas Polres Cirebon, Kesbangpol Kab. Cirebon, FKUB Kab. Cirebon [] (Zain)