Minggu, 22 Desember 2024

Hak Tubuh atas Istirahat yang Cukup

Baca Juga

Oleh: Siti Maisaroh

Diantara hak atas tubuh yang harus kita penuhi adalah istirahat atau jeda. Istirahat dapat berupa tidur atau bentuk-bentuk relaksasi lain yang bisa saja berbeda antar individu. Seseorang bisa rilex dengan bersepeda, yoga, menggambar, berkebun atau hobi yang lain.

Hobi mempunyai peran sangat penting untuk melepaskan penat atau beban hidup. Maka tidak jarang kita melihat orang-orang yang telampau sibuk dan penat dengan pekerjaan, kemudian menjadikan hobi sebagai kegiatan relaksasi.

Dalam Al-quran surat Al Furqan ayat 7 dijelaskan bahwa Allah menjadikan malam sebagai pakaian, tidur sebagai penjeda, serta siang sebagai waktu bepergian. Alam menyediakan malam bagi manusia sebagai ruang untuk istirahat. Hal ini sangat umum dilakukan, namun tidak jarang juga kasus yang memaksa seseorang untuk mengganti tidurnya di siang hari.

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa ‘naum’ adalah jeda bagi tubuh untuk beristirahat. Anggota badan yang sudah beraktivitas seharian, butuh diistirahatkan saat malam datang, di mana keadaan hening, diam, dan tenang.

Tidur adalah nikmat yang sangat luar biasa, juga termasuk naluriah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, tidak hanya manusia.

Beberapa fungsi tidur yang disebutkan dalam kitab ‘mambaus sa’adah’ adalah menumbuhkan semangat baru, memenuhi kebutuhan untuk istirahat dan penenang jiwa dari hiruk pikuk kehidupan.

Selain itu muallif juga menyebutkan beberapa manfaat tidur, di antaranya sebagai sarana regenerasi sel-sel tubuh agar bisa berfungsi secara maksimal, detoksifikasi atau mengeluarkan racun-racun dalam tubuh, membantu otak untuk berkonsentrasi, juga meringankan persoalan hidup sementara.

Ali bin Abi Thalib berkata : hiburlah hati dan rasamu dengan menelusuri hikmah, karena sejatinya hati juga bisa lelah seperti ragamu. Selain tubuh yg berhak atas istirahat, hati juga butuh istirahat.

Imam Ghazali berkata : Nafsu itu butuh relaksasi, dan relaksasi dapat dilakukan dengan Kongkow, cuci mata, atau saling bercumbu (bagi suami istri).

Imam Al-Juaini berkata: bagi orang yang berakal, ada tiga pembagian waktu. Sepertiga untuk bermunajat, sepertiga untuk bermuhasabah, sepertiga untuk bersenang-senang.

Bagaimana hubungan hak tubuh untuk beristirahat dengan keluarga bahagia?

Pada dasarnya kunci keluarga bahagia harus didasarkan atas lima prinsip mubadalah yang berkaitan dengan pembagian peran. Jika pembagian sudah adil gender, saling membantu, saling mengisi, maka istirahat atau me time bisa dilakukan dengan adil hingga memunculkan kebahagiaan.

Setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk me-time, Ibu, Ayah, dan juga anak-anak. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah kerelaan hati dari masing-masing anggota untuk memberikan ruang me-time dan bisa meng-handle tugas atau peran yang sedang tidak bisa dilaksanakan.

Hal ini memang mudah dibicarakan, tapi dalam prakteknya butuh negosiasi dan pengertian. Bagaimanapun sakinah adalah proses menuju, bukan tujuan akhir. Hari ini mungkin tidak merasakan sakinah, tapi sakit ah, tapi ada i’tikad baik secara bersama-sama untuk menuju sakinah. Yang sakit ah di obati, bergandengan tangan lagi untuk menuju sakinah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya