Senin, 23 Desember 2024

Ihsan Keindahan dalam Islam

Baca Juga

Oleh: KH. Husein Muhammad

Sayyed Hosein Nasr mengatakan, puncak pencarian manusia adalah hidup dalam keintiman bersama Tuhan, kondisi ketika aroma dan nuansa kasih sayang, cinta, kedamaian dan keindahan benar-benar dirasakan.

Ihsan, dalam trilogi Islam berada di urutan ke tiga, sesudah Iman dan Islam. Secara literal berarti berbuat, bertindak atau berkata-kata baik, bagus dan indah. Al-Qur’an menyebut “Ihsan” dalam berbagai bentuk kata, sebanyak 195 kali. Beberapa di antaranya :

وَأَنْفِقُوا فِى سَبِيْلِ اللهِ . وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا . إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. Berbuat baiklah kalian, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik).(Q.S. al-Baqarah [2]:195).

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ

“Berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi”.(Q.S. al-Qashash, [28]:77).

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ

“Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri”.(Q.S. Al-Isra, [17]:7).

Ihsan seluruhnya berisi pesan-pesan kebaikan, kesalehan dan moralitas kemanusiaan. Mewujudkan relasi antar manusia yang dilandasi kesalehan sosial dan nilai-nilai moral kemanusiaan universal adalah missi utama kenabian Muhammad saw.

Ada beberapa terma yang identik dengan makna Ihsan. Ia antara lain Akhlaqul Karimah, al-Birr dan al-Taqwa. Ketiga kata ini merupakan tujuan puncak manusia dalam kehidupan bersamanya di bumi (dunia) ini.

Secara elaborative ia mengandung makna kejujuran, ketulusan, kesederhanaan, kesabaran, kedermawanan, menjaga kehormatan diri. Menjaga kepercayaan, menghargai orang lain, tidak berprasangka buruk kepada orang lain, tidak mencaci-maki atau merendahkannya.

Tidak menyakiti hati, tidak melakukan penyelewengan terhadap hak orang lain, tidak kikir, tidak menipu, tidak berkhianat, tidak merusak alam dan sebagainya.

Akan tetapi lebih dari itu Ihsan juga berarti bertindak santun, kasih dan mencintai semua ciptaan Tuhan, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada ciptaan Tuhan di alam semesta.

Lebih dari segalanya makna paling mendalam dari Ihsan adalah menghadirkan Tuhan dalam setiap detak jantung dan embusan nafas. Yakni bahwa anda hendaklah selalu berada dekat dari Tuhan dan Dia dekat darimu. Dia hadir dalam setiap langkah kehidupanmu.

Sebuah hadits menyebutkan: Ketika Nabi ditanya tentang arti Ihsan, beliau menjawab :

“Ihsan adalah anda mengabdi kepada Tuhan seakan-akan anda melihatNya. Bila anda tidak bisa, maka ingatlah bahwa Dia selalu melihat anda”.

Ihsan dalam hadits ini mengandung makna lain yang lebih mendalam dan bersifat spiritualitas profetik. Yakni mengembalikan jiwa pada kondisi primordialnya; bentuk yang seindah-indahnya dan semurni-murninya.

Sayyed Hosen Nasr, intelektual muslim terkemuka dari Iran, dengan bagus sekali menyatakan bahwa Ihsan adalah hidup dalam keintiman bersama Tuhan, kondisi ketika aroma dan nuansa kasih sayang, cinta, kedamaian dan keindahan benar-benar dirasakan.

Ihsan adalah menyelam dalam keindahan pada semua level manifestasinya, keindahan yang membebaskan kita dari batasan-batasan eksistensi keduniawian dan yang akhirnya akan menenggelamkan kita ke dalam Samudera Ketakterbatasan Tuhan. (The heart of Islam, Mizan, hlm. 284).

Orang-orang yang berbuat ihsan dalam arti ini selalu menjalani hidupnya dengan seluruh kebaikan dan keindahan tanpa mengharap balasan apapun dari manusia. Mereka sadar sepenuhnya bahwa dirinya tidaklah berarti apa-apa di hadapan segala anugerah Tuhan yang melimpah-ruah dan tak terbatas. Dan Dia memberi segalanya itu karena Cinta-Nya yang tak terbatas.

Jika para khatib dianjurkan selalu mengakhiri khutbahnya dengan menyampaikan ayat al-Qur’an:

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ

Sungguh, Allah menyuruh (manusia) agar menegakkan keadilan dan berbuat baik).(Q.S. al-Nahl, [16]:90).

Maka itu tentu dimaksudkan untuk mengingatkan lagi kepada kaum beriman agar menjalankannya dengan sungguh-sungguh. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya