Minggu, 22 Desember 2024

ISIF Gelar Kuliah Umum Mengenal Tiga Gamelan Kuno Cirebon

Baca Juga

Fahmina.or.id, Majasem.  Pendidikan yang sejati adalah pembelajaran yang berproses terus menerus sehingga mampu menggayut values social dan culture. Begitupun halnya dengan pendidik sejati, ia akan melayani secara total dan tidak pernah berfikir akan bayaran (honor). Selaras dengan itu, kehadiran pemikiran keagamaan bergerak terus kedalam values sosial dan kultural yang dimaintenance oleh pendidikan tersebut untuk satu tujuan yang sama, yakni hidupnya rasa bersalah dan berserah kepada diri sendiri hingga bayangan Tuhan sedemikian tampak di setiap gerak langkahnya.

Di luar itu, altar modernitas dan mondialitas adalah sesuatu yang niscaya. Menjauh darinya, hanya akan menambah rasa teralienasi dari zaman. Dan, apabila melebur padanya, hanya akan memecahkan jati diri jiwa kemanusiaan yang beradab. Dua pilihan yang sangat menguras pemikiran dan dibayang-bayangi keraguan dalam bersikap. Meskipun dekimian, jika pun keterputusan antara pemikiran dengan sikap kaum beragama itu benar-benar terjadi, maka sesungguhnya tidak pernah akan ada yang rela, kecuali jiwa yang kerdil, culas, malas dan tak berbudaya.

Kegelisahan dari kalangan budayawan dan akademisi akan hal ini tertumpah ruah dalam “Public Lecture” yang diselenggarakan kemarin, Sabtu, 20 Agustus 2016 di Ruang “Gotrasawala” ISIF Cirebon Jl. Swasembada, Majasem Kota Cirebon, dengan tema “Tiga Gamelan Cirebon Kuna (Gong Sekati, Gong Renteng dan Denggung): Kajian Historis, Struktur, Fungsi, dan Upaya Pelestariannya”, menghasilkan kesepakan bersama bahwa perlu ada “rentengan gong atau gamelan” di berbagai tempat untuk memanggil kembali jiwa-jiwa yang lacur terpecah tak berkeping baik di ruang-ruang publik, privat, industri atau pun di hamparan semesta lain.

Sambil mengingatkan kembali kesuksesan dakwah Walisongo, sesepuh asli nusantara, yang telah memeragakannya melalui pertunjukan seni musik. Antara lain, Sunan bonang yang merupakan salah satu memberi pengingat qolbu dengan ansambel-ansambel yang menembus kedalam relung kesadaran manusia terdalam.

Rektor ISIF Cirebon, Hj. Afwah Mumtazah, menyambut dengan hangat kedatangan para tamu undangan, baik dari kalangan budayawan keraton bahkan peneliti antropog dari UI Jakarta. Dalam sambutannya Bu Rektor menyatakan,  “saat ini, kita semua miris melihat keberlangsungan tradisi Cirebon yang hampir saja tercerabut. Kami sangat senang, mendengar komitmen para budayawan untuk berjuang bersama ISIF menjaga warisan budaya di bumi Cirebon. Semoga dengan kebersamaan dan komitmen bersama ini, kita wujudkan keluhuran.”

Mama Erik North, sebagai pembicara, menyatakan bahwa ” gamelan bonang ini bukan warisan dari saya, tapi ini warisan leluhur kalian untuk kalian lestarikan dan kalian jaga.” Mama Waryo sebagai pembanding, juga menyatakan hal yang senada, “kita siap membudayakan tradisi Cirebon, terutama Gamelan seperti yang dipaparkan mama Erik, fungsi gamelan tak sekedar hiburan tetapi menyatukan jiwa antar generasi”.

Di sela-sela sesi Tanya jawab, Deputi Rektor Bidang Riset dan Kerjasama yang kebetulan juga sebagai pengurus Dewan Pendidikan Kota Cirebon, Nurul Huda SA, menjelaskan bahwa “saya miris sekali mendengar informasi tadi bahwa SMK Pakungwati tidak mendapat izin untuk membuka jurusan karawitan.

Mungkin nanti bisa kita tindaklanjuti, jika ingin mengajukan kembali, kita upayakan bersama-sama supaya mendapatkan izin dari dinas pendidikan Kota Cirebon. Kami sangat senang dan mengajak teman-teman yang bertekun di kebudayaan bila ingin studi di ISIF, sekaligus menghidupkan seni budaya Cirebon, dengan bangga kami menyambutnya.” Para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah.

Sebagai penanggungjawab acara, Dede Wahyudin (Kepala LP2M ISIF) mengucapkan banyak terima kasih atas respon positif dari semua kalangan, baik dari budayawan Cirebon, budayawan Indramayu, dan kepada seluruh para tamu undangan yang berkesempoatan hadir di Acara, terutama sekali kepada adik-adik pelajar SMK Pakungwati yang sangat apresiatif terhadap tradisi Cirebon, semoga acara ini menginspirasi kita semua untuk senantiasa sadar akan warisan budaya dari para leluhur nusantara. (Dede Wh)

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya