Oleh: Ida Ad’hiah
Yuli Elita Theresia Hutauruk, namanya, yang meruapakan salah satu pemeluk agama Hindu. Yuli adalah salah satu anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kuningan, meski begitu Yuli merasa bertemu dengan teman-teman alumni kelas moderasi beragama ini adalah keberagaman dan toleransi yang sesungguhnya. Selain itu, Yuli pun aktif di PKK desa Kasturi kabupaten Kuningan.
Keterlibatan Yuli dalam mengikuti kelas moderasi beragama awalnya berpikir ada kaitannya dengan forum yang ia ikuti, namun ternyata ini berasal dari teman lain yang menurutnya merupakan rezeki Tuhan untuknya “pertemuan ini merupakan rezeki sekali bagi saya, saya tidak tahu kebaikan apa yang saya lakukan di kehidupan sebelumnya sampai-sampai saya mendapat karma ini” ungkapnya. Bertemu dengan teman-teman baru yang berbeda dan merasa punya dunia baru, keluarga baru itu yang Yuli rasakan pasca kelas moderasi beragama.
Setelah mengikuti kelas moderasi beragama Yuli merasa terbuka pemikirannya dan tembok-tembok besar yang menjadi penghalang selama ini dengan orang yang berbeda bisa di dobrak, Yuli merasa toleransi yang ada masih semu, seperti di salah satu forum kerukunan beragama, beliau masih merasa tersisihkan dan belum nyaman untuk mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan agama lain, “saya pernah bertanya di forum terkait anjing itu najis, poligami, di bilang itu sensitif, kalau sudah begitu saya pikir oh berarti gak boleh bertanya itu” paparnya.
Selain itu Yuli juga mempunyai pengalaman kurang menyenagkan saat bersosialisasi dengan masyarakat lain yang berbeda, saat menjadi tuan rumah arisan bersama tetangga, makanan yang ia hidangkan untuk para tamu tidak disentuh, pengalaman ini membuat Yuli lebih berhati-hati dalam bersikap terhadap orang yang mempunyai latar belakang agama yang berbeda.
Meski beliau mempunyai pengalaman tidak menyenangkan akan tetapi Yuli bisa merasakan hal menakjubkan yang beliau temui, itu adalah pasca kelas moderasi beragama, teman-teman muda mengajak beliau untuk kunjungan ke gua maria, beliau merasa sangat kagum dengan anak-anak muda yang berani masuk ke gua maria, karena selama yang Yuli dengar mengucapkan selamat natal kepada umat kristiani saja bisa membuat orang itu keluar dari agamanya “saya sangat kaget dengan teman yang berani minum dari gua maria, saya merasa aneh dan berasa mimipi sampai saya di rumah” ungkapnya.
Tidak sampai disana ketakjuban Yuli terhadap hal-hal baru yang ditemui ini Yuli dapatkan secara bertubi-tubi, seperti ia bisa diantar pulang oleh orang yang mempunyai latar belakang pesantren (Nilna), yang awalnya Yuli berpikir bahwa teman barunya adalah perempuan sosialita yang ucapannya selalu berdakwah karena selalu memakai gamis, hingga beliau menceritakan semua yang dialami kepada suami dan anak-anaknya dengan antusias. Selain kepada keluarga, Yuli juga menceritakan pengalamannya ke teman-teman FKUB hingga materi-materi yang beliau dapat di kelas moderasi beragama Yuli usulkan agar di dokumentasikan dan di buatkan buku agar bisa di baca oleh siapapun yang datang ke FKUB.
“saya suka dengan kegiatan ini karna ternyata acaranya bukan seremonial seperti yang lain, di kegiatan kelas moderasi beragama ini saya bisa menanyakan hal-hal sensitif, yang selama ini saya tahu bahwa itu tidak boleh di tanyakan, tapi ternyata bapak narasumber itu meskipun dia muslim, biasa saja kok jawabnya juga santai, berarti gak apa-apa kan ditanyakan?” ungkapnya, Yuli juga berharap akan ada pertemuan/kegiatan lanjutan kedepannya.