“Proses penyebaran HIV itu terjadi karena adanya prilaku seksual yang menyimpang, itu bisa terjadi pada siapapun baik itu dalam pernikahan ataupun diluar pernikahan. Jadi masalah sesungguhnya bukan pada sah dan tidaknya pernikahan, tapi sekali lagi ini tentang sebuah perlakuan seks yang menyimpang” itulah ungkapan Mbak Lies Marcoes-Natsir salah satu fasilitator dalam diskusi Kesehatan reproduksi tentang proses penyebaran virus HIV yang diadakan oleh forum diskusi Bayt Al Hikmah Fahmina, 9 Juni lalu di gedung ISIF Cirebon.
Selain Lies Marcoes, acara ini juga difasilitatori oleh Nunung Sulastri dari Semarang. Nunung mengatakan, saat ini ada banyak penyakit yang disebabkan oleh prilaku seks yang tidak aman. Para dokter sering menyebutnya dengan istilah infeksi menular seks (IMS). Infeksi ini mengandung resiko yang berbahaya bagi tubuh manusia. Beberapa penyakit yang masuk kategori IMS ini diantaranya: sifilis, kencing nanah, jengger ayam dan HIV & Aids”. Solusi yang paling ampuh untuk mencegah tidak terhindarnya penyakit-penyakit tersebut adalah setia pada pasangan dan membersihkan organ tubuh setelah perhubungan seks dengan bersih, tambah Nunung.
Terkait dengan penyebaran HIV/AIDS Mba Lies menambahkan, selama ini masyarakat sering menghubungkan antara HIV dengan ‘orang Barat’, seolah-olah mereka adalah masyarakat pertama yang terinfeksi penyakit ini. ‘Itu adalah pikiran yang salah, benar bahwa virus HIV itu ditemukan pertama kali di Barat tepatnya di Amerika, tapi bukan karena mereka adalah masyarakat pertama yang terifeksi virus ini’. Menurutnya, negara-negara di Barat saat itu, Amerika misalnya, merupakan negara kaya, oleh sebab itu mereka mampu membiayai riset/penelitian tentang penyakit HIV dan akhirnya Amerika menjadi negara pertama yang menemukan adanya virus HIV ini pada salah satu pasangan homoseksual. Pada saat virus tersebut ditemukan mungkin saja virus itu sebenarnya sudah ada di negara-negara lain seperti di Afrika dan Indonesia sendiri’, lanjut Mba Lies.
Dari banyak kasus HIV yang ada, perempuan jauh lebih rentan terinfeksi daripada laki-laki. Hal ini karena, organ tubuh perempuan yang sangat sensitif dan bentuk anatominya yang cenderung terbuka memudahkan bakteri berkembang disana, apalagi ketika sedang berhubungan seks. Hubungan seks yang dipaksakan juga lebih rentan untuk kena luka atau tergores dibagian kelaminnya perempuan. dengan adanya luka akibat gesekan atau goresan itu kemudian bakteri atau virus mudah masuk kedalam organ reproduksi itu.
Selain dengan hubungan seks, penularan HIV/AIDS juga bisa menular melalui jarum suntik yang telah dipakai oleh orang yang terkena HIV/AIDS, juga melalui transfusi darah. Mereka yang menggunakan drug atau narkotik itu menjadi kelompok yang mudah terinfeksi oleh virus HIV karena penggunaan jarum suntik yang bergantian. Namun kalau jarum suntiknya itu tidak bergantian atau menggunakan jarum suntik baru, maka tidak dimungkinkan virus HIV/AIDS itu akan masuk dan menjalar pada seluruh tubuhnya.
Selain kelompok perempuan yang rentan terhadap virus HIV/AIDS, masyarakat kelas bawah juga lebih rawan terinfeksi. Misalnya ketika mereka mendapatkan pengobatan dari tempat pengobatan umum, biasanya ketika mereka harus mendapatkan suntikan maka pihak dokter menggunakan jarum suntik bekas, dan dengan jarum bekas tersebut mungkin saja itu bekas dipakai oleh orang yang terinfeksi virus HIV.
Perlu diketahui bahwa HIV/AIDS tidak menular melalui salaman, menggunakan WC bareng, menggunakan gelas bareng, keringat, juga bersinnya. Jadi virus HIV/AIDS hanya menular melalui jarum suntik bekas HIV/AIDS, hubungan seks dan transfusi darah.
Diskusi semakin hangat, dan para peserta terlihat sangat semangat dan antusias menyimak dan mengikutinya. “Ini merupakan info penting dan mahal yang tidak kita dapatkan dari tempat lain, pokoknya senang bisa ikut pelatihan ini” ungkap Dede salah seorang peserta pelatihan yang juga mahasiswa ISIF Cirebon. Acara diskusi berakhir sampai jam 13.30, dan para peserta diberikan PR yaitu mengkaji surat al-Baqarah ayat 228 dan 233, kemudian surat Asy-Syura ayat 38. dan para peserta akan ketemu lagi dengan fasilitator pada bulan Juli yang akan datang dengan tema hak atas kesehatan ditinjau dari berbagai instrumen (As/May).