Oleh: KH Husein Muhammad
Apakah Nalar Terbuka dan Tertutup itu?, begitu seorang mahasantri Ma’had ‘Aly bertanya. Aku secara spontan menjawab seenaknya.
Nalar Terbuka
Nalar terbuka adalah nalar yang terbentang bagi seluruh pengetahuan dari manapun dan siapapun
Nalar terbuka memandang teks sebagai respon atas sejarah manusia pada masanya dan di tempatnya
Nalar terbuka lantang bercerita
tentang waktu yang terus bergulir ke depan bukan yang sudah lewat
Nalar yang senang bertanya “mengapa” dan untuk apa keputusan dibuat?
Yang tak pernah berhenti mendefinisi ulang terma-terma yang usang
Yang menjemput Masa depan yang membahagiakan semua orang
(Baca juga artikel terkait: 7 Nalar Moderat)
Nalar Tertutup
Nalar tertutup adalah saat ia hanya menerima dari golongannya sendiri
Nalar yang terbelenggu oleh pemaknaan tekstualitas, harfiah, dan menolak aforisme atau metafora
Ketika ia menunggalkan makna dari kata dan mengabsolutkannya
Yang lebih suka mengulang-ulang bacaan klasik padahal telah usang dan tak lagi relevan
Yang senang berjalan atau berputar-putar di tempat yang sama
Yang gemar mencurigai dan mensesatkan orang yang berbeda dan yang merespon perubahan