Isu pengangguran, penanggulangan sampah, serta hilangnya minat untuk menggeluti dan mempertahankan khazanah tradisi dan seni budaya lokal, menjadi isu utama yang ada di wilayah Jatiwangi Majalengka. Isu ini mengemuka dalam acara ‘Workshop Penggalian Isu Lokal di Radio’ Senin-Selasa (3-4/3/09) lalu.
Pertemuan tersebut diikuti lebih dari 20 orang yang merupakan perwakilan dari berbagai radio komunitas yaitu Palm FM, AJ FM, Best FM, Caraka FM, dan BBC FM. Hadir pula pada kesempatan itu komunitas seni Jatisura – Jatiwangi JAF (Jatiwangi Art Factory) dan komunitas FKPM (Forum Kreatif Muda Majalengka).
Acara ini difasilitasi oleh CRI Yogyakarta, JARiK, dan Fahmina Institute. Dalam acara ini, para peserta nampak antusias dalam menggali isu yang ada di wilayah Jatiwangi tersebut. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang memberikan masukan terkait dengan isu yang ada di tingkat lokal sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Kang Yudi dari JAF, bahwa tradisi budaya yang salah satunya mewujud dalam berbagai bentuk seni merupakan identitas daerah yang harus terus digali dan dipertahankan. Namun, hingga saat ini sayangnya Jatiwangi belum juga memiliki identitas budaya lokal yang khas. Padahal menurut dia, identitas budaya ini penting sehingga komunitas memiliki kepercayaan diri yang kuat dalam pergaulan yang lebih luas baik nasional maupun internasional.
“Identitas tradisi-budaya lokal dalam bentuk seni dan kearifan lokal lain perlu terus digali dan dipertahankan. Dalam hal ini, JAF pada konteks kepentingan memperkuat identitas komunitas Jatiwangi dalam tradisi-budaya” kata pria yang tinggal di Jatisura-Jatiwangi ini.
Hal senada diungkapkan Ibu Aah Sumiah Spd, salah seorang penyiar radio Caraka FM yang juga guru seni di SMP 2 Jatiwangi. Dia menyayangkan sikap dari sebagian besar generasi muda, khususnya anak didiknya yang kini kurang peduli lagi terhadap keberadaan seni tradisi. “Anak-anak sekolah sampai harus dibujuk-bujuk agar mereka mau belajar tari topeng Beber, padahal kan mestinya kemauan itu timbul dari mereka sendiri” terangnya.
Sementara itu Deni Rahmat Subada dari FKMM menyoroti persoalan sosial lain. menurutnya, FKMM selama ini memiliki keinginan kuat untuk memberdayakan generasi muda, khususnya di wilayah Majalengka. Para pemuda ini, sebetulnya memiliki banyak potensi tetapi sayangnya kurang diperhatikan khususnya oleh pemerintah. Persoalan kesempaan kerja yang terbatas, sehingga menimbulkan banyak pengangguran khususnya dari kalangan muda. Menurutnya, realitas tersebut harus secepatnya dicarikan jalan keluar. FKMM sendiri telah mengupayakan, salah satunya melalui kegiatan pengolahan sampah menjadi pupuk organik.
“Bahkan oleh para pemuda di Desa Mekarsari sudah dikembangkan, sehingga mereka memiliki kegiatan yang bukan hanya mengisi waktu luang tetapi secara ekonomi menghasilkan,” tutur Deni. Namun Deni menilai, upaya tersebut belumlah cukup. FKMM masih perlu menjalin hubungan kerjasama dengan siapapun dalam rangka membina generasi muda ini agar mereka punya aktivitas positif tidak terjebak pada hal-hal yang negatif.
Merespon diskusi yang memunculkan beberapa isu-isu lokal yang terjadi di sekitar wilayah Jatiwangi, Sarwono dari Combine Resourch Institution(CRI) menyebutkan, berbagai isu yang ada, baik permasalahan maupun potensi setiap komunitas bisa disharingkan melalui website suara komunitas. Sehingga antar komunitas bisa saling bertukar informasi, mempublikasikan masing-masing potensi yang dimiliki, serta bisa saling bertukar memberikan jalan keluar“Melalui website suara komunitas kita bisa saling memberi dan menerima, banyak terjadi satu masalah di suatu komunitas direspon oleh pihak-pihak lain bahkan mereka turut dibantu dalam pemecahan masalah,” terang Sarwono.
Sementara terkait keberadaan radio komunitas, menurut Ketut Sutawijaya, fasilitator dari CRI, isu-isu permasalahan warga bisa di informasikan melalui radio. Dalam hal ini peran Rakom sangat penting untuk menyampaikan fakta-fakta di lapangan untuk kemudian diinformasikan kepada para pendengar radio. “Jangan anggap remeh peran informasi, jika fakta-fakta yang berupa persoalan-persoalan sosial yang terjadi dan dihadapi warga itu dikemas sedemikian rupa dalam penyampaian yang baik dan provokatif, bukan tidak mungkin berita itu akan mampu merubah sikap orang,” tambah Ketut.
Pertemuan di Caraka FM kali ini merupakan salah satu pertemuan dalam rangka penggalian isu-isu wilayah yang dilaksanakan oleh CRI di wilayah Jawa Barat. Selain Cirebon, pertemuan serupa juga dilakukan di Indramayu dan Bandung . “Ini kita lakukan bukan hanya di Jabar, tapi juga meliputi daerah lain seperti Sulawesi, Jawa Tengah, dan daerah-daerah lainnya yang tergabung dalam jaringan suara komunitas,” tutur Budhi Hermanto dari CRI. Tujuannya, lanjut dia, untuk mendorong komunitas agar mampu mengenali isu-isu permasalahan sosial yang ada di lingkungannya. Jika memungkinkan, mereka mampu bersama-bersama mencari jalan keluar. Jika tidak, mereka bisa berbagi dengan komunitas lain. “Pada konteks berjejaring, intinya adalah saling berbagi antarkomunitas,” tandas Budhi. [ ]